Pagi ini terasa indah sekali. Cuaca agak lembab sejuk, dan jalan raya terasa lengang. Teduh sekali. Bahkan saking indahnya, Masdekayang jarang jumpa pun singgah di ruang kerja saya pagi ini. Dan, atas desakannya, artikel ini pun diunggah ke Kompasiana. *** [caption id="attachment_101828" align="alignright" width="210" caption="Kapten Moch Salim/metrotv"][/caption] Selain Briptu Norman yang mendadak ngartis, ternyata Kapten Moch Nursalim pun tidak ketinggalan. Bagi yang belum kenal, dia adalah Kapten Kapal Pengawas Perikanan HIU 001. Sebuah kapal patroli dibawah kendali Kementerian Kelautan dan Perikanan. Tugas pokoknya adalah mengusir, dan kalau memungkinkan menangkap semua kapal pencuri ikan yang masuk ke wilayah perairan Indonesia. Ya, mereka adalah penjaga laut Indonesia. Pertemuan pertama Kapten Salim dengan saya terjadi di Pusdiklat Aertembaga KKP di Bitung Sulawesi, yang kemudian berlanjut lagi di Sekolah Tinggi Perikanan Pasar Minggu Jakarta. Itu terjadi tahun 2008 lalu. Seorang yang supel, rajin ibadah dan sedikit bicara banyak bekerja. Jadi tidak heran, kalau melihat insiden di Selat Melaka kemaren (7/4), kekuatan mentalnya yang membuat cuek dengan kehadiran 3 (tiga) helikopter Malaysia itu. Walaupun dihadang pada haluan kapalnya oleh heli tempur TLDM, Salim tetap tidak gentar. Maju stabil dengan kecepatan 9,4 knot dan tidak menambah atau mengurangi sedikit pun kecepatannya. Menteri Pertahanan Malaysia mengklaim Kapten Salim dan/atau ABK-nya menodongkan senjata ke heli tempur TLDM (Tentera Laut Diraja Malaysia). Kenyataannya, KP HIU 001 tidak dibekali senjata. Logika berbicara, kalau toh dia punya senjata, sang heli tempur TLDM pun pastinya lebih lengkap dan powerful. Lah memang itu syarat utama heli tempur. Sarat persenjataan dan efektif bermanuver. Dan saya yakin, heli tempur itu akan mendapat keuntungan, sekiranya ada baku tembak. Ahhh Dato' Seri Menteri, laporan staf anda pasti kurang benar itu. Kronologis insiden bisa dilihat di Blog Mukhtar API MSI. Terus terang, saya heran juga dengan blog ini. Kronologis yang dimuat di blog itu hanya selisih sekian jam saja loh dengan peristiwa insiden itu. Efektif sekali kerjanya. :) *** [caption id="" align="alignright" width="240" caption="Wilayah Insiden Selat Malaka"]
Nah, resikonya, wilayah overlap itu menjadi kebingungan semua pihak. Â Kedua negara saling mengakui, pihak Kapal Patroli mengikut perintah Undang-undang dan, yang terpenting adalah rakyat kedua negara kebingungan.
Bagi warga negara yang progresif, pasti membela informasi yang dimuat di koran-koran lokalnya. Â Sedangkan bagi sebagian warga negara yang arif dan mengerti, pasti akan berpendapat dengan bijaksana. [caption id="" align="alignright" width="300" caption="Gerak Heli Memasuki Indonesia"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H