Dalam sistem demokrasi politik Indonesia seorang pemimpin negara akan dipilih dengan menggunakan metode pemilihan umum (pemilu) dimana masyarakat akan memilih calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang diusung oleh partai politik negara.
Sebuah eleksi presidensi dilakukan setiap lima tahun sekali dimana bedasarkan ketentuan pasal 7 UUD NRI 1945 setiap presiden dan wakil presiden yang terpilih akan mendapatkan masa jabatan lima tahun per periode dengan batas maksimal kedudukan jabatan selama dua periode jika kembali dipilih oleh masyarakat.
Bedasarkan ketentuan pasal 222 UUU pemilu, makamah konstitusi (MK) menentukan bahwa partai ataupun gabungan partai yang hendak mengusung calon presiden dan wakil presiden harus memenuhi perolehan kursi DPR sebanyak 20% atau syarat perolehan suara dalam pemilu legislatif sebelumnya sebesar 25%.
Tentunya, tidak semua partai dapat meraih hal tersebut secara independent yang membuat para partai politik untuk membuat koalisi. Pada pemilu tahun 2024 ini, ada 3 capres dan cawapres yang telah diresmikan oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) yaitu pasangan calon (paslon) nomor urut satu yaitu Anies Baswedan bersama dengan wakilnya Muhamin Iskandar, paslon nomor urut dua Prabowo Subianto dan wakilnya Gibran Rakabuming Raka dan paslon nomor urut tiga yaitu Ganjar Pranowo dan Mohammad Mahfud Mahmodin.
Debat presidensi merupakan sebuah ajang yang diselenggarakan secara resmi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) setiap masa pemilu dimana para capres dan cawapres dapat beradu gagasan dan beragumen terhadap satu sama lain dalam ajang debat dengan tujuan memaparkan kompetensi, visi dan misi yang dimiliki oleh para paslon. Konsep dari debat capres dan cawapres telah ada sejak tahun 1999 dan telah diterapkan secara resmi sejak tahun 2004. Sejak saat itu debat presidensi pun telah menjadi suatu ajang yang sangat di tunggu-tunggu oleh masyarakat dimana debat dapat menjadi sebuah media pembantu dalam membuat pertimbangan pengunaan hak suara pilih bagi para masyrakat yang menyimaknya. Dikarenakan oleh betapa pentingnya debat presidensi mempengaruhi citra public sang tokoh paslon capres maupun cawapres, kebanyakan dari mereka pun berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dalam ajang debat yang di selenggarakan oleh KPU setiap masa pemilu tersebut.
Pada kesempatan kali ini saya ingin membahas mengenai serangan-serangan pertanyaan yang dilontarkan oleh pasllon wakil presiden nomor urut dua terhadap lawan-lawannya pada ajang debat cawapres 2024 yang sedang hangat diperbicarakan dan didiskusikan oleh banyak orang. Belum lama ini, masyarakat telah digemparkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang dilonatarkan oleh paslon wakil presiden nomor urut dua yaitu Gibran Rakabuming Raka pada debat cawapres yang membuat para lawan debatnya bungkam. Peristiwa ini pertama terjadi pada debat cawapres kedua yang berangsung pada 21 januari 2024 dimana Gibran melontarkan pertanyaan mengenai bagaimana cara ataupun langkah yang akan diambil untuk menaikkan peringkat negara kita dalam SGIE terhadap paslon cawapres nomor urut satu yaitu Muhamin Iskandar atau yang kerap disapa dengan Gus Muhaimin.
Gibran menyatakan bahwa ia merasa Gus Muhaimin seharusnya mengerti topik ini dengan baik dikarenakan ia merupakan ketua dari partai PKB. Partai PKB (Partai kebangkitan Bangasa) merupakan sebuah partai yang banyak terlibat dalam organisasi islam terbesar Indonesia yaitu NU, dimana partai PKB didirikan oleh para kiai petinggi NU yang tentunya membuat partai PKB smenjadi salah satu partai yang paling menguasai ilmu dalam dunia agama islam.
Namun Gus Muhamin tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut dan malah menyebutkan statement “terus terang saya ngak paham SGIE itu apa dan saya tidak pernah mendengar SGIE itu apa?” Dengan menyatakan ini Gus Muhaimin pun mengugurkan kesempatannya untuk menjawab dan malah bertanya balik kepada Gibran. Gibran pun akhirnya memberikan penjelasan bahwa SGIE adalah singkatan dari State of the Global Islamic Economy yang merupakan sebuah laporan tahunan yang menyangkut ekonomi syariah mulai dari makanan dan minuman halal, farmasi halal, kosmetik halal dan produk ekonomi syariah lainnya yang tentunya sangatlah penting bagi Indonesia mengingat bahwa kita adalah negara dengan penduduk islam terbanyak di dunia. Setelah mendengar penjelasan dari Gibran, Gus Muhaimin pun barulah dapat menjawab pertanyaan tersebut dan memberikan gagasannya.
Peristiwa ini pun tentunya menjadi sebuah kontroversi yang menggemparkan dunia politik tanah air dimana banyak pihak yang memiliki pendapat yang berbeda-beda. Berberapa kubuh mengatakan bahwa itu hanya lah sebuah taktik untuk membungkam musuh dengan ilmu akademik dimana tidak semua orang akan mengerti singkatan ataupun kata ilmiah dari suatu permasalahan dan itu bukanlah hal yang penting karena yang penting adalah pengetahuan dan kapabilitas dalam menyelesaikan masalah inti di dalamnya. Namun juga ada berberapa kubuh yang beropini bahwa hal akademis juga perlu diketahui dengan baik karena mereka ini akan menahkodai sebuah negara yang tentunya bukanlah hal yang mudah dan hal akademis akan sering kali di temukan dalam permasalahan ekonomi global.
Peristiwa serupa pun terjadi lagi pada debat cawapres ketiga yang diselenggarakan pada 21 januari 2024 dimana Gibran Kembali lagi melontarkan pertanyaan yang mencenangkan. Ia bertanya kepada paslon cawapres nomor urut tiga yaitu Mohammad Mahfud Mahmodin yang kerap dikenal dengan nama pangillan Mahfud MD mengenai greenflation. Pada debat kali ini sang moderator pun mengingatkan Gibran untuk memberi penjelasan akan singkatan ataupun kata asing, dengan demikian ia pun memberikan penjelasan bahwa green flation adalah inflasi hijau.