Mohon tunggu...
Shenianiania
Shenianiania Mohon Tunggu... -

aku gak mau ribet dan tertarik untuk melakukan berbagai hal yang simple seperti menuliskan apa yang ada di pikiran ku.....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(CerMin)...Jangan Kamu Gugurkan Dik...

17 April 2012   14:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:30 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

aku memasang wajah datar menyembunyikan kekagetan ku. sekaligus menganggukan kepala sebagai tanda aku siap mendengar cerita selanjutnya. tak ada butiran air mata yang jatuh, hanya pandangan sendu yang membocorkan isi hatinya.

"temanku memberikan alamat dokter yang melayani aborsi" lanjutnya. dan aku semakin kaget saja mendengarnya. tetap meluruskan pandangan terhadapnya, tangan ku tetap menyilang dipangkuan kakiku, dan aku sedikit memasang senyuman dibibir agar dia tetap merasa nyaman menumpahkan beban nya.

"aku sama sekali tak memikirkan nya, aku menginginkan bayi ini" ucapnya lirih. Lagi lagi aku semakin terkaget kaget dengan tiap ucapan dari gadis berusia dua puluhan di depan ku ini. aku mulai memetik kata kata yang harus aku suarakan. tapi apakah kalimat itu harus bernada sedih? marah? bahagia? wwaahh.. sungguh aku  tidak sanggup menyusun kalimat respon untuk nya.

"meski kini ia telah hilang... ga tau kemana.. " lanjutnya lagi. sepertinya ia berhasil menerjemahkan picingan mataku yang bertanya tentang 'keraiban kekasih nya.... "entah lah kak, dia jadi ga bisa dihubungi.. tapi ga apa apa, aku sanggup mengurusnya sendiri"

"aku lebih memikirkan perasaan orang tuaku... yang mukanya telah tercoreng oleh aku... putri satu satunya" sedikit bergelombang nada suaranya... pipi yang sebetulnya berwarna pualam itu kini berubah sedikit kemerahan. Dan aku, masih saja belum menemukan kalimat yang menurutku paling pantas... :(

"aku harus apa kak"... kalimat akhir yang mengharuskan aku bersuara. ........."mmmhh... minta maaf sama Allah.. sama orang tuamu... dann... mmmhh... kakak setuju.. jangan kamu datangi alamat dokter itu.. meski sungguh itu perbuatan dosa... tapi kamu lebih mulia di banding orang orang yang telah menggugurkan kandungan nya...." meski awalnya aku ragu, akhirnya kata demi kata membentuk kalimat berhasil aku ungkapkan.

"terimakasih kak.... dukungan itu yang kini aku butuhkan"

kurasakan gerakan mungil dari dalam perutnya ketika ia memeluk ku... ia tersenyum, mungkin janin bayi itu ikut tersenyum juga... aku pun ikut tersenyum, kusambut pelukan nya..

kamu tau dik... kamu lebih tegar dibanding aku..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun