Berpuasa Ramadhan Di Hari  ke lima Bukan Sekedar Sekadar Menahan Lapar dan Haus
Puasa Ramadhan adalah salah satu praktik penting dalam agama Islam di mana umat Islam menahan diri dari makan, minum, dan hubungan suami-istri dari fajar hingga maghrib selama bulan Ramadhan.
Namun, puasa Ramadhan bukan hanya sekedar menahan lapar dan haus. Puasa Ramadhan memiliki makna yang lebih dalam di mana selain menahan lapar dan haus, tujuan praktek ini adalah mendekatkan diri pada Allah SWT, mengendalikan hawa nafsu, dan memperkuat suatu kegiatan sosial.
Selama berpuasa Ramadhan, umat Islam dibentuk untuk meningkatkan kesabaran dan ketekunan mereka dalam memenuhi tuntutan agama. Selain itu, kesadaran sosial juga ditingkatkan selama bulan suci ini karena umat Islam didorong untuk menyumbangkan uangnya untuk amal dan membantu mereka yang membutuhkan.
Dalam ujian Anda, kemungkinan Anda akan ditanya tentang makna dan tujuan dibalik berpuasa Ramadhan serta bagaimana praktik ini mempengaruhi kehidupan sehari-hari umat Islam. Jadi, pastikan Anda memahami konsep dasar berpuasa Ramadhan dan praktik sosial di baliknya serta bagaimana praktik ini membentuk karakter umat Islam secara keseluruhan.
RAMADAN  identik dengan bulan yang suci dan bersih, sehingga kita berlomba-lomba berbuat kebaikan selama satu bulan penuh. Berpuasa bulan Ramadhan bukan hanya berkaitan dengan menahan diri dari lapar dan haus, melainkan kita juga harus mampu  menahan hawa nafsu serta menahan emosi dan amarah yang bisa membuat puasa seseorang menjadi tidak sempurna.
PERINTAH berpuasa pada bulan Ramadhan ini berasal dari Allah yang bersumber pada Alquran. Yakni, Â Hai orang-orang yang beriman! Wajib atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.(Q.S. al-Baqarah ayat 183).Â
SELAMA bulan Ramadhan, tidak hanya  fisik,  tetapi  ada juga faktor psikis yang membuat emosi kita semakin stabil. Nabi Muhammad (Rasulullah) SAW menyuruh kita untuk menahan amarah saat puasa.Â
PADAHAL, tubuh kita sedang menahan lapar. Dalam salah satu habisnya, Rasulullah SAW menyarankan kita untuk menghindari amarah, emosi, pertengkaran ketika berpuasa,Â
Jika salah seorang dari kalian berpuasa, Â janganlah ia mengatakan atau melakukan hal-hal kotor, berteriak, membuat keributan. Kemudian jika seseorang bersumpah atau menantang perkelahian, maka ia harus mengatakan 'Aku sedang berpuasa'.(H.R. Bukhari dan Muslim).
SELAIN menjadi sarana latihan pembersihan jiwa, hikmah dari larangan tersebut sebenarnya untuk melindungi diri kita sendiri. Emosi negatif akan menguras energi dalam tubuh kita.Â