Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Jakarta Darurat Sampah

22 Februari 2016   20:54 Diperbarui: 22 Februari 2016   21:28 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta memang terkenal dengan kota metropolitan banyak yang bermimpi mendatangi Jakarta sekedar mengubah nasib dari miskin ke kaya hingga terpesona dengan mewah nya kehidupan di Ibu Kota ini.Pendatang yang datang ke Jakarta kini makin tidak terbendung lagi lonjakan penduduk yang bermukim di Jakarta makin banyak baik penduduk asli Jakarta atau pendatang yang tinggal di sini akibat lonjakan penduduk yang ekstrim ada banyak akibat yang di timbulkan dengan makin banyaknya “SAMPAH” saya tidak hanya membahas sampah dengan arti yang sebenarnya yaitu bahan-bahan bekas rumah tangga dan barang-barang yang sudah tidak di pakai .

Tetapi membahas tentang “SAMPAH” masayarkat dari sudut pandang masyarakat yang terganggu, Di Jakarta ada fakta yang cukup mencengangkan jumlah sampah di Jakarta saat ini mencapai berat 2.000 ekor gajah,di Jakarta masalah sampah memang menjadi beberapa masalah utama di Jakarta kita bagaimana bisa melihat sendiri kali Ciliwung kini bak tempat pembuangan akhir yang di penuhi sampah.Persoalan sampah di Indonesia cukup memperhatikan khususnya di Jakarta,kondisi sampah di Jakarta bahkan mencapai 6.700 ton per hari dan jika diasumsikan berat satu ekor gajah mencapai 3 sampai 4 ton,maka setiap harinya 2.000 ekor gajah yang dikumpulkan di TPA setiap hari.

Banyak cara untuk menekan laju sampah setiap harinya dengan memilah-milah sampah antara organik non organik,mengurangi pemakaian plastic,tidak membuang sampah sembarangan ,dan mendaur ulang sampah tetapi hal tersebut urung di jalankan dan sangatlah susah tentu saja karena kebiasaan masyarakat kita yang masih” menerapkan budaya buang sampah ke kali” kita bisa lihat bagaimana kali dan danau-danau di Jakarta tidak ada yang terbebas dari adanya sampah.

Cara seperti memilah-milah sampah kurang efektif di jalankan di Jakarta karena repot dan juga faktor masyarakat yang sudah individualistis,tidak hanya masalah sampah yang membuat Jakarta semakin terpuruk banyak faktor seperti “SAMPAH MASYARAKAT” yang cukup meresahkan bagi masyarakat, “SAMPAH MASYARAKAT” menurut kamus besar bahasa Indonesia ini sebagai gelandangan (pengemis dan sebagainya) ; orang-orang yang dianggap tidak berguna bagi masyarakat; sampah masyarakat.

Kita tahu Jakarta ini semakin lama di Jakarta ini pengemis semakin banyak dan kriminalitas di Ibu Kota ini semakin banyak meresahkan masyarakat dari aksi begal yang sempat menjadi pembicaraan media-media dengan banyaknya korban begal yang meregang nyawa sangat miris karena sebagian besar pelaku nya masih anak SMA yang mencari uang dengan cara yang tidak halal dan uangnya di pakai untuk berfoya-foya.

Kasus premanisme juga semakin mencuat dengan meminta uang kepada para pedagang-pedagang dan orang-orang yang melintas atau datang ke tempat kekuasaanya,tempat parker liar yang di jagai oleh preman juga semakin menyebar hingga aksi tipu yang di lakukan oleh sebagian pengemis dengan membuat cacat sebagian tubuhnya agar orang yang iba kepadanya lebih banyak.

Permasalahan ini tidak hanya menjadi masalah utama kota Jakarta saat ini tapi dari puluhan tahun sebelumnya,masalah ini sebenarnya kita tidak bisa menyalahkan pemerintah seutuhnya karena penyebab banyaknya “SAMPAH MASYARAKAT” kita tahu orang-orang seperti preman,pengemis,dan begal adalah orang-orang yang terdesak ekonominya dan karena tidak ada kemampuan yang memadai hinnga pendidikan yang tidak sampai SMA hingga hanya dengan mengemis,dan menodong hanya bisa di lakukan untuk menghidupi kehidupannya.

Saat ini pemerintah mulai mencanangkan program wajib belajar hingga SMA,sekolah pun mulai di gratiskan oleh pemerintah meski gratis tidak sepenuhnya gratis seperti buku dan seragam yang masih harus membeli bukan saya membela pemerintah tetapi usaha pemerintah sangat signifikan . Dengan adanya sekolah gratis bukan berarti pelajar bermalas-malas tapi harus meningkatkan keinginan belajar agar mendapat hasil yang memadai,dari sekarang harus mulai mengembangkan potensi.

Kembali lagi ke topik “SAMPAH MASYARAKAT” kriminalitas seperti premanisme sudah tidak lagi di kalangan anak muda saja tetapi sudah merambah Sekolah Dasar kita tahu bahwa beberapa tahun lalu tepatnya Mei 2014 Renggo Khadafi (11 tahun) meninggal akibat di pukuli 3 kakak kelasnya hal ini bermula SY (13 tahun ,tersangka) memegang es krim lalu terjatuh karena tidak sengaja disenggol Renggo,ini membuktikkan bahwa premanisme sudah menjalar dari masa sekolah di Indonesia tepatnya Jakarta pasti banyak kasus semacam ini tetapi mungkin ada yang menutup karena takut dan trauma.

Permasalahan di Jakarta banyak sekali yang harus di benahi setiap tahun makin banyak orang susah yang tinggal di Jakarta bermukim pinngir kali atau bawah jembatan semakin banyak orang semakin banyak juga sampah yang di buang sembarangan hingga pada musim hujan banjir tidak dapat di hindari,

mereka yang berkesusahan juga tidak mempunyai keahlian sehinnga banyak dari mereka yang mencuri,mengemis,menodong,membegal,hinnga menjadi preman,anak mereka yang tidak bersekolah pun berkeliaran bebas mencari uang ataupun mencari kesibukan ada yang berjualan tetapi tidak jarang mereka melakukan dengan tidak mau repot dengan cara memalak,

mengemis,dan cara lainnya.Permasalahan di atas tidak bisa hanya dari pemerintah yang menanggulangi dan masyarakat tidak bisa terus menerus menyalahkan pemerintah tetapi harus dari individu per individu cara nya tidak terlalu sulit dengan sebaik mungkin kita bersekolah dan menjaga lingkungan dan menyadari hukum yang ada di Indonesia,persiapkan dengan menambah pengetahuan sedikit demi sedikit agar tidak banyak pengangguran lagi karena penyebab kriminalitas adalah pengangguran.Dengan pola pikir seperti itu masalh di Jakarta akan di selesaikan walaupun butuh waktu yang lama tetapi permasalahan akan terselesaikan dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun