Mohon tunggu...
Nia sri rahayu
Nia sri rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Haii

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Review Novel "Belenggu" Karya Armijn Pane

21 Maret 2024   10:13 Diperbarui: 21 Maret 2024   10:28 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Identitas Buku

Judul                : Belenggu

Penulis             : Amijn Pane

Penerbit           : Dian Rakyat

Tahun Terbit    : 1940

Tebal               : 150 Halaman

ISBN               : 979-523-046-8

Belenggu merupakan novel karya Armijn Pane, yang diterbitkan pada tahun 1940 oleh Dian Rakyat, Jakarta. Novel ini dikenal sebagai karya pembaharu dari kalangan angkatan Pujangga Baru. Buku dengan tebal 150 halaman ini memiliki sejarah yang cukup menggemparkan. Bagaimana tidak, novel ini pernah ditolak oleh salah satu penerbit pustaka, novel ini juga ramai dipuji dan dicela oleh banyak pembaca, akan tetapi pada akhirnya novel ini menjadi salah satu roman klasik modern Indonesia yang banyak dibaca oleh orang terpelajar Indonesia.

Novel Belenggu ini banyak menggunakan bahasa serapan, berbeda dengan novel-novel karya pujangga baru lainnya yang lebih menonjolkan bahasa Belanda atau kolonial. Novel ini juga menggunakan majas simile atau pertautan dengan membandingkan dua hal yang secara hakiki berbeda, tetapi dianggap mengandung pandangan yang serupa, dinyatakan secara eksplisit dengan kata seperti dan bagai. Serta, banyak menggunakan tanda baca elipsis atau titik-titik dan selalu menampilkan monolog sebagai konflik antar tokoh dan batin tokoh itu sendiri.

Belenggu menceritakan tentang kisah percintaan Sukartono (Tono) dengan dua orang perempuan, yakni Sumartini (Tini) dan Rohayah (Yah). Tono adalah seseorang yang berprofesi sebagai dokter, ia memiliki sifat yang rajin, baik hati, serta gigih menolong siapapun yang membutuhkan bantuannya. Tono menikah dengan seorang gadis yang sangat cantik dan juga cerdas bernama Tini. Tono mengira karena kecantikan dan kecerdasan yang Tini miliki menjadikan sosok Tini menjadi seseorang yang sangat cocok untuk mendampingi dirinya. Namun pernikahannya itu membuat Tono merasa menjadi sia-sia, sebab Tono merasa Tini tidak seperti seorang istri pada umumnya yang biasa merawat suaminya.

Di dalam novel ini tokoh Tono digambarkan selalu berkeinginan untuk memiliki sosok istri yang selalu ada untuk melayani dirinya dalam melakukan aktivitas-aktivitas seperti menunggu telepon untuk mencatat nama-nama pasien, membuka sepatu Tono saat Tono pulang kerja, dan sebagainya. Namun, tokoh Tini di sini tidak berlaku demikian, sebab Tini merasa ia pun tidak mendapatkan hak-hak sebagai seorang istri dari Tono yang setiap hari sibuk mengurusi pasien. Selain itu, di dalam novel ini juga tokoh Tini digambarkan sebagai seorang perempuan yang modernis, hari-harinya ia habiskan di luar rumah, kadang ia pergi ke pesta bahkan kadang juga ia pergi untuk bertemu dan berkumpul dengan rekan-rekan organisasinya.

Hal ini membuat Tono jadi merasa kesepian, hingga pada akhirnya Tono mendatangi seorang pasiennya yang bernama Nyonya Eni. Tono merasa tidak asing dengan sosok Nyonya Eni, hingga akhirnya Tono tau bahwa Nyonya Eni hanyalah nama samarannya saja dan nama yang sebenarnya adalah Rohayah. Rohaya adalah salah seorang teman Tono. Ketika bertemu lagi, Rohayah memperlakukan Tono layaknya seorang suami. Rohayah yang selalu ada untuk melayani Tono, menjadi tempat bercerita bagi Tono, hingga akhirnya Tono merasa nyaman dengan Rohayah. Perlakuan yang selama ini ia harapkan dari sosok Tini, kini malah ia dapatkan dari sosok Rohayah. Hal ini yang menyebabkan Tono jadi berselingkuh dengan Rohayah.

Perselingkuhan antara Tono dan Rohayah diketahui oleh Tini. Kekita Tini megetahui hal itu, ia segera menemui rohayah. Ketika bertemu dengan Rohaya, Tini diperlakukan dengan baik dan disambut dengan tutur kata yang lembut. Hal ini membuat Tini merasa Rohayah adalah sosok perempuan yang lebih pantas untuk mendampingi Tono sebagai istri.

Tini memutuskan untuk berpisah dengan Tono dan pergi meninggalkan Tono. Akhirnya Tono tidak dapat menahannya, dan kembalilah Tono kepada Rohayah. Namun saat Tono ingin bertemu dengan Rohayah, ternyata Rohayah juga telah meninggalkannya. Tono merasa sedih, karena ditinggalkan oleh orang-orang terkasihnya.

Dari novel ini, kita dapat mengambil sebuah pesan, yaitu dalam hubungan suami istri harus saling menghormati dan menghargai pasangan masing-masing. Jangan pernah berhianat terhadap orang yang telah memberikan kasih sayang yang tulus, apa lagi jika telah terikat di dalam sebuah pernikahan.

Sumber Rujukan

Pane, Armijn. Belenggu. Jakarta: Dian Rakyat. 1940.

Handayani, Sri Devi. Analisis Novel Belenggu Karya Armijn Pane. Diakses pada 27 September 2016.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun