Salah satu kemunduran yang biasanya dialami lansia selain masalah fisik adalah kemampuan berkomunikasi.Â
Berkurangnya kemampuan berkomunikasi bisa saja disebabkan karena terjadinya gangguan pada fungsi pendengaran, atau gangguan kognitif.Â
Komunikasi yang tidak efektif pada lansia, sering kali membuat lansia frustasi dan merasa diabaikan. Padahal komunikasi merupakan jembatan agar dapat saling memahami.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan saat berkomunikasi dengan lansia: pertama, adalah karakteristik lansia tersebut. Ada lansia yang sangat penyabar, terbuka, dan periang. Ada juga lansia yang cenderung emosional, mudah tersinggung dan sangat sensitif. Jadi perhatikan faktor karakteristik ini.Â
Berkomunikasi dengan lansia dengan karakter penyabar tentu berbeda dengan lansia yang memiliki karakter emosional.
Kedua, faktor non verbal seperti bahasa tubuh, kontak mata, perilaku, ekspresi wajah dan sentuhan. Lakukan kontak mata dan berikan sentuhan pada saat berkomunikasi dengan lansia. Tatap matanya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, usap-usap punggungnya atau lengannya.Â
Volume suara sesuaikan dengan kemampuan mendengar dari lansia tersebut. Jika pendengarannya sudah mulai terganggu, volume suara bisa dinaikkan tapi yang perlu ditekankan adalah nada suara tetap harus lembut.
Objek pembicaraan juga harus diperhatikan. Bicarakan objek yang menyenangkan bagi lansia. Jangan paksakan pembicaraan yang tidak disukainya.Â
Pengalaman saya dengan ibu saya, ibu saya cenderung menyukai obrolan tentang masa lalunya saat beliau masih sekolah, tentang kehidupan keluarga besarnya, tentang lagu-lagu favoritnya.Â
Dia masih hafal dan masih bisa menyanyikan dengan baik lagu-lagu kesukaannya. Seperti lagu My Way (Frank Sinatra) dan Pretend (Nat King Cole).Â
Dengan  komunikasi yang positif dan intens, diharapkan akan meningkatkan rasa aman, nyaman dan rasa dicintai pada lansia.