Saskia langsung menjadi pucat, menyesali perkataannya.
SASKIA: Aku takkan bilang! Akan kutepati sumpahku. Aku tadi hanya asal ngomong. Maaf. Maafkan aku, sayang?
Sunyi beberapa lama.
Saskia menunduk. Tangannya ia lipat erat-erat. Sesuatu mulai menyeruak keluar dari pori-pori dahinya, menjadi bilur-bilur keringat yang menetes. Ia pejamkan mata, bersiap menerima apa pun.
Lalu decak kunyahan itu kembali terdengar.
Saskia menghembuskan napas lega. Ia menegakkan kepalanya. Matanya melirik ke untaian-untaian surga berkrim di piringnya. Lidahnya menjilati bibir entah ke berapa kali.
SASKIA: Kamu pernah berpikir kenapa aku melakukan itu? Sekali saja! Pernahkah kamu memikirkan soal kepentinganku? Keinginanku? Perasaanku?
Decak-decak itu semakin keras terdengar, seakan-akan disengaja untuk menimbun kata-kata Saskia.
Saskia tak tahan lagi. Lalu dia menggebrak meja dan berteriak,
SASKIA: Lalu mau mu apa sekarang ?
Mendadak terdengar suara orang tersedak, diikuti suara orang tercekik, menggapai-gapai napas. Lalu suara kursi terjatuh dan tubuh seseorang roboh ke lantai, berdebam.
Suara orang tercekik, seperti ada sesuatu yang menyumbat kerongkongannya masih berlangsung semakin intens. Lalu akhirnya berhenti. Suasana sunyi total.
Saskia termangu memandang sosok pria yang kini terlentang tak bergerak di lantai. Napasnya turun naik. Matanya membelalak.