Air mata yang menggantung di ujung mata dalam hening itu mengandung kepedihan teramat dalam
Seketika itu, ia mengalir
Dan tak terhenti
Layaknya tuas yang terbuka kunci
Ia mengalir tanpa suara isak
Mengalir tanpa emosi
Hanya mengalir
Deras air mata itu
Derai ia menitikkan
Ketika raga terjerembab dalam pergumulan batin
Ia semakin mengalir
Binar bening matanya tak lagi nampak
Hanya sembab yang kian membasahi menjadi saksi
Akankah terus menitikkan kepedihan?
Tiadakah yang mampu menghentikan?
Pengharapan akan henti selalu bersinggungan dengan kehadiran
Frasa tidak pernah salah, makna adalah apa yang Engkau kehendaki untuk mengartikan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H