Mohon tunggu...
Raffa Yusniah
Raffa Yusniah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

universitas Bhayangkara,PT.SANKEN INDONESIA, dan semua lagu taylor swift. \r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Begin Again

3 Maret 2013   17:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:23 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oke! Ini hanya sebuah permulaan bagiku untuk mengawali hari baru di daerahantah berantah ini, pikirku seraya meneguk kopi pahit ku banyak-banyak, rasanya memang sepahit hati ku saat ini, bagaimana tidak? Apa sih salahku? apasih yang salah dari seorang remaja yang baru sebulan yang lalu menanggalkan seragam putih abu-abunya dan tiba-tiba harus terjerumus dalam lingkaran arus lapangan kerja yang sebelumnya benar-benar asing baginya. Banyak orang bilang ini adalah tempat yang tepat untuk merajut kebahagiaan, bekerja, mempunyai kesibukan, berpenghasilan sendiri, lajang dan bersenang-senang. huh! aku tidak percaya, aku baru mau memulainya dan aku sudah sinting seketika! Ku hirup dalam-dalam aroma kopi hitam di hadapanku, seluruh isi rumah sudah terlelap, tinggal aku sendirian tertahan oleh kafeindi ruang tengah yang mendadak sunyi, otak ku berkeliaran tak jelas dan teramat sangat ruwet setiap kali mengingat suara-suara kasar yang meluncur dari bibir yang aku yakin sudah akrap dengan nikotin itumenghantamku tadi siang. aku masih bersikukuh dengan pendirianku bahwa aku tidak salah,aku hanya belum paham, begitu pembelaan hati kecilku, dia yang salah! seharusnya jika dia benar-benar atasan yang terdidik dan profesional bukan seperti itu menangani karyawan barunya yang masih bego, karyawan barunya yang berjuang mati-matian beradaptasi menyeimbangkan antara rasa kagum dengan jengah, dan dia dengan segala keangkuhanya meruntuhkan perjuanganku beradaptasi begitu saja.

Aku pernah membaca bahwa tuhan tidak akan membebani umatnya melebihi batas kemampuan umatnya,itu berarti tuhan tau bahwa aku sanggup menghadapi masalah yang kini sedang menggerogoti otakku hingga nyaris kusut, namun aku tidak janji pagi ini siap menghadapi Pak Azaki, sosoknya masih terlalu ngeri di mataku,urat wajahnya yang tegas mirip punya bapak hanya saja urat wajah tegas bapak dipadu dengan mata yang teduh bukan seperti mata Pak Azaki yang sekali kau melihatnya akan terhisap habis seluruh kebahagiaanmu, namundemikian aku tetap melangkahkan kakiku menuju halte tempat biasa aku menunggu bis jemputan yang akan membawaku ke tempat kerja.

”Satu masa yang paling menyengsarakan untuk manuasia di dunia adalah saat mereka menjalani hari pertama sebagai pendatang baru” kalimat bapak dua bulan silam saat kami masih bersama kembali terngiang, membuatku sadar bahwa ini hanyalah kerikil kecil menuju fase kehidupan yang akan lebih menantang dikemudian hari.

Saat bis yang ku tunggu terlihat di ujung jalan aku beranjak dari dudukku, ku mantapkan dalam hati bahwa semua akan baik-baik saja, aku sudah siap dengan kalimat baru yang akan Pak Azaki sematkan dengan manis di otakku jika nanti aku tidak sengaja melakukan kesalahan dalam proses belajarku mengenal cara kerja mesin-mesin bising itu, akan aku nikmati setiap kata yang meluncur dari bibir kejamnya itu,akan kuresapi dan akan ku buang lewat keringat yang keluar dari pori-pori kulitku.pikirku asal membuat ku tersenyum sendiri.

@@@

Aku membiarkan pagi ini berlalu begitu saja tanpa aktivitas yang berarti, sebenarnya ini pagi yang cerah dan terkesan menyenangkan untuk sekedar minum teh dengan sekerat roti atau ubi atau soto depan komplek,aku membuka tirai jendela kamarku dan mematap sayu keluar, mataharipagi menyinari sebagian tembok pembatas halaman, mawar dan pacar air sumringah menyambut hangat nya matahari pagi pukul delapan,aku duduk diambang jendela, angin tipis menyapa dan mempermainkan ujung poniku.

Kemarin Pak Azaki menemuiku dan meminta maaf kepadaku setelah mengusirku dari ruang produksi yang mau tidak mau membuatku menangis sendirian di gudang belakang, dan sialnya seniorku memergokiku sedang sesenggukan di balik tumpukan kardus bekas, dan aku yakin dia yang melapor ke Pak Azaki, ini benar-benar memalukan! aku belum pernah menangis di tangan orang lain sebelumnya, aku hanya akan mengeluarkan air mata saat emosi bapak sudah mencapai ubun-ubun menghadapi kenakalanku, dan jika kau tau bagaimana sikap Pak Azaki meminta maaf kepadaku, sungguh pasti kau ingin memeluknya saat itu juga! dan itu yang terjadi kepadaku kemarin, lima menit setelah seniorku keluar gudang, terlihat sosok laki-laki yang belakangan ini akrap di otakku masuk kedalam gudang dan berjongkok di hadapanku yang masih sesenggukan dengan kedua tangan memeluk erat lutut,dia tidak meraih tanganku, juga tidak memegang bahuku, meskipun sebenarnya sangat kuharapkan saat itu, dia hanya menatap bekas-bekas aliran air mataku yang ku biarkan kentara, aku tak mau bersusah-susah menghapusnya

“sakit?” tanyanya datar , aku diam saja

“minta maaf,jika salah membimbing selama ini” ujarnya lagi lalu beranjak pergi karena aku sama sekali tidak mengucap sepatah katapun, aku memandangi punggungnya sebersit perasaan gila menyambangiku, mati-matian aku menolak perasaan itu singgah di jiwaku, namun sulit, hingga pagi ini aku masih memikirkanya, ini tidak adil untuk martabatku, setelah dia mencercaku, memaki-maki dengan kata-kata kasarnya, hingga mengusirku keluar ruangan, dan meminta maaf dan aku terpukau dan aku memikirkannya setiap detik dan kini aku nyaris sinting oleh namanya! aku menjambak rambutku sendiri mencoba menghentikanpikiran dan perasaan gila yang kini tengah berperang dalam benakku.

@@@

Aku berjalan sendirian menyusuri trotoar, sepatu kets ku berdecak ringan setiap kali aku melangkah, aku sudah berjanji menemani Mia sahabatku sejak SMA itu ke toko buku, Mia menungguku di depan komplek perumahan, dan kami berjalan kaki berdua di malam yang tak Nampak satupun bintang, bulan pun hanya kelihatan separo dan tersaput awan malam tipis

“susah lihat bintang disini,banyak asap pabriknya” ujar Mia , aku mengiyakan saja karana memang kenyataannya begitu

Dan disinilah aku malam minggu ini, menemani Mia yang tampak khusuk dengan buku tebal di tangannya, aku sendiri tak berniat membeli buku, masih banyak buku yang belum selesai ku baca hanya ngendon di rak buku, terlalu penat dengan pikiranku ahir-ahir ini, menghilangkan rasa bosan yang mulai melanda aku memilih buku ringan penuh warna di deretan palin depan, hampir sejam aku dan Mia di toko buku ini, aku sudah mati bosan saat Mia menghampiriku

“pulang yuk, sudah dapat” ujarnya sambil menarik lenganku

aku melirik judul buku yang dibawa Mia, mein kampf ,aku menelan ludah

“serius?” tanyaku

“serius apa Tri?” Mia balik Tanya

“serius mau baca itu?”

“ya iya lah Sasmi santri” jawabnya “aku penasaran”

“terlalau profokatif” ujarku “kehipnotis sukurin lu”

Mia tertawa renyah “menantang nyali Tri” ujar nya congkak “langkah jitu, modal awal PDKT sama hitler”

“anak cucunya kali,yang ada otak mu ituentar kecuci” kataku seraya menghantam lembut bahu Mia

Aku berdiri di luar took buku yang berseberangan dengan kedai kopi,menunggu Mia yang sedang mengantri di kasir, gemerlap lampu pusat kota menggantikan langit yang suram tanpa bintang,ku pandangi sahabat baik ku itu dari kaca depan dia melihatku dan melambai nakal,sejak di bangku SMA Mia memang penggila sejarah, semua koleksi bukunya yang berderet rapi di rak buku kamarnya tidak ada yang tidak berbau sejarah, koleksi DVD nya saja judulnya selalu membuatku bergidik, film G 30 S/PKI adalah salah satu koleksinya dan aku bersumpah itu adalah film terhoror yang pernah aku tonton. ku edarkan pandanganku menyapu hiruk pikuk kehidupan malam di pusat kota ini, mataku tertuju pada sosok yang sekilas volume tubuhnya mirip Ir.soekarno dalam salah satu DVD Mia, berjalan santai keluar dari kedai kopi di seberang jalan, dia tidak sendirian seorang wanita yang mungkin sebaya dengannya berjalan disampingnya, aku tak bisa mendiskripsikan apa yang aku rasakan saat itu, yang pasti aku ingin cepat-cepat berada di kamar tidurku saat itu juga, aku masih memandangi saat Pak Azaki membukakan pintu mobilnya untuk wanita berambut panjang itu, dan terus memandangi sampai mobil itu menghilang dari pandangan berbaur dengan padatnya lalu lintas, aku tak menyadari ternyata Mia sudah disampingku.

“apaan sih?” Tanya Mia heran

“enggak” aku menarik lengannya dan menyeretnya pulang, sepanjang jalan Mia berontak tak tau apa yang terjadi dengan sahabatnya, aku diam saja meski Mia membombardir ku dengan beragam pertanyaan. aku berpisah di satu gang dengan mia, setelahmemastikan bahwa aku akan baik-baik saja,Mia lalu berbalik arah menuju rumahnya, aku dengan sejuta kekecewaan yang tak bisa di jelaskan melangkah pelan menuju rumah.

Kubenamkan kepalaku dibantal,mencoba memblokir apapun yang berusaha masuk dalam pikiranku,24jam penuh setiap hari aku kelimpungan memikirkan satu orang, namun faktanya sungguh mengerikan saat tau orang itu tengah bersenang-senang tertawa dengan wanita lain, aku benar-benar kecewa, seluruh prasangka baik yang disuguhkan hati kecilku tak mampu meredakan emaosi kekecewaanku, sampai ahirnya pagi itu seluruh karyawan dibuat geger dengan beredarnya sebuah undangan merah bermotif batik,cantik namun sangat tragis, Pak Azaki sendiri yang mengantarkan undangan itu kemeja ku, aku tersenyum menerimanya, meski sebenarnya akau ingin meraung saat itu juga,

“maaf untuk kejadian waktu itu” ucapnya “rencana pernikahanku dengan Sarah benar-benar menguras emosiku”

aku mengangguk tak berujar , mata yang dulu selalu kuhindari itu kini menatapku , lama, aku menyadari itu, tapi aku diam saja.dan tetap menunduk. aku ingin menyalahkannya, namun ini tidak adil,Pak Azaki tidak tau jika aku memikirkannya setiap hari, dan sejak kata maafnya di gudang itu aku tak lagi mau berurusan dengannya, aku lebih nyaman menghindar meski sebenarnya aku ingin dekat. aku selalu menjawab singkat semua pertanyaannya, dan tak sekalipun aku mau menatapnya, ini memang masalah namun aku lebih memilih sikap ini semata-mata karena aku terlalu pengecut, aku tidak mau grogi.

@@@

Aku melipat kedua lengan tanganku di dada menahan dinginnya udara tengah malam, ku tarik ujung kerah sweater woll ku agar menutupi leher, aku menghirup udara malam dalam-dalam,berjalan sendirian di tengah malam adalah obat terbaik saat patah hati. aku tersenyum dengan apa yang terjadi denganku ahir-ahir ini,besuk adalah pernikahannya Pak Azaki dan aku dengan segala rasa cinta yang terpendam untuknya hanya bisa mendoakannya dari jauh, aku tidak mungkin berada disana besuk, itu sungguh tidak mungkin, namun aku ikhlas, biarlah ini menjadi salah satu pembelajaran bagiku untuk mencapai fase dewasa,untuk hatiku agar lebih berhati-hati menterjemahkan sebuah perasaan, aku memang tak mengganggap bahwa cinta yang ku punya untuk Pak Azaki adalah emosi sesaat, namun aku yakin suatu saat seiring bergulirnya waktu rasa itu akan menguap dengan sendirinya.aku masih terlalu muda untuk mengenal semua rasa ini dan rasa itu, biarlahakuakanmemulai lagi merajut cinta dengan sosok adam yang lain, dengan proses awal perkenalan yang lebih ramah.entah di simpang jalan mana aku akan bertemu dan memulai lagi.

cause I was very young when I first saw you

(CBT,030313 23:44)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun