Mohon tunggu...
Nia Nurmadina
Nia Nurmadina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa yang gemar membaca novel.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Peran Perempuan dalam Masyarakat Patriarki: Analisis Sosiologi dan Relevansinya dengan Ilmu Pengetahuan Sosial

10 Desember 2024   23:16 Diperbarui: 10 Desember 2024   23:23 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peran perempuan dalam masyarakat patriarki masih menjadi isu yang kontroversial dan kompleks di berbagai negara, termasuk salah satunya Indonesia. Perempuan seringkali dianggap sebagai subordinat dan memiliki peran yang terbatas dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini menyebabkan perempuan mengalami kesenjangan gender, diskriminasi, maupun kekerasan. Dalam beberapa dekade terakhir, perjuangan perempuan untuk mencapai kesetaraan gender telah menunjukkan kemajuan yang begitu signifikan. Namun, masih banyak tantangan yang harus dihadapi dalam mencapai kesetaraan gender. Dalam konteks IPS, penting untuk menganalisis bagaimana perempuan menghadapi dan merespons ketidakadilan ini, dan memahami relevansi upaya perubahan sosial dalam menciptakan masyarakat yang lebih inklusif.

Masyarakat Patriarki dan Posisi Perempuan

Masyarakat patriarki memiliki akar sejarah yang kompleks dan didukung oleh berbagai faktor, seperti agama, budaya, dan struktur sosial. Dalam konteks Indonesia, masyarakat patriarki telah ada sejak zaman kolonial. Diperkuat dengan adat istiadat dan agama yang memandang perempuan sebagai subordinat. Patriarki adalah sistem sosial yang memberikan kekuasaan dominan kepada laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam masyakarakat patriarki, peran perempuan sering kali dibatasi, seperti:

  • Peran Domestik, perempuan dianggap bertanggung jawab atas pekerjaan rumah tangga serta perawatan anak (Parsons, 1951).
  • Peran Ekonomi, perempuan memiliki akses yang terbatas ke sumber daya, dan sering kali dikecualikan dari partisipasi ekonomi.
  • Peran Sosial, perempuan dianggap memiliki peran terbatas dalam kegiatan sosial dan politik (Lerner, 1986).
  • Peran Busaya, Perempuan seringkali dianggap pembawa tradisi dan budaya. Sebagai contoh, perempuan mungkin diharapkan untuk mematuhi adat yang melarang mereka menempuh pendidikan tinggi atau bekerja di luar rumah, demi menjaga tradisi yang dianggap "ideal."

Meskipun berbagai gerakan feminis telah dilakukan untuk mendorong kesetaraan gender, masih banyak perempuan yang menghadapi hambatan struktural dan kultural. Contohnya di tempat kerja, perempuan sering kali dikecualikan dari jabatan-jabatan strategis atau posisi kepemimpinan, kesenjangan gaji, dianggap tidak mampu melakukan pekerjaan tertentu, dan juga sebagai beban ganda sebagai pekerja dan pengurus rumah tangga. Hal ini menunjukkan bagaimana patriarki tidak hanya berbentuk eksplisit, tetapi juga terselubung dalam struktur sosial yang tampak netral.


Analisis Sosiologi tentang Peran Perempuan

sumber: wikipedia
sumber: wikipedia

Sosiologi memungkinkan kita untuk memahami dinamika yang membentuk ketimpangan gender dalam masyarakat patriarki. Melalui perspektif ini, kita dapat melihat bahwa peran perempuan tidak hanya ditentukan oleh faktor individu, tetapi juga ditentukan oleh faktor sosial serta budaya. Salah satu teori penting dalam hal ini adalah teori konflik, yang menunjukkan bahwa ketimpangan gender adalah hasil dari dominasi kelompok tertentu (laki-laki) atas kelompok lain, yaitu perempuan.

Pendekatan lain, seperti teori feminis, perempuan harus memiliki keseteraan dan kebebasan (Butler, 1990) yang menggarisbawahi pentingnya norma-norma patriarki dan pemberdayaan perempuan sebagai langkah menuju kesetaraan gender, seperti cuti hamil yang adil, kampanye melawan kekerasan berbasis gender, dan kouta perempuan dalam politik. Dalam konteks ini, pendidikan, dan akses terhadap sumber daya ekonomi menjadi elemen penting dalam mengubah posisi perempuan. 

Perspektif sosiologi kritis memandang patriarki sebagai sistem yang dapat diubah melalui tranformasi sosial. Dengan meningkatnya kesetaraan gender dan gerakan feminis, banyak perempuan telah berhasil meraih peran yang lebih setara di berbagai bidang. Namun, perjuangan ini masih menghadapi hambatan budaya dan institusional di berbagai negara.

Relevansi dengan Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memiliki peran yang strategis dalam mengkaji dan menawarkan solusi terhadap ketidakadilan yang dialami oleh perempuan. Penelitian sosial dapat mengidentifikasi segala hambatan yang kemungkinan dihadapi perempuan dalam berbagai bidang dan membantu memberikan dasar ilmiah untuk perumusan kebijakan yang lebih inklusif. Misalnya data mengenai kesenjangan gaji gender dapat digunakan untuk mendorong kebijakan yang menjamin kesetaraan di tempat kerja. Melalui penelitian dan analisis kritis, IPS dapat:

  • Mengidentifikasi akar masalah, dengan mengungkap bagaimana norma patriarki terbentuk dan dipertahankan.
  • Menyediakan data untuk kebijakan
  • Mendorong pendidikan gender, dengan menyusun kurikulum yang mendidik masyarakat tentang pentingnya kesetaraan gender.

Selain itu, IPS juga memainkan kesadaran peran penting dalam meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya kesetaraan gender. Melalui pendidikan formal maupun non-formal, kampanye sosial yang efektif dengan mempromosikan kesetaraan gender dan mengubah norma-norma patriarki. Dengan itu, masyarakat dapat diajak untuk mendukung perubahan budaya yang telah terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun