Mohon tunggu...
Gaya Hidup

Untuk Pendidikan Anak, Sebaiknya Pilih yang Mana?

31 Oktober 2015   22:58 Diperbarui: 3 November 2015   14:41 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu yang lalu saya mengunjungi sebuah pameran pendidikan dari institusi pendidikan dari Inggris di Bandung. Betapa tersentaknya saya ketika tahu biaya kuliah di luar negeri yang setinggi langit. Biayanya mencapai 700 juta tiap semester belum termasuk biaya hidup. Salah satu teman berpendapat, wajar saja biaya pendidikan di Inggris semahal itu karena memang Inggris adalah negara maju.

Oke. Baiklah. Tidak perlu jauh-jauh ke Inggris, mari kita lihat biaya pendidikan di dalam negeri. Biaya kuliah di perguruan tinggi negeri di Indonesia rata-rata adalah 4 juta-20 juta per semester. Itu untuk fakultas non-kedokteran seperti fakultas bisnis, akuntansi, teknik, hukum, psikologi, dan lain-lain. Jika fakultas yang diminati anak adalah kedokteran, sudah barang tentu orang tua harus merogoh kocek lebih dalam karena uang pangkalnya saja sekitar 200 juta – 500 juta yang harus dibayarkan sekali di awal. Mahalnya uang pangkal belum ditambah dengan biaya pendidikan (SPP atau UKT) yang rata-ratanya sebesar 15 juta hingga 40 juta per semester. 

Meskipun biaya pendidikan di dalam negeri belum semahal pendidikan di Inggris, namun tetap saja tingginya biaya pendidikan itu memberatkan orangtua khususnya orangtua dengan status keuangan menengah ke bawah. Biaya pendidikan yang sudah berat  ini semakin memberatkan orangtua karena adanya uang pangkal yang harus dibayar sekali waktu dan dalam jumlah yang besar di awal. Maka, sebagai orangtua dan calon orangtua, penting untuk kita mulai merencanakan pendidikan anak agar tidak terlalu berat jika telah tiba saatnya mereka mendapatkan haknya untuk menempuh pendidikan.

Ada berbagai cara untuk mempersiapkan biaya pendidikan anak:

1.            Tabungan Rencana Pendidikan

Dalam tabungan rencana pendidikan, Anda menabung secara rutin setiap bulan dengan target hasil pada waktu tertentu. Lama menabung dan nominal setoran per bulannya biasanya disesuaikan dengan kebutuhan biaya dan waktu masuk sekolah anak. Jika dalam perjalanan Anda meninggal, setoran tabungan pendidikan anak akan diteruskan oleh asuransi. Sehingga biaya pendidikan sudah tersedia ketika anak akan masuk sekolah.

Survei harian Kompas tahun 2012 soal persiapan biaya pendidikan menunjukkan hampir 90% orang tua yang di survei menyebut tabungan pendidikan sebagai pilihan mereka. Tabungan rencana adalah opsi paling populer dikalangan orangtua. Bagaimana tidak, tabungan rencana memiliki beberapa keuntungan. Tabungan rencana menawarkan bunga (return ) yang cukup bersaing bila dibandingkan dengan bunga deposito dan suku bunga tertinggi tabungan biasa. Jumlah investasi minimumnya pun jauh lebih terjangkau. Hanya dengan simpanan rutin per bulan minimal sebesar Rp 100.000, Anda sudah bisa memakai opsi ini. Bila dibandingkan dengan deposito, jatuh tempo penarikkannya juga  lebih fleksibel mulai dari 1 tahun hingga 20 tahun.

Meskipun begitu, tabungan rencana memiliki beberapa kelemahan. Dibandingkan tingkat inflasi tahunan yang sekitar 4 % –  5% setahun, suku  bunga tabungan pendidikan sudah amat tipis bedanya. Bunga tabungan pendidikan tertinggi adalah 5,5% yang artinya hanya berbeda 0,5% dari inflasi. Untuk mengalahkan kenaikkan harga barang umum saja tabungan pendidikan sudah hampir pingsan. Dalam sejarah ekonomi Indonesia, inflasi pernah mencapai 8% per tahun.

Inflasi biaya pendidikan senantiasa lebih tinggi diatas inflasi umum. Dapat dipastikan bunga yang ditawarkan tabungan pendidikan dibawah laju kenaikkan biaya sekolah setiap tahunnya. Survey dari  Zap Finance menyebutkan bahwa kenaikkan biaya pendidikan TK – SD adalah 15 – 20% per tahun. Survey ini semakin diperkuat dengan riset dari QM Finansial.  Lembaga perencana keuangan yang dikawal Ligwina Hananto ini menyebutkan bahwa kenaikkan biaya sekitar 15% per tahun. Jelas dapat disimpulan bahwa suku bunga tabungan rencana tidak cukup kuat untuk mengalahkan laju kenaikan inflasi dan biaya pendidikan.

 

Jika tujuannya adalah untuk membiayai seluruhnya biaya pendidikan anak, tentunya sudah jelas bahwa tabungan rencana pendidikan belum tepat untuk dijadikan pilihan karena tidak mampunya suku bunga tabungan pendidikan mengalahkan suku bunga kenaikan harga-harga barang yang secara otomatis juga akan berpengaruh terhadap kenaikan biaya pendidikan. Namun jika tujuannya untuk sekedar menabung saja agar tidak terlalu berat di akhir, tabungan rencana cukup worth it karena resiko yang sangat minim dan suku bunga yang lebih tinggi dari tabungan biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun