Mohon tunggu...
Nicastros Purba
Nicastros Purba Mohon Tunggu... Editor - universitas sumatera utara

suka menullis berita dan artikel tentang sosoial budaya ,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perencanaan Parsipatoris Dalam Intervensi Komunitas , Di Panti Asuhan Pelangi Kasih Medan Indonesia

18 Desember 2024   21:59 Diperbarui: 18 Desember 2024   21:59 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto bersama anak anak panti asuhan

Perencanaan Parsipatoris Dalam Intervensi Komunitas , Di Panti Asuhan Pelangi Kasih Medan Indonesia

Partisipatoris Komunitas: Konsep, Prinsip, dan Implementasi

Partisipatoris komunitas adalah pendekatan yang melibatkan anggota komunitas dalam proses pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi berbagai program atau kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Pendekatan ini menekankan keterlibatan aktif masyarakat dalam seluruh siklus pembangunan, sehingga mereka tidak hanya menjadi penerima manfaat tetapi juga menjadi pelaku utama dalam perubahan sosial yang diinginkan.

Konsep Partisipatoris Komunitas

Partisipatoris komunitas didasarkan pada gagasan bahwa masyarakat memiliki hak dan kemampuan untuk terlibat dalam isu-isu yang memengaruhi kehidupan mereka. Partisipasi tidak hanya melibatkan kehadiran fisik, tetapi juga mencakup kontribusi ide, sumber daya, dan keterampilan dalam berbagai tahapan program.

Prinsip-Prinsip Partisipatoris Komunitas

  1. Inklusivitas: Semua anggota komunitas, termasuk kelompok rentan seperti perempuan, anak-anak, dan penyandang disabilitas, harus memiliki kesempatan untuk berpartisipasi.
  2. Transparansi: Informasi tentang tujuan, proses, dan hasil program harus tersedia dan mudah diakses oleh seluruh komunitas.
  3. Keadilan: Setiap individu dalam komunitas harus mendapatkan perlakuan yang adil tanpa diskriminasi.
  4. Tanggung Jawab Bersama: Semua pihak, termasuk pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan komunitas itu sendiri, harus bertanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan program.
  5. Pemberdayaan: Partisipasi komunitas harus memperkuat kapasitas dan kemampuan masyarakat untuk membuat keputusan yang lebih baik di masa depan.

Tingkatan Partisipasi Komunitas

Partisipasi komunitas dapat diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan:

  1. Partisipasi Pasif: Komunitas hanya menerima informasi tanpa memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan.
  2. Partisipasi Konsultatif: Pendapat komunitas diminta tetapi keputusan akhir tetap dipegang oleh pihak luar.
  3. Partisipasi Fungsional: Komunitas dilibatkan dalam pelaksanaan program yang sudah dirancang oleh pihak luar.
  4. Partisipasi Interaktif: Komunitas aktif dalam setiap tahap program, termasuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
  5. Partisipasi Mandiri: Komunitas sepenuhnya merancang dan melaksanakan program mereka sendiri.

Manfaat Partisipatoris Komunitas

  1. Peningkatan Kualitas Keputusan: Keputusan yang dibuat dengan melibatkan komunitas cenderung lebih tepat sasaran karena sesuai dengan kebutuhan dan konteks lokal.
  2. Penguatan Kapasitas Komunitas: Melalui keterlibatan aktif, masyarakat mendapatkan keterampilan dan pengetahuan baru.
  3. Peningkatan Keberlanjutan Program: Keterlibatan komunitas menciptakan rasa memiliki yang lebih kuat, sehingga program lebih berkelanjutan.
  4. Pengurangan Konflik Sosial: Proses partisipatoris dapat meminimalkan potensi konflik melalui dialog dan musyawarah.

Tantangan dalam Implementasi

  1. Kurangnya Kesadaran: Beberapa komunitas mungkin tidak memahami pentingnya partisipasi.
  2. Ketimpangan Kekuasaan: Pihak tertentu dalam komunitas bisa mendominasi proses pengambilan keputusan.
  3. Sumber Daya Terbatas: Keterbatasan sumber daya manusia, finansial, dan waktu dapat menghambat partisipasi yang efektif.
  4. Budaya dan Tradisi Lokal: Nilai-nilai budaya tertentu bisa menjadi penghalang bagi kelompok tertentu untuk berpartisipasi aktif.

Strategi untuk Meningkatkan Partisipasi Komunitas

  1. Edukasi dan Penyuluhan: Memberikan pelatihan dan informasi yang memadai kepada komunitas tentang pentingnya keterlibatan mereka.
  2. Pendekatan Partisipatif: Menggunakan metode yang sesuai dengan budaya lokal, seperti musyawarah desa, forum komunitas, dan pertemuan informal.
  3. Fasilitasi oleh Pihak Ketiga: Menggunakan fasilitator yang netral untuk memastikan proses berjalan dengan adil dan inklusif.
  4. Penguatan Kapasitas Lokal: Memberikan pelatihan kepada pemimpin komunitas agar mereka bisa memfasilitasi partisipasi yang lebih baik.

STUDY KASUS : PANTI ASUHAN PELANGI KASIH MEDAN INDONESIA 

Panti Asuhan Pelangi Kasih di Medan, Indonesia, telah menjadi contoh nyata bagaimana pendekatan partisipatoris dalam intervensi komunitas dapat meningkatkan kesejahteraan anak-anak asuh. Dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk mahasiswa, pengasuh, dan anggota masyarakat, panti asuhan ini berhasil mengimplementasikan program-program yang berfokus pada pengembangan keterampilan, literasi, dan perilaku sosial anak-anak.

Intervensi Komunitas di Panti Asuhan Pelangi Kasih

  1. Membangun Budaya Literasi: Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial dari Universitas Sumatera Utara (USU) melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Panti Asuhan Pelangi Kasih dengan tujuan meningkatkan minat baca anak-anak. Mereka menciptakan lingkungan yang merangsang minat baca melalui penyediaan bahan bacaan yang menarik dan interaksi positif.
  2. Pengembangan Keterampilan dan Perkembangan Anak: Program lain yang dilaksanakan di panti asuhan ini berfokus pada mendukung keterampilan dan perkembangan anak-anak melalui interaksi positif. Kegiatan ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan perkembangan anak dan membantu mereka mencapai potensi maksimal.
  1. Peran Pengasuh dalam Perkembangan Perilaku Sosial: Penelitian menunjukkan bahwa pengasuh di Panti Asuhan Pelangi Kasih memainkan peran multifaset, termasuk pemberian dukungan emosional, bimbingan perilaku, dan pemenuhan kebutuhan dasar anak-anak asuh. Peran ini penting dalam membentuk perilaku sosial positif pada anak-anak.

Penerapan Pendekatan Partisipatoris

Pendekatan partisipatoris dalam intervensi komunitas di Panti Asuhan Pelangi Kasih melibatkan:

  • Kolaborasi dengan Institusi Pendidikan: Mahasiswa dari berbagai universitas terlibat dalam program pengembangan anak, membawa perspektif baru dan sumber daya tambahan.
  • Keterlibatan Pengasuh dan Staf Panti: Pengasuh berperan aktif dalam implementasi program, memastikan bahwa intervensi sesuai dengan kebutuhan dan konteks anak-anak.
  • Partisipasi Anak-anak Asuh: Anak-anak dilibatkan dalam kegiatan yang dirancang untuk mereka, memberikan kesempatan untuk berpartisipasi aktif dan mengembangkan keterampilan baru.

Manfaat Pendekatan Partisipatoris

  • Peningkatan Kualitas Program: Dengan melibatkan berbagai pihak, program yang dilaksanakan lebih komprehensif dan sesuai dengan kebutuhan anak-anak.
  • Pemberdayaan Komunitas: Keterlibatan komunitas dalam intervensi meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab bersama terhadap kesejahteraan anak-anak.
  • Pengembangan Kemandirian Anak: Program yang berfokus pada literasi dan keterampilan membantu anak-anak mengembangkan kemandirian dan kesiapan untuk masa depan.

Tantangan dan Pembelajaran

Meskipun pendekatan partisipatoris membawa banyak manfaat, tantangan seperti koordinasi antara berbagai pihak, keterbatasan sumber daya, dan perbedaan perspektif perlu dikelola dengan baik. Pembelajaran dari Panti Asuhan Pelangi Kasih menunjukkan bahwa komunikasi yang efektif, komitmen bersama, dan fleksibilitas dalam pelaksanaan program adalah kunci keberhasilan intervensi komunitas berbasis partisipasi.

Secara keseluruhan, Panti Asuhan Pelangi Kasih di Medan menjadi contoh bagaimana pendekatan partisipatoris dalam intervensi komunitas dapat diterapkan secara efektif untuk meningkatkan kesejahteraan dan perkembangan anak-anak asuh.

Pendekatan Partisipatoris dengan Direct Service dan Indirect Service: Studi Kasus Panti Asuhan Pelangi Kasih Medan, Indonesia

Pendekatan partisipatoris dalam intervensi komunitas dapat dikaitkan dengan konsep Direct Service dan Indirect Service dalam layanan sosial. Di Panti Asuhan Pelangi Kasih, Medan, Indonesia, intervensi yang melibatkan masyarakat, pengasuh, dan lembaga sosial mencakup kedua jenis layanan ini.

1. Direct Service (Layanan Langsung)

Definisi: Direct Service melibatkan interaksi langsung antara pemberi layanan dan penerima manfaat. Fokusnya adalah memberikan bantuan langsung yang memenuhi kebutuhan spesifik penerima.

Contoh di Panti Asuhan Pelangi Kasih:

  • Kegiatan Bimbingan dan Konseling: Mahasiswa dari Universitas Sumatera Utara memberikan bimbingan belajar dan konseling langsung kepada anak-anak asuh.
  • Penyediaan Kebutuhan Dasar: Komunitas lokal sering kali menyumbangkan makanan, pakaian, dan kebutuhan sehari-hari langsung kepada panti asuhan.
  • Kegiatan Sosial dan Pelatihan Keterampilan: Pelatihan komputer dan kursus keterampilan seperti kerajinan tangan melibatkan interaksi langsung antara pelatih dan anak-anak.

Tahapan Direct Service:

  1. Identifikasi Kebutuhan: Misalnya, kebutuhan literasi, makanan, atau bimbingan belajar.
  2. Perencanaan Kegiatan: Merancang jadwal kegiatan sesuai kebutuhan anak.
  3. Pelaksanaan Layanan: Memberikan layanan langsung seperti pelajaran tambahan, pelatihan keterampilan, dan pemberian makanan.
  4. Monitoring dan Evaluasi: Melakukan penilaian terhadap dampak kegiatan seperti peningkatan keterampilan belajar anak.

2. Indirect Service (Layanan Tidak Langsung)

Definisi: Indirect Service mencakup kegiatan di balik layar yang mendukung tercapainya tujuan layanan, tanpa berinteraksi langsung dengan penerima manfaat.

Contoh di Panti Asuhan Pelangi Kasih:

  • Penggalangan Dana dan Donasi: LSM dan perusahaan lokal mengorganisasi kampanye penggalangan dana untuk mendukung kebutuhan operasional panti asuhan.
  • Peningkatan Kapasitas Pengasuh: Pelatihan bagi pengasuh untuk meningkatkan keterampilan mereka dalam mendampingi anak-anak.
  • Pembuatan Kebijakan dan Manajemen: Perumusan kebijakan internal yang mendukung pengelolaan panti asuhan secara profesional dan transparan.

Tahapan Indirect Service:

  1. Analisis Situasi: Memeriksa kondisi manajemen panti asuhan dan kebutuhan pengasuh.
  2. Perencanaan dan Koordinasi: Mengatur kampanye donasi atau pelatihan pengasuh.
  3. Pelaksanaan Program Pendukung: Menyalurkan dana, menyelenggarakan pelatihan, dan memperbarui kebijakan internal.
  4. Evaluasi dan Laporan: Membuat laporan tentang penggunaan dana, hasil pelatihan, dan kinerja operasional panti.

Pendekatan Partisipatoris dalam Direct dan Indirect Service

Pendekatan partisipatoris melibatkan semua pemangku kepentingan dalam setiap tahapan Direct dan Indirect Service, menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab bersama.

Penerapan di Panti Asuhan Pelangi Kasih:

  • Komunitas: Mengumpulkan donasi dan melakukan kegiatan sukarela langsung.
  • Pengasuh: Berperan dalam memberikan Direct Service kepada anak-anak sambil terlibat dalam pelatihan (Indirect Service).
  • Anak-anak Asuh: Dilibatkan dalam program pelatihan keterampilan dan bimbingan belajar, serta dimotivasi untuk memberikan umpan balik atas layanan yang diterima.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun