Di lain sisi, FMRI juga menemukan perubahan dalam aktivitas otak. Ketika peserta fokus pada emosi, ada peningkatan aktivitas di daerah otak yang melibatkan pemrosesan emosional, tetapi mengurangi aktivitas di daerah yang terlibat dalam fungsi eksekutif, seperti penalaran dan memori.Â
Namun, ketika para peserta fokus pada rincian kontekstual dari ingatan mereka, ada peredam di daerah-daerah yang terlibat dalam gangguan dan pemrosesan emosional dan peningkatan dalam aktivitas serta komunikasi antar daerah yang terkait dengan fungsi dan perhatian eksekutifnya. Luar biasa bukan, kompasianer.
Di samping itu, para peneliti mengatakan teknik berfokus pada konteks yakni dapat membantu mereka yang berjuang dengan kenangan emosional yang mengganggu atau mengganggu untuk memiliki respon cepat yang siap sehingga ketika memori tersebut dipicu, mereka dapat fokus pada tugas yang ada dan kemudian mengolah memori lebih dalam lagi. Dengan teknik lain, seperti reappraisal kognitif.
Hal tersebut dikatakan penting karena strategi emosional lain yang digunakan orang untuk melawan ingatan seperti itu adalah penindasan, yang berarti membanjiri emosi orang tersebut.Â
Penindasan sebenarnya terkait dengan kondisi klinis seperti kecemasan dan depresi, dan itu tidak sehat, mengutip dari  Florin Dolcos." Alih-alih menekan atau menahan ingatan-ingatan emosional itu, kita cukup mengalihkan fokus dan menghidupkan beberapa aspek lain dari memori yang sama. Itu mengarah pada pengurangan dalam seberapa banyak memori itu mengganggu apa pun yang kita lakukan. "
Para peneliti bekerja dengan subyek orang yang mengalami depresi dan PTSD untuk mengevaluasi efektivitas teknik mereka dari waktu ke waktu.
"Kami juga bekerja pada intervensi untuk membantu orang mempelajari strategi ini dan menerapkannya pada hari-hari," kata Sanda Dolcos. "Keindahan dari strategi ini adalah keduanya mengurangi respon emosional dari memori yang mengganggu dan tidak mempengaruhi kinerja kognitif. Siapa pun dapat menggunakannya kapan saja."
Informasi terkait penelitian bersumber dari sciencedaily*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H