Kemelekatan itu telah sirna, Capt
Namun aku ingin mengikatnya dengan untaian kata
Aku ingin mengabadikan kasihmu
Meskipun telah usang, rintik hujan tidak pernah membuatnya benar-benar memudar
Frasa tidak pernah usai mengutarakan maksud meski terkadang ambigu
Aku masih menunggumu
Apakah kita layak menyatu dengan kemelekatan itu lagi ?
Kemelekatan yang mulanya kukira tak akan pernah menjemukan
Kemelekatan yang mulanya tak akan pernah memanifestasikan sendu berkepanjangan
Kemelekatan yang mulanya saling melengkapi kabar kegiatan, kemanapun, bersama siapapun Kau mengetahui itu
Kemelekatan yang menyatukan
Kemelekatan yang mampu membersamai perbedaan
Kemelekatan yang mampu mentolerir perubahan
Kau acapkali ubah haluan tanpa melibatkan aku lagi
Kau mengibarkan bendera tanda petualangan baru
Kemelekatan itu seketika punah
Kemelekatan itu harus direlakan
Kemelekatan itu mestinya kau sadari, ikhlas dan lepas
Kemelekatan yang kau ciptakan, kau pula yang tinggalkan
Jika kau sudah memiliki kemelekatan dengan semesta yang lain
Mengapa kau buat semesta baru itu bersamaku ?
Kau ciptakan semesta kita, kemelekatan, kau bilang senandungmu akan menyatukan
Senandungmu memang menyatukan kemelekatan, tapi apakah aku hanya persinggahan?
Kemelekatan lepaskanlah, perlu kita sadari tidak ada hal yang benar-benar melekat seutuhnya
Kemelekatan, ikhlaskanlah tidak ada yang yang benar-benar menyatu meskipun tujuannya satu
Kemelekatan, sadarilah  tidak ada yang benar-benar membersamaimu seutuhnya
Kemelekatan, majulah melangkah
Kau tidak seharusnya peluk erat kemelekatan semu yang mulai berkarat
Kemelekatan, mulailah harimu dengan menyadari, ikhlas dan lepaskan hal fana itu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H