Mohon tunggu...
Agnia Melianasari
Agnia Melianasari Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia pembelajar

-Writer -Speaker -Voice Over -MC, Moderator -Young Entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penyebab Oversharing di Media Sosial

24 Maret 2021   20:35 Diperbarui: 24 Maret 2021   21:04 1443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oversharing dapat diartikan sebagai suatu perilaku dimana seseorang terlalu berlebihan dalam membagikan informasi terkait kehidupannya. Mungkin tak sedikit pengguna media sosial yang merasa risih dengan si pelaku oversharing ini. 

Namun demikian, pelaku oversharing pun banyak yang tidak menyadari bahwa dirinya telah melakukan spam di media sosial yang membuat teman online-nya merasa terganggu. Itu karena ia sudah menganggap oversharing sebagai bagian dari 'gaya hidupnya'. Dan tahukah kamu, sebenarnya tindakan oversharing/spam ini juga ada yang berdampak atau memiliki tujuan positif?

Internet ataupun media sosial ini diibaratkan seperti dua belah mata pisau. Ya, bisa menjadi hal yang positif, bisa juga negatif. Itu tergantung kepada penggunanya. Apakah seseorang akan memanfaatkannya dengan bijak atau sebaliknya. Sangat disayangkan, ketika seseorang menggunakan media sosial untuk hal yang tidak ada nilainya, seperti overhsaring infromasi pribadi yang sebenarnya orang lain tidak perlu tahu akan hal itu. 

Disamping itu, ketika seseorang ovesharing di media sosial, misal memberitahu dan membagikan kegiatan sehari-harinya dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi, secara tidak sadar, bisa saja ia juga sedang memancing sebuah tindak kejahatan. Dimana tidak menutup kemungkian seseorang akan mengintai atau membuntuti kita (dengan niat jahat) untuk melakukan sebuah tidak kriminal. 

Untuk itu, kita perlu memperhatikan keamanan dan keselamatan  data pribadi di media sosial. Apalagi, ketika seseorang merasa sedang mempunyai musuh atau sedang ada masalah dengan orang lain, sebaiknya kita tidak sembarangan dalam memberikan informasi keberadaan (lokasi) kita di setiap postingan foto/video, serta tidak oversharing dengan cara berkoar-koar di media sosial akan masalah yang sedang terjadi, apalagi sampai menggunakan kata-kata yang kotor atau tidak pantas.

Nah, oversharing yang negatif ini biasanya disebabkan oleh faktor yang timbul dari diri pribadi si pelaku. Diantaranya adalah rasa bosan, rendah diri, dan kesepian.

Ketika seseorang sedang merasa bosan, seringkali ia akan memikirkan kegiatan-kegiatan apa saja yang kiranya bisa ia lakukan untuk menghilangkan rasa bosan tersebut. Hal itulah yang mendorong seseorang untuk mem-posting dan membagikan apa saja yang sedang ia lakukan saat itu juga atau yang sedang terjadi dalam kehidupannya. 

Misalnya, saat sedang meminum kopi, menunggu seseorang, bermain dengan kucing atau hewan peliharaan lainnya, bahkan ketika sedang rebahan sekalipun. Apalagi dimasa pandemi seperti sekarang ini, banyak orang yang merasa bosan, atau kebanyakan remaja sering mengatakannya dengan istilah 'gabut'. Dan dengan melakukan oversharing, seakan-akan mereka merasa (menjadi) memiliki 'pekerjaan', seperti untuk memilih foto mana yang paling menarik, filter yang bagus, serta video yang akan diedit untuk dapat dibagikan di media sosial.

Rasa bosan ini akan berbahaya jika berlanjut dan berkembang menjadi egosentris. Egosentris sendiri merupakan suatu sikap dimana seseorang enggan melihat atau menerima perspektif atau sudut pandang dari orang lain. 

Mengapa hal itu bisa terjadi? Egosentris bisa muncul ketika seseorang (pelaku oversharing) merasa dan berpikir bahwa setiap hal yang terjadi dalam hidupnya perlu diketahui oleh orang lain. Hal ini dapat memicu pemikiran seseorang dimana ia menganggap bahwa kehidupan orang lain kurang menarik jika dibandingkan dengan kehidupannya. Sehingga ia merasa bahwa postingannya saja yang seharusnya dilhat dan diketahui oleh banyak orang. Padahal, kita adalah makhluk sosial yang hidup berdampingan, dimana selain saling membutuhkan, kita juga sudah seharusnya bisa saling menghargai pendapat dan pencapaian orang lain.

Selanjutnya adalah rendah diri. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Itu karena seseorang merasa tidak percaya akan kemampuan dan kualitas dirinya sendiri. Ia cenderung mencari perhatian serta pembuktian dari  orang-orang disekitarnya untuk bisa mendapatkan 'label' bahwa kehidupannya sangat menarik untuk dibagikan dan diketahui oleh banyak orang. Bahkan, tak sedikit juga orang yang sedang merasa berada di titik terendah atau sedang menghadapi banyak masalah, ia mem-posting berbagai hal yang menampilkan bahwa hidup mereka baik-baik saja, yang padahal pada kenyataannya tidak demikian. Ia melakukan hal tersebut guna menutupi kekurangan diri dan menghibur serta menyemangati diri sendiri.

Faktor personal yang menyebabkan oversharing selanjutnya adalah kesepian. Di dunia ini, ada banyak hal yang berada diluar kendali manusia. Contohnya adalah  jarak yang memisahkan seseorang, waktu dan kesibukan yang berbeda, juga takdir Sang Maha Cipta yang menentukan jalan setiap manusia. Dengan kehadiran media sosial, hal-hal yang demikian akan tidak berpengaruh karena pengguna media sosial bisa membagikan seluruh kegiatannya maupun mencurahkan segala isi hatinya, sehingga ia tidak akan merasa kesepian.

Lantas, oversharing yang seperti apa yang dapat dikatakan mempunyai efek dan maksud/tujuan positif?

Tidak dapat dipungkiri, sadar ataupun tidak sadar, setiap orang pasti ingin diakui keberadaannya. Karena tidak mungkin jika seseorang mencapai segala sesuatu hanya dengan dirinya sendiri. Dengan adanya eksistensi diri inilah, seseorang dapat bersosialisasi dan mendapat dukungan dari orang-orang di sekitarnya guna mencapai segala keinginan dan cita-citanya. 

Dengan mem-posting segala kegiatan dan pencapaiannya di media sosial, seseorang juga memiliki tujuan untuk mencari validasi dari orang lain serta untuk mencari kekaguman dan minat atau daya tarik orang lain. Kita ambil contoh seorang youtuber, selebgram ataupun artis. Mereka akan selalu meng-update segala hal yang terjadi dalam hidupnya guna memberi informasi kepada para penggemarnya bahwa mereka masih eksis. Baik itu dengan perkembangan karir, pendidikan, asmara, atau pencapaian lainnya. Karena jika mereka tidak aktif di media sosial, penggemar mereka akan merasa kehilangan dan menanyakan atau mencari-cari update-an kehidupan idolanya.

Tak hanya seorang public figur, seseorang yang mungkin biasa saja juga dapat melakukan oversharing seperti diatas karena memiliki niat baik atau tujuan positif untuk mengingatkan teman-teman online-nya. Tipe orang seperti ini biasanya suka memposting kata-kata bijak, motivasi, kata mutiara, dan pengetahuan agama. Ia merasa dirinya harus bisa mambawa perubahan positif bagi orang lain. Begitupun dengan seseorang yang sedang memulai sebuah karir. Baik itu dalam dunia pendidikan maupun seseorang yang sedang berusaha beranjak "from zero to hero". Dimana setiap usaha yang dilakukan serta pencapaian yang ia dapatkan, ia bagikan di media sosial guna mengapresiasi dirinya sendiri serta berharap dapat memotivasi orang lain agar bisa seperti dirinya.

Namun demikian, kita tidak bisa membendung pandangan setiap orang dalam menaggapi oversharing. Bisa saja, meskipun seseorang melakukan spam dalam hal positif atau dengan niat baik, tidak menutup kemungkinan ia akan tetap dianggap menganggu pengguna media sosial lainnya. Namun yang pasti, di media sosial kita mempunyai kebebasan untuk mencurahkan isi hati dan beridaletika meski tak ada yang menanggapi. Kalau kamu merasa risih dengan pelaku oversharing, ya kamu tidak usah berteman/mem-follow-nya di media sosial. Atau jika di whatsapp, kamu bisa membisukan status WA-nya bukan? Gitu aja kok repot. Hehehe....

Sekian, Salam Hangat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun