Mohon tunggu...
KURNIA KAHA
KURNIA KAHA Mohon Tunggu... Guru - Penulis antologi Debur-Debur Rindu

dalam dingin yang gigil dalam panas yang ranggas apalah jadinya aku tanpa doa-doa

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Eksperimen Waktu, Mengapa Tidak?

5 September 2016   23:58 Diperbarui: 6 September 2016   00:17 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi hari merupakan waktu tersibuk bagi sebagian besar ibu. Pada waktu tersebut seorang ibu harus mempersiapkan anggota keluarganya yang akan memulai aktivitas. Seperti misalnya seorang ibu yang mempunyai  suami pekerja tentunya mereka akan mempersiapkan segala keperluan suami. Terlebih lagi jika seorang ibu memiliki anak-anak yang masih sekolah.  Perlengkapan sekolah mulai dari seragam, tas,sepatu bahkan hingga bekalpun  seharusnya tak boleh tertinggal.

Sebagai ibu dari dua anak yang masih bersekolah di kelas tiga Sekolah Dasar (SD) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saya pun merasa bahwa waktu pagi merupakan waktu yang penuh dengan aktivitas. Apalagi saya juga menjadi wanita yang bekerja di luar kota dan mulai masuk kerja pukul 07.00 WIB. Alhasil  dalam waktu yang begitu sempit saya harus melakukan berbagai aktivitas mulai dari bangun tidur,memasak, menyiapkan anak dan suami,mengantar si kecil dan mempersiapkan keperluan untuk diri sendiri hingga berangkat menuju tempat kerja.

Ketika masih mempunyai satu anak, saya tidak merasa begitu kerepotan. Namun ketika anak kedua mulai masuk kelas PAUD saya mulai keteteran.  Hingga ada aktivitas-aktivitas yang kadang saya tinggalkan seperti tidak sempat sarapan pagi asalkan seluruh anggota keluarga lain sudah sarapan.  Apalagi di awal-awal masuk sekolah, si kecil terkadang masih suka rewel ketika  tiba disekolahan dan saya pun harus berpacu dengan waktu yang begitu singkat  untuk dapat mencapai tempat kerja tanpa terlambat.

Sayapun mulai berpikir bagaimana caranya agar ketika pagi hari saya mempunyai waktu yang lumayan banyak untuk melaksanakan segala aktivitas pagi. Berbagai usaha saya lakukan mulai bertanya kepada teman,browsing internet  tentang pengaturan waktu hingga mengikuti kursus perempuan tentang manajemen waktu.

Berdasarkan  informasi yang saya dapatkan dari teman yang juga ibu-ibu bekerja  menyatakan bahwa mereka melaksanakan aktivitas sesuai dengan kebiasaan mereka masing-masing. Sedangkan dari browsing internet dan kursus perempuan tentang manajemen waktu,  saya mendapatkan tips-tips tentang pembagian waktu untuk melakukan kegiatan-kegiatan secara efketif. Secara teoretis memang terdengar mudah namun pada awal-awal pelaksanaannya saya harus bereksperimen dengan jadwal harian saya.

Seperti contohnya ketika eksperimen pertama setelah si kecil masuk sekolah.  Saya menulis jadwal bangun tidur seperti biasanya yakni ketika adzan subuh. Ternyata dengan jadwal  tersebut  aktivitas pagi saya tidak berjalan sesuai  rencana.  Apalagi jam-jam tersebut si kecil sudah terbangun sehingga aktivitas memasak kadang-kadang saya tinggalkan. Alhasil saya terkadang harus mengantri untuk membeli sarapan pagi, padahal kegiatan tersebut tidak tercantum dalam jadwal  harian saya.

Pada eksperimen kedua, saya menjadwalkan bangun tidur jam empat pagi. Namun terkadang saya masih sering kesiangan dalam arti sesuai dengan kebiasaan lama  bangun ketika adzan subuh.

Eksperimen ketiga pun saya lakukan, yaitu dengan memajukan jadwal istirahat malam. Dan ternyata hal ini cukup efektif untuk membangunkan saya pada pukul empat pagi. Saya memang tidak menggunakan alarm agar si kecil tidak ikut bangun pada jam tersebut. Sayapun dapat melakukan aktivitas pagi seperti memasak dan lain-lain dengan lebih leluasa dari pada sebelumnya.

Namun ternyata,saya juga harus mengubah jadwal  kembali ketika terkadang  si kecil minta ditunggui di sekolah. Jadwal  berangkat mengantar si kecil pun saya ubah menjadi lebih pagi. Hingga tak jarang si kecil adalah anak yang pertama datang ke sekolah.  Sesampaianya di sekolahannya  saya  masih memliki waktu untuk menyuapi sarapan paginya dengan mendampinginya bermain di lingkungan sekolah. Baru setelah guru-guru dan teman-temannya datang saya berpamitan untuk menuju tempat kerja. Dan alhamdulillah sekarang ketika si kecil sudah tidak minta ditunggui lagi saat masuk sekolah, saya pun mengembalikan jadwal sarapan dan jadwal mengantarkan si kecil seperti semula.

Eksperimen waktu memang diperlukan untuk mencari pola pengelolaan waktu yang tepat. Dan bagi Anda seorang ibu yang merasa masih belum mempunyai jadwal harian yang tepat untuk melakukan segala aktivitas, ada baiknya mulai berkesperimen dengan waktu hingga menemukan jadwal dan ritme kegiatan yang tepat dan sesuai guna kesuksesan Anda dan keluarga. Demikian tulisan yang dapat saya sampaikan tentang eksperimen waktu, bukan bermaksud menggurui namun sekedar berbagi. Mudah-mudahan bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun