Identitas Buku
Judul         : Belenggu
Penulis       : Amijn Pane
Penerbit      : Dian Rakyat
Tahun Terbit   : 1940
Tebal        : 150 Halaman
ISBN Â Â Â Â Â Â Â : 979-523-046-8
Belenggu merupakan novel karya Armijn Pane, yang diterbitkan pada tahun 1940 oleh Dian Rakyat, Jakarta. Novel ini dikenal sebagai karya pembaharu dari kalangan angkatan Pujangga Baru. Buku dengan tebal 150 halaman ini memiliki sejarah yang cukup menggemparkan. Bagaimana tidak, novel ini pernah ditolak oleh salah satu penerbit pustaka, novel ini juga ramai dipuji dan dicela oleh banyak pembaca, akan tetapi pada akhirnya novel ini menjadi salah satu roman klasik modern Indonesia yang banyak dibaca oleh orang terpelajar Indonesia.
Novel Belenggu ini banyak menggunakan bahasa serapan, berbeda dengan novel-novel karya pujangga baru lainnya yang lebih menonjolkan bahasa Belanda atau kolonial. Novel ini juga menggunakan majas simile atau pertautan dengan membandingkan dua hal yang secara hakiki berbeda, tetapi dianggap mengandung pandangan yang serupa, dinyatakan secara eksplisit dengan kata seperti dan bagai. Serta, banyak menggunakan tanda baca elipsis atau titik-titik dan selalu menampilkan monolog sebagai konflik antar tokoh dan batin tokoh itu sendiri.
Belenggu menceritakan tentang kisah percintaan Sukartono (Tono) dengan dua orang perempuan, yakni Sumartini (Tini) dan Rohayah (Yah). Tono adalah seseorang yang berprofesi sebagai dokter, ia memiliki sifat yang rajin, baik hati, serta gigih menolong siapapun yang membutuhkan bantuannya. Tono menikah dengan seorang gadis yang sangat cantik dan juga cerdas bernama Tini. Tono mengira karena kecantikan dan kecerdasan yang Tini miliki menjadikan sosok Tini menjadi seseorang yang sangat cocok untuk mendampingi dirinya. Namun pernikahannya itu membuat Tono merasa menjadi sia-sia, sebab Tono merasa Tini tidak seperti seorang istri pada umumnya yang biasa merawat suaminya.
Di dalam novel ini tokoh Tono digambarkan selalu berkeinginan untuk memiliki sosok istri yang selalu ada untuk melayani dirinya dalam melakukan aktivitas-aktivitas seperti menunggu telepon untuk mencatat nama-nama pasien, membuka sepatu Tono saat Tono pulang kerja, dan sebagainya. Namun, tokoh Tini di sini tidak berlaku demikian, sebab Tini merasa ia pun tidak mendapatkan hak-hak sebagai seorang istri dari Tono yang setiap hari sibuk mengurusi pasien. Selain itu, di dalam novel ini juga tokoh Tini digambarkan sebagai seorang perempuan yang modernis, hari-harinya ia habiskan di luar rumah, kadang ia pergi ke pesta bahkan kadang juga ia pergi untuk bertemu dan berkumpul dengan rekan-rekan organisasinya.