Mohon tunggu...
Niandarin NadyaUlya
Niandarin NadyaUlya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Niandarin Nadya Ulya, mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Saya tertarik untuk menulis dan membaca artikel-artikel populer di bidang kesehatan, buku, literasi, musik, politik, dan sebagainya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Kesehatan Masyarakat dan Partisipasi Masyarakat dalam Upaya Pencegahan Demam Berdarah

18 September 2024   18:58 Diperbarui: 18 September 2024   19:00 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi masalah kesehatan yang masih sering terjadi terutama di negara yang beriklim tropis. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui nyamuk Aedes sp. Tanda dan gejala penyakit DBD ditandai oleh banyak hal, seperti demam mendadak selama 2-7 hari tanpa ada penyebab yang jelas, gelisah, lemas/lesu, nyeri pada ulu hati, disertai pendarahan pada kulit dan kesadaran menurun. Berbagai program penanggulangan DBD telah dilaksanakan oleh pemerintah. Cara yang saat ini digunakan untuk memberantas penyakit demam berdarah adalah metode fogging, abatisasi, dan PSNDBD.  Keterlibatan masyarakat dalam pengendalian menjadi pentin dalam upaya pengendalian DBD.  

Pemerintah telah melakukan berbagai strategi pencegahan, pendekatan, dan program untuk menanggulangi DBD, salah satu program yang sudah digencarkan dan sudah cukup umum adalah dengan memutus rantai penularan nyamuk. Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui Gerakan 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur) ini dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menanggulangi penyakit DBD ini. Peningkatan partisipasi ini bisa dimulai dengan cara melakukan sosialisasi penyuluhan dan pelatihan mengenai program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Selain itu, program ini termasuk ke dalam cara pemberatasan yang aman, sederhana, dan terjangkau. Gerakan 3M ini meliputi menguras bak mandi atau penampungan air secara berkala, menutup wadah yang dapat menampung air, dan mengubur barang-barang bekas yang dapat berpotensi menjadi sarang terbentuknya jentik nyamuk.  

Partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan yang dapat dilakukan oleh sekelompok komunitas yang ada dalam suatu lingkungan adalah dengan melaksanakan tugas pengendalian DBD. Hal ini bisa dilaksanakan dengan membentuk sukarelawan yang memiliki tugas untuk memeriksa jentik secara berkala atau disebut sebagai Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Orang yang terpilih menjadi jumantik adalah orang yang berasal dari kelompok masyarakat itu sendiri. Tugas jumantik dapat dimulai dengan melakukan pemeriksaan jentik berkala di lingkungan wilayah tempat tinggal ataupun lingkungan kerja. Selain itu dapat melakukan kegiatan Pengawasan Kualitas Lingkungan (PKL). Pengawasan kualitas lingkungan merupakan salah satu cara  untuk  menanggulangi penyakit DBD dengan pengawasan kebersihan lingkungan yang  dilakukan  oleh  masyarakat.  Cara ini bertujuan untuk memberantas tempat   sarang terbentuknys nyamuk dari daerah tempat tinggal penduduk. 

Upaya pengendalian DBD dapat dilakukan dengan pengendalian dan pengelolaan terpadu untuk mencegah DBD. Hal ini dilakukan dengan melakukan perubahan perilaku masyarakat dan menggabungkan mobilisasi sosial. Masyarakat dapat diajak untuk melakukan perubahan perilaku melalui berbagai macam cara, seperti penyuluhan secara berkala, kampanye/sosialisasi, dan pelatihan mengenai pengendalian DBD. Hal ini bertujuan selain untuk mengendalikan DBD, juga dapat meningkatkan efektivitas biaya dan dampak lingkungan yang minimal serta keberlanjutan program pengendalian dan penanggulangan DBD. Pemimpin keluarga juga merupakan komponen yang penting dalam penanggulangan penyakit DBD ini dengan menggunakan proses pembelajaran partisipatif untuk menanggulangi penyakit DBD. Para pemimpin keluarga ditargetkan dapat membangun kepemimpinan dalam melaksanakan protokol pengendalian penyakit DBD. Partisipasi ini tidak hanya melibatkan keluarga tetapi juga harus melibatkan tenaga kesehatan dan relawan kesehatan pada masyarakat setempat.  

Partisipasi masyarakat dapat mendukung keberhasilan Indonesia untuk mengurangi kasus penyakit DBD ini. Hal tersebut penting dilakukan agar terjadi suatu hubungan yang kuat antara masyarakat, pemerintah dan instansi kesehatan dalam melaksanakan upaya pengendalian DBD sehingga program pengendalian DBD ini dapat terjadi secara berkesinambungan. Dengan tingginya kasus DBD di Indonesia sangat perlu kesadaran diri sendiri, masyarakat, dan pemerintah untuk meraih keberhasilan Bersama.

KATA KUNCI: DBD, Masyarakat, Partisipasi 

Daftar Pustaka:  

Mahardika Agus Wijayanti, dkk., 2018. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengendalian Demam Berdarah Dengue. 12(2). 67-69. 

Nurjazuli, Wahyu Widyantoro, Yusniar Hanani Darundiati, 2021. Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) Berbasis Masyarakat di Indonesia. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 10 (3). 191-193

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun