Ayah saya setia dengan Tukang cukur langganannya selama 20 tahun, sebelumnya beliau juga punya tukang cukur langganan. Namun tukang cukur tersebut meninggal dan beliau pindah ke Tukang cukur yang lain.
Usia tukang cukur ini tidak beda jauh dengan ayah saya, ada keakraban yang terjalin antara ayah dan tukang cukur langganannya ini.
Bercerita tentang kabar keluarga masing-masing, tentang berita viral di Indonesia bahkan tentang politik.
Keakraban ini yang menjadi nilai plus bagi tukang cukur tradisional yang tentu tidak dimiliki Barbershop.
Harga lebih murah
Perbedaan harga juga menjadi salah satu pertimbangan utama seseorang masih memilih Tukang cukur tradisional dibanding Barbershop. Dengan hasil yang sama namun selisih harga bisa 10 ribu rupiah, untuk kaum mendang-mending atau kaum menengah tukang cukur tradisional menjadi pilihan karena memikirkan isi kantong.
Barbershop dan tukang cukur tradisional punya pangsa pasar sendiri yang berbeda. Kedua pelanggannya sama-sama royal dan setia.
Tukang cukur tradisional tidak akan terganti, tetap akan ada yang membutuhkan jasa tangan handal mereka. Bukankan rejeki setiap orang sudah diatur oleh tuhan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI