Tulisan ini terinspirasi dari curhat teman-teman atau dari tulisan beberapa teman di timeline facebook saya.
Di jaman era modern seperti sekarang dimana baju bolong2 dihargai lebih mahal, rokok rasa cappucino, teh bukan lagi rasa teh melainkan leci tentunya peran wanita dalam kehidupan masyarakat juga mengalami perubahan drastis. Amat drastis.Â
Saking drastisnya wanita bukan lagi sbg tulang rusuk tapi tulang punggung.Â
Meski sudah menjadi tulang punggung, wanita kerap kali sering dianggap menyalahi kodratnya karena lebih memilih bekerja di luar dibanding mengurus anak-anak. Ini namanya sudah nyungsep ketimpa tangga apalagi kalo yang bicara seperti itu adalah para suami. Air susu dibalas air ketuban. Kesal? Iye.
"Lebih baik kerja, jangan bergantung sama suami. Biar bagaimanapun duit sendiri lebih enak dipakai daripada duit suami. Sudah kasih telat harus ngemis-ngemis pula."
Ada juga nasihat yg bilang....
"Kerja kan juga untuk bantu meringankan suami cari duit."
Sekian banyak nasihat dan kata-kata bijak intinya cuma satu "Penghasilan"
Di satu sisi, ada wanita yang bisa mengerjakan semuanya sekaligus yaitu sebagai pencari nafkah juga pengasuh anak dan pengurus rumah tangga. Semuanya dikerjakan sendiri bahkan tali kolor suaminya pun dibeli dari hasil jerih payahnya. Lantas dia bahagia? Bisa iya, Bisa tidak. Si wanita merasa bahagia tapi jika ia sudah masuk ke dalam lingkaran keluarga mertua, hatinya seperti di neraka.
Di sisi lain, ada wanita yang full time menjadi seorang ibu rumah tangga tanpa penghasilan, tinggal bersama keluarga mertua pula. Karena hidup bersama mertua muncullah peribahasa "Jauh wangi, Dekat busuk".
Tapi ada juga wanita yang full time ibu rumah tangga, tidak tinggal bersama mertua melainkan hanya tinggal bersama anak dan suami yang menganut kalimat "Di atas ranjang wangi, turun ranjang busuk".
Bagaimana jika ketiga wanita ini bertemu untuk pertama kalinya ? Merasa sama.
Bagaimana jika ketiga wanita ini bertemu untuk kedua kalinya ? Saling menasihati untuk menjadi wanita yang tangguh.
Bagaimana jika ketiga wanita ini bertemu untuk ketigakalinya? Ada rasa kagum juga merasa berbeda.
Siapakah yang paling tangguh? Dia yang tetap menjaga keutuhan rumah tangganya.
Berpenghasilan atau tidak bukanlah bukti ketangguhan melainkan bagaimana cara wanita menjaga keutuhan rumah tangganya itulah yang menjadikannya sosok yang tangguh.
Terkadang wanita yang pintar cari duit sering merasa superior di banding pasangannya ataupun wanita lain.Â
Terkadang wanita yang pintar cari duit merasa gerah dengan kekurangan ataupun kebiasaan jelek pasangannya.
Terkadang wanita yang pintar cari duit merasa berhak menuntut karena ia lebih banyak berkorban dalam keluarga.
Terkadang wanita yang pintar cari duit, lupa bahwa suaminya pun sebenarnya MALU dinafkahi wanita walaupun sang suami menunjukkan sebaliknya.
Terkadang wanita yang pintar cari duit, lupa bahwa suaminya rela menerima keburukan istri walaupun sang istri tidak pernah menyadarinya.
Terkadang wanita yang pintar cari duit, lupa bahwa suaminya patuh dan menurutinya bukan karena sang istri yang mencari uang melainkan karena istrinya adalah seorang wanita yang berjalan di luar kodratnya demi keluarga.
Tidak mudah bagi seorang laki-laki menerima kenyataan bahwa hidupnya dan anak-anaknya di nafkahi seorang wanita.
Menjaga sebuah keutuhan rumah tangga sesuai janji pernikahan "hingga maut memisahkan" bukanlah sesuatu yang mudah. Lebih berat dari keringat yang kamu berikan untuk keluarga.
Jika kamu seorang wanita yang menjadi tulang punggung keluarga, kamu luar biasa.
Jika kamu seorang wanita yang menjadi tulang punggung keluarga dan masih memiliki keluarga yg utuh, kamu tangguh luar biasa.
Manusia tidak pernah lepas dari perjuangan. Perjuangan barulah berakhir saat manusia kembali menjadi tanah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H