Hari ini aku kesal membuka media sosial. Tentang kasus guru dan siswi yang viral di gorontalo. Identitas sang siswi disebarluaskan bahkan dengan fotonya yang terpampang sangat jelas. Miris.
Belum lagi komentar masyarakat yang mengatakan siswi tersebut juga pelaku. Padahal yang namanya pelaku itu jika memang sengaja membuat video lalu disebarkan.
Jelas dari pihak yang berwenang mengatakan siswi tersebut adalah korban, korban child Grooming.
Namun ada saja tulisan seseorang yang mengatakan, kenapa si siswi tidak lapor? Kenapa diam saja padahal sudah cukup lama hubungan mereka meresahkan sang istri.
Duh tolong ya buat warga masyarakat Indonesia. Cobalah lebih empati, kalian yang tidak pernah jadi korban pelecehan tidak akan tahu rasanya jadi korban.
Perasaan malu, takut stigma masyarakat, merasa tidak punya harga diri dan tidak berdaya.
Apa dengan melapor masalah akan selesai?
Pasti ada sanggahan dari pelaku , lalu bagaimana kalau pelaku memutar balikan fakta. Bilang kalau siswinya yang mendekati dan merayu, mengatakan wajar anak broken home jadi kelakuan minus. Siapa yang akan lebih dipercaya seorang guru sekaligus kepala sekolah atau hanya murid yatim piatu tanpa dukungan orangtua.
Apa dengan melapor semua akan baik-baik saja?
Tentu saja tidak. Pandangan orang terhadap siswi tersebut akan berubah, peluang pelecehan malah akan meningkat lagi dari orang lain.
Ada kisah nyata seorang gadis diperkosa oleh seorang kakek-kakek,ketika si korban itu bercerita pada keluarganya endingnya malah si korban dinikahkan sama kakek tersebut .
Yang terbaru, seorang anak remaja umur 13 tahun cerita kepada ayahnya dia dilecehkan sang paman. Ujungnya si Ayah malah memperkosa si anak.
Dunia ini sudah gila, tidak ada keamanan untuk anak dan perempuan korban pelecehan. Yang ada malah korban bertambah terpuruk dan depresi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H