Di kanal berita online setahun yang lalu ada berita mengenai anak SMP di daerah Jawa barat yang terindikasi tidak bisa membaca. Di sosial media ramai lagi pembahasan tersebut, komentar dari banyak netizen mengatakan  kalau memang fenomena tersebut juga terjadi di daerahnya.
Saya coba mengkonfirmasi dengan adik ipar yang kebetulan adalah guru SMP swasta di Brebes. Mengejutkan dia menjawab sebenarnya sudah dari 3 sampai 4 tahun memang banyak muridnya yang kurang lancar membaca.
SMP swasta tempat dia mengajar bukan merupakan sekolah elit dengan bayaran mahal. Sekolah SMP swasta daerah milik yayasan yang bahkan tidak menarik uang SPP seperti sekolah negri. Tujuan SMP tersebut memang untuk kalangan ke bawah.
Kembali ke masalah awal, karena masalah tersebut akhirnya di tahun ajaran baru ini ada test membaca untuk siswa yang mendaftar. Tujuannya agar pihak sekolah tahu lebih awal siapa dan berapa siswa yang tidak mampu atau lancar membaca.
Membaca dari berapa berita di media sosial,guru SD tidak ingin disalahkan atas adanya siswa lulus SD yang tidak lancar membaca. Menurut mereka kembali ke pengawasan dan bimbingan dari orang tua di rumah. Beban guru SD sekarang cukup banyak, mengajar dan beban administrasi per semester, membuat modul dan semacamnya.
Dari pihak orangtua pun merasa mereka sudah membayar anaknya masuk sekolah dan mengira itu kewajiban para guru untuk mengajari anaknya. Orangtua juga membandingkan dengan sistem pendidikan era 90 an. Saat itu anak masuk SD baru mulai mengenal huruf dan mengeja, mengenal angka dan berhitung sederhana. Tidak seperti sekarang, anak kelas 1 SD sudah bertemu bacaan panjang dan pertanyaan cerita dalam soal matematika.
Jika para pendidik dan orang tua hanya saling menyalahkan , lalu bagaimana kita bisa mencari jalan keluar untuk masalah ini.Â
Pentingnya kesadaran semua pihak
Guru
Anak saya bersekolah di SD swasta , kebetulan dapat guru kelas 1 yang merupakan guru senior dan akan pensiun. Guru tersebut dengan penuh kesabaran dan kesadaran memberi jam tambahan bagi anak kelas 1 yang belum lancar membaca. Menurutnya bagaimana mau mengajari anak pelajaran kalau anak saja tidak tahu apa yang dia baca.
Orangtua
Mendidik anak juga merupakan tanggung jawab orangtua, tidak bisa hanya menyerahkan tugas itu mentah-mentah pada sekolah. Orangtua juga wajib berperan dan mengawasi bagaimana perkembangan anak. Termasuk melihat apakah si anak sudah bisa membaca dan menulis atau tidak.
Di lingkungan saya,orangtua yang anaknya masih TK dan akan masuk SD orangtuanya dengan penuh kesadaran membayar guru les untuk mengajari anaknya baca tulis dan hitung. Merasa tidak punya waktu dan mampu mengajari anak sendiri, mereka memutuskan mengeluarkan uang lebih agar anaknya siap masuk SD.
Anak sebagai siswaÂ
Sebenarnya agak keterlaluan ketika anak SMP tidak bisa membaca, apa yang dia lakukan selama ini. Anak jaman sekarang sudah melek teknologi, anak SD pun sudah lancar main game online, joget-joget di media sosial.
Harusnya anak usia tersebut paham dan tahu kewajiban sebagai anak itu bersekolah dan mencari ilmu. Kalau merasa tertinggal dengan anak lain, ayo belajar. Bisa belajar dari YouTube cara membaca, bisa minta bantuan teman untuk mengajari.
KesimpulanÂ
Masalah anak SMP yang belum bisa membaca adalah masalah bersama yang harus diselesaikan bersama pula. Harus ada kesadaran dari semua pihak , bagaimana cara mengatasi masalah tersebut. Jangan saling menyalahkan tapi mari bahu membahu menumbuhkan semangat anak belajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H