Mohon tunggu...
Agnia Melianasari
Agnia Melianasari Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia pembelajar

-Writer -Speaker -Voice Over -MC, Moderator -Young Entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Kerasukan di Pesantren, Zaman Sekarang Masih Ada?

8 Maret 2021   20:48 Diperbarui: 8 Maret 2021   21:25 1135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan Islam dimana para muridnya tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan Kiyai serta mempunyai pondok/asrama untuk tempat menginap para santrinya. Namun, eksistensi antara pesantren pada jaman dulu dan sekarang sudahlah berbeda. 

Selain dari segi sistem pembelajaran, yang lebih mencolok adalah dari segi bangunan. Jika dulu asrama pesantren terbuat dari bambu dan dibangun dengan arsitektur yang sederhana, saat ini bangunan pesantren sudah go modern. Ilmu yang diajarkan kepada para santri pun tak melulu tentang kitab kuning, namun sudah mengikuti perkembangan IPTEK. Bahkan ada juga pesantren yang mengajarkan dan mewajibkan para santrinya untuk dapat berkomunikasi dengan bahasa Inggris dan Arab.

Namun siapa sangka, di jaman yang modern ini masih ada mitos-mitos seputar pesantren mengenai ilmu-ilmu batin atau sejenisnya seperti yang dahulu dimiliki oleh para wali pada saat menyebarkan agama Islam di tanah jawa. Tapi kali ini saya tidak akan membahas ilmu-ilmu tersebut, melainkan akan membahas tentang peristiwa yang pernah terjadi di pondok saya. (Fyi, saya tinggal di salah satu pondok pesantren di Jawa Barat dari tahun 2017-2020 dan bisa dikatakan, pesantren saya ini adalah termasuk pesantren modern).

Selama tiga tahun tinggal di pondok pesantren, hal mistis yang tak terlupakan oleh saya adalah saat masih menjadi santri baru dimana pernah terjadi kesurupan sekaligus ruqyah secara masal di komplek kamar saya. Waktu itu saya tinggal di kobong (kamar) Ummu Habibah atau sering dikenal juga dengan kamar 10. Karena kamar tersebut berada di ujung, berjejer setelah kamar 8 dan 9 yang lokasinya dekat toilet umum santri putri, yang menjadikan komplek saya terpisah dengan komplek kamar lain.

Seperti santri baru pada umumnya, saya harus bisa beradaptasi dengan lingkungan baru. Selain berkenalan dengan teman-teman baru di pondok, saya juga dikenalkan dengan lingkungan (komplek) pesantren. Sampailah dimana saya diberitahu dan diceritakan tentang beberapa peraturan yang membuat saya agak merinding. Beberapa peraturan tersebut yaitu; tidak boleh pergi ke tempat jemuran jika sudah tiba waktu maghrib, apalagi malam dan dalam keadaan haid; bagi yang piket malam, sebaiknya membersihkan lingkungan WC dibawah jam  23.00 atau diatas jam 01.00; jika sudah masuk waktu istirahat (tidur) tidak boleh berisik. Sekilas, peraturan  tersebut mungkin terdengar umum-umum saja. Namun seiring berjalannya waktu, saya pun mengetahui alasan dan cerita dibalik adanya peraturan tersebut. Disamping  itu, beberapa teman saya yang sudah lebih dulu tinggal disini sejak SMP sering bercerita tentang kejadian-kejadian mistis yang pernah mereka alami.

Fenomena kerasukan ini berawal dari salah satu teman saya yang ada di kamar 8. Dimana ia tiba-tiba pingsan, tak sadarkan diri dan kemudian tubuhnya dirasuki oleh makhluk tak kasat mata. Entah bagaimana awal mulanya. Namun setelah diusut, konon makhluk yang merasuki teman saya itu adalah makhluk penjaga yang dikirimkan oleh leluhurnya. Dan anehnya, peristiwa tersebut terulang sampai beberapa kali (mungkin dalam beberapa minggu) dimana tak hanya teman saya yang ada di kamar 8, tapi juga merembet ke beberapa orang yang ada di kamar 9 dan kamar saya sendiri (kamar 10). Adanya kejadian-kejadian tersebut tentu membuat saya merasa ketakutan, karena sebelumnya saya tidak pernah melihat apalagi mengalami kejadian seperti ini secara langsung.

Saya sendiri mempunyai teman yang memiliki kelebihan dalam hal merasakan, melihat, atau bahkan brinteraksi dengan makhluk-makhluk ghaib. Beberapa diantara mereka ada yang sudah bisa mengendalikan kelebihan tersebut dan ada juga yang justru baru terbuka dan mengetahui bahwa mereka mempunyai kelebihan itu saat masuk ke pesantren, seperti yang dialami oleh salah satu teman sekamar saya.

Pada suatu sore (menjelang maghrib) tiba-tiba ia pingsan, tubuhnya menggigil disertai keringat dingin. Dengan suasana panik, saya dan beberapa teman mencoba untuk menenangkannya dengan membacakan ayat-ayat al-qur'an. Saat saya mencoba membukakan tangannya yang mengepal, tiba-tiba teman saya ini membuka matanya, menangis, menjerit, lalu tertawa tanpa sebab. Dalam keadaan tak sadarkan diri seperti ini, tak jarang teman saya juga berteriak ketakutan, seperti mengigau, seolah menyuruh seseorang untuk pergi dan menjauhinya. Bahkan pernah beberapa kali teman saya ini tiba-tiba tak sadarkan diri saat sedang sholat berjamaah di Masjid. Pada saat itu memang karena teman saya belum terbiasa akan apa yang diturunkan oleh leluhurnya ini.

Sampailah pada suatu malam dimana seharusnya setelah kajian tafsir kami harus mengakaji kitab kuning, namun saya dan teman-teman harus mengungsi di kamar 9. Karena kamar 10 dipakai untuk ruqyah masal. Ya, saat itu tak hanya teman sekamar saya yang 'kerasukan', tapi juga beberapa teman angkatan dan beberapa pengurus asrama putri (yang katanya memang pernah juga diganggu dan dirasuki oleh makhluk-makhluk ghaib). Selama proses ruqyah berlangsung, di kamar 9 kami membaca Yasin dan terus berdzikir. Beberapa kali terdengar jeritan dari kamar sebelah. Sebenarnya saya bingung bagaimana untuk bisa mendeskripsikan suasana pada malam itu, yang pasti suasana sangat mencekam. Apalagi setelah tahu bahwa salah satu pengurus yang sedang diruqyah itu sampai mengamuk dan merusak gorden jendela kamar 10. Semakin malam, suasana semakin tegang. Beberapa dewan kiyai pun ikut turun tangan.

Selain kejadian itu, saya juga mengalami berbagai kejadian mistis lainnya. Waktu itu saya sudah kelas  11 SMA, saya pindah kamar ke komplek pojok. Kamar terdebut bersebelahan dengan WC tertua di pondok. Suatu malam, setelah pulang mengaji, saya dengan teman-teman sedang menunggu di depan kamar. Saat itu saya dan teman-teman tidak diperbolehkan untuk masuk terlebih dahulu karena di dalam kamar, salah satu teman saya sedang dalam keadaan tidak sadar (kesurupan). 

Dan saat itu pula saya mendengar suara cekikan tawa seorang wanita yang sangat jelas mampir di telinga saya. Sontak, saya pun langsung terdiam dan spontan menatap teman yang ada di depan saya. Ternyata, dari semua teman saya yang sedang berkumpul disitu, hanya saya dan satu teman saya yang mendengar suara tersebut. Setelah kejadian malam itu, siangnya saya memberanikan diri untuk bertanya dari mana asal suara tersebut. Dan katanya, suara itu berasal dari sosok yang ada di WC 0 (WC tertua yang ada di pondok).

Selain itu, saya juga pernah mendengar suara serupa pada saat piket (membersihkan toilet) tengah malam bersama teman-teman saya. Diduga suara itu berasal dari jemuran yang berada diatas bangunan toilet umum. Karena penasaran juga, saya menanyakan terkait keberadaan/ tempat dimana saja makhluk-makhluk tersebut tinggal. Dan memang katanya toilet/WC adalah tempat yang rawan. Karena mereka suka tempat yang kotor, basah, rindang, dan  gelap.

Karena penasaran, saya pun mencoba untuk berbincang-bincang dengan salah satu teman sekamar saya yang memiliki kelebihan indera. Hehe. Saya menanyakan perihal awal mula bagaimana seseorang bisa 'kemasukan' ataupun bisa melihat dan merasakan kehadiran makhluk ghaib.

"Biasanya sih karena banyak melamun, pikiran kosong, atau karena banyak pikiran. Terus yaa biasanya suka 'masuk' ke orang yang emang punya keturunan, tapi tergantung juga orang tersebut bisa mengendalikan atau enggak. Maksudnya, misal kamu punya kakek yang udah meninggal, nah kakek kamu ini menurunkan kelebihannya tanpa sepengetahuan kamu. Otomatis diri kita belum bisa menerima itu karena belum paham bagaimana cara menggunakan kelebihan tersebut yang akhirnya merasa resah. Apalagi saat menemukan hal-hal  baru atau harus beradaptasi di lingkungan baru, jadi gak terkontrol. 

Tapi kalau misalkan sebelumnya leluhur kita ada 'omong-omong' terlebih dahulu terkait akan menurunkan kelebihan itu dan mengajarkan( cara menggunakannya) mungkin gak akan se-sensitif itu." Begitu tuturnya. Kemudian teman saya ini menceritakan awal mula bagaimana ia bisa melihat makhluk-makhluk itu. "Ini yang aku rasain sih ya, kalau liat wujudnya sih gak terlalu jelas. Sekilas aja, gak yang lama... gitu diem, enggak.  Aku sendiri lebih sering teraba gitu, tiba-tiba kepegang. Waktu itu pernah tiba-tiba kepegang gitu, rasanya kayak megang kepala botak tapi ada rambutnya sedikit. Pas coba dicium, tanganku bau amis. Awal mula aku bisa 'liat' itu kalo gak salah waktu kelas 5 SD, liat sosok tinggi banget seukuran pohon aren sampe gak sadar selama 3 hari. Jadi makhluk-makhluk yang digambarkan di film itu beda sama apa yang aku liat, bentuknya gak jelas, gak ada kaki, tangan atau lainnya. Lebih kayak kain hitam nutupin badan, ahh gitu deh. Susah jelasinnya."

Lantas, sebenarnya apa maksud/tujuan makhluk tersebut memasuki tubuh manusia?

Menurut keterangan teman saya, biasanya itu karena hawa nafsu. Ada juga jin yang suka sama manusia, terus ada juga yang emang 'dikirim' sama orang lain (yang bermaksud jahat).

Perihal mitos bahwa di kamar (pondok) saya itu ada penunggunya, saya kurang paham. Namun menurut penuturan salah satu teman saya itu, bisa saja di setiap tempat itu ada penjaganya, namun tak semuanya menampakkan diri. Disamping itu, kita tahu sendiri bukan, bahwa makhluk yang diciptakan Allah itu bukan hanya manusia.

Salah satu teman saya juga mempunyai pengalaman tersendiri mengenai keberadaan sang 'penjaga' ini. Dimana waktu itu neneknya meninggal pada malam kliwon. Karena di kampungnya masih mempercayai  mitos/adat leluhur, yang akhirnya mengharuskan untuk melakukan penjagaan pada kuburan tersebut. Biasanya penjagaan hanya dilakukan pada hari pertama dan dijaga oleh orang biasa. Namun katanya, untuk hari-hari berikutnya dijaga oleh makhluk ghaib yang sering disebut 'Orang Leuweung'. Leuweung sendiri dalam bahasa sunda mempunyai arti hutan. Namun orang leuweung disini bukan berarti orang utan, tapi makhluk ghaib yang menjelma sebagai harimau. Pernah kala itu, setelah 3 hari neneknya meninggal, teman saya ini pergi ke pemakaman untuk menyiramkan air kembang. Betapa kagetnya, teman saya ini melihat ada jejak kaki harimau yang sangat jelas diatas kuburan neneknya.

Percaya tidak percaya, kita memang hidup berdampingan dengan makhluk lain selain manusia. Dan sebagai orang yang beriman kepadaNya, kita tak perlu memiliki rasa takut yang berlebihan. Takutlah hanya kepada Allah. Dan bagi teman-teman yang ingin tinggal di pesantren, jangan takut ya... cerita ini hanya sebagai pengingat saja agar kita senantiasa ingat kepada Allah. Menjadi santri itu awalnya memang terasa berat. Namun tak usah diambil pusing, apalagi sering melamun dan overthinking. Nanti ada yang 'masuk' loh... Hehe.

Terakhir nih, ada beberapa tips agar kita terhindar dari gangguan makhluk 'jail' :D

  • Perbanyak dzikir, ingat kepada Allah,
  • Jangan ada pikiran negatif, Misal ingin bisa melihat jin
  • Jangan mengganggu jika tidak ingin diganggu. Kalau di pesantren sendiri, jika sudah waktunya istirahat, ya istirahat. Jangan berisik
  • Baca surat Al-fatiihah, ayat kursi, dll.

  • Sekian, Salam Hangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun