Mohon tunggu...
Nia Novitasari
Nia Novitasari Mohon Tunggu... Lainnya - IRT

Mencintai secukupnya sedih secukupnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kau Membuatku Terbunuh dengan Pertanyaanmu

22 Mei 2017   09:43 Diperbarui: 24 Mei 2017   08:54 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam itu tiba – tiba pikiranku mengarahkannku pada sesuatu untuk menelfon seseorang yang amat kurindukan . Kuambil smartphone di atas selimutku dan mulai memencet nomor seseorag yang akan kutelfon , selang beberapa menit setelah menunggu akhirnya terdengar suara seseorang mengangkat telfon “hello” dan mataku mendelik ketika mendegar suara dari telfon itu. Dia memulai pertanyaan  biasa padaku “Mengapa kau menelfonku?”ya itu memang pertanyaan biasa menurutnya , tetapi ketika pertanyaam itu terlontarkan untukku bibirku terkunci dan memilih untuk diam dan mencoba tak menjawabnya . Dia masih memburuku dengan pertanyaannya itu selagi aku tak mengatakan alasan yang sebenarnya padanya. Jantungku berdeguk lebih kencang seperti orang yang sedang mengikuti lomba maraton sejauh 1 KM . Aku hanya basa-basi ketika ia masih berpegang teguh pada pertanyaanya itu, Aku masih keras kepala untuk tak menjawab pertanyaannya. Selama 5 menit lamanya ia masih menungguku dan masih menginginkan sebuah jawaban yang pasti dariku, Tapi kugantikan topik pembicaraan menjadi lebih santai , dan setelah itu dia bertanya padaku lagi “Apa kau masih sayang padaku?”. Secara tiba-tiba ia mengatakan itu padaku , pertanyaan yang sebelumnya membuatku sulit bicara apalagi pertanyaan yang kali ini . Akhirya dia mulai menungguku menjawabya. “Etah”hanya sesingkat itulah jawaban yang aku beriakan padanya , “Bagaimana kau tak tau, Ini hanya pertanyaan biasa yang jawabannya hanya YA atau TIDAK ,jawaba itu konyol jika kau tak tau ,karena setiap aktifitas dan juga perasaan pasti beralasan”. Lagi-lagi dia membuatku tak bisa bercakap apa-apa , yang ku lakukan hanya duduk di salah satu anak tangga di sebelah jemuran dan memandangi malam yang begitu pelik. Akhirya setelah aku mulai geram pada semua pertanyaannya kujawab dengan jelas “Ya, memang kenapa jika aku masih menyayangimu”.Mendengar jawaban itu  dia masih menanyaiku dengan pertanyaan-pertanyaan sialnya “Mengapa kau masih menyanyangiku?”.Telingaku mulai panas ketika dia menanyaiku pertanyaan-pertanyaan yang lebih sulit kujawab dari soal-soal Ujian Nasional. “Aku tak tahu”itulah jawaban spontan yang ku sampaikan padanya ,”Bagaimana bisa kau tak tau? Ini hanya sebuah pertanyaan simple” suaranya agak menekan padaku, “menurutmu bagaimana ?” kujawab enteng saja pertanyaanya itu dengan nada agak tinggi . Dia masih sibuk menceramahiku dengan kata-katanya itu “Aku bukan kamu dan kamu bukan aku jadi aku tak tahu apa yang kamu rasakan” Lalu aku berikan pertanyaan selama 3 bulan yang hampir membuatku gila setiap kali aku mecoba mencari jawabannya sendiri .”Mengapa kau pergi?”kuberanikan diri untuk bertanya tak hanya berfikir bagaimana aku menjawab semua pertanyaan sebelumnya. “Mengapa kau tak pergi dengan memberikan alasab palsu? Ini sudah 3 bulan lamanya setelah semua berakhir, Apa kau masih tak akan berkata sebenarya ?”Kristal-kristal bening jatuh begitu saja dari mataku, membuat dadaku sesak dan terpatah-patah ketika bertanya hingga akhirnya dia bercerita kisah terlampaunya padaku yang membuatku hampir kehilangan semua harapanku .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun