Mohon tunggu...
Siti Kurniati
Siti Kurniati Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

menulis, merupakan generasi qurani

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Resensi Novel: Setiap Hal Ada Solusi

24 Juni 2022   22:06 Diperbarui: 24 Juni 2022   22:11 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dikutip dari https://id.m.wikipedia.org, Fredrik Backman merupakan seorang kolumnis, blogger, dan penulis asal Swedia. Karya-karya terlaris nomor satu di negaranya yang berjudul A Man Called Ove (2012), My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry (2013), Britt-Marie Had Here (2014), Beartown (2017), dan Us Againts You  (2018) telah diterbitkan ke dalam lebih dari 25 bahasa di seluruh dunia.

Salah satu novelnya yang berjudul A Man Called Ove (Pria Bernama Ove atau judul aslinya En Man Som Heter Ove) diterbitkan pertama kalinya oleh Gramedia Pustaka Utama Jakarta pada 2022 ini,  serta dialihbahasakan oleh seorang penulis, Lulu Wijaya, menceritakan tokoh utama seorang pria bernama Ove, berusia hampir 60 tahun, penggerutu, saklek, tapi dia punya prinsip hidup yang diyakininya sebagai ciri khas pribadinya. Sedari kecil, dia dididik oleh ayahnya untuk tidak tumbuh menjadi seorang pengadu.

Hal itu didasari oleh pengalaman pahit yang dialaminya saat masih muda. Dia difitnah oleh teman sekantornya, tapi dia diam saja dan tidak melawan. Atasannya sebetulnya tahu siapa yang bersalah tapi malah dia yang dipindahtugaskan ke bagian kereta malam.  Di sana dia bertemu dengan Sonja. Mereka menjalin kasih, lalu menikah, dan berbulan madu ke Spanyol naik bus.

Ketika pulang dari Spanyol, supir busnya mabuk dan terjadilah insiden berdarah yang membuat Sonja lumpuh dan harus memakai kursi roda.

Sonja adalah seorang guru. Pihak sekolah tempatnya mengajar, tidak mau tahu dengan nasib Sonja. Apa pun kondisinya, Sonja harus tetap mengajar. Akhirnya, Ove membuatkan jalur khusus   kursi roda untuk Sonja.

Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Begitulah nasib Ove. Sonja lumpuh dan tubuhnya digeroti kanker. Sonja pun meninggal dunia. Hidupnya terpuruk dan perasaan bersalah menghantuinya. Pikirannya pendek. Terlintas dalam hatinya untuk bunuh diri saja. Tapi sebelum mati, dia ingin berbuat baik kepada siapa pun agar segala urusan di dunia beres dan nanti bila bertemu dengan istrinya di alam baka, dia tidak punya utang lagi dan mati dalam keadaan baik.

Hal pertama yang dilakukannya untuk bunuh diri adalah gantung diri. Dia sudah menyekrup pengait di langit-langit rumahnya. Saat sedang menyekrup,  sepasang suami istri, Parvaneh dan Patrick, baru saja pindah ke depan rumahnya dan menjadi tetangganya. Kondisi Parvaneh sedang berbadan dua. Barang-barang pindahan mereka diangkut ke dalam kontainer yang dikemudikan oleh Patrick. Namun, Patrick tidak lihai mengemudikannya dan menabrak kotak posnya Ove. Melihat hal itu, Ove turun tangan dan menolongnya.

Cara kedua adalah memakai karbon monoksida. Dia menyalakan mobilnya. Kemudian, knalpot tersebut disambungkan ke slang. Ujung slang satunya lagi dimasukkan ke mobil melalui jendela. Ketika mobilnya sudah penuh dengan asap knalpot, Parvaneh menggedor-gedor pintu garasinya dan memintanya untuk mengantar Patrick ke rumah sakit karena terjatuh dari tangga. Untuk yang kedua kalinya, ia menolong tetangganya itu.

Hal menarik lain dari novel ini yaitu Ove benci kucing. Dia suka mengusir kucing yang selalu nangkring di depan rumahnya setiap pagi. Suatu hari, didapatinya kucing itu terkubur salju sampai membeku. Naluri kemanusiaan Ove muncul dan menggerakkan hatinya untuk membawa kucing itu ke rumah sakit. Kucing berhasil diselamatkan. Ujungnya, kucing itu dirawat sama Ove. 

Bagaimana nasib Ove selanjutnya? Apakah niat bunuh dirinya terlaksana? Dengan cara apalagi dia mengakhiri hidupnya? Adakah kisah menarik lainnya yang dilakukannya? Silakan pembaca menikmati kisah dalam novel ini, yang disajikan dengan bahasa yang lugas, dan tema yang diangkat pun sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. 

O ya, dalam novel ini, Fredrik Bakcman ingin menyampaikan kepada pembaca bahwa bunuh diri bukanlah jalan keluar dari masalah. Mau mencoba bunuh diri berkali-kali juga, bila belum waktunya mati, akan ada berbagai hal yang menggagalkannya.

Dan, novel ini sudah diangkat ke layar lebar pada Desember 2015 dengan judul yang sama. Selamat membaca novelnya dan menyaksikan filmnya.

Permata Cimahi, 24 Juni 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun