Mohon tunggu...
Nia Agustin
Nia Agustin Mohon Tunggu... Administrasi - Pengajar

Pengajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ethos Hidup Orang Jawa

6 Januari 2022   12:22 Diperbarui: 6 Januari 2022   12:40 1307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ethos berarti pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial. Ethos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh suatu kelompok atau masyarakat. 

Suku Jawa dalam kebudayaan memiliki pandangan hidup atau ethos hidup yang khas. Mulder (1985:17) menyakini bahwa orang Jawa memiliki etos kejawen. Etos kejawen adalah prinsip hidup orang Jawa. Kejawen adalah gaya hidup dan etika yang membingkai kebebasan orang Jawa. Orang Jawa mengansumsikan  bebas berarti tidak ada paksaan, baik secara fisik, psikologis, social, historis, dan sebagainya. Semua faktor tersebut menentukan kelakuan manusia. Jika faktor-faktor tersebut menentukan kelakuan secara menyeluruh, maka tindakan manusia tidak lagi disebut bebas. Hakikat kebebasan ialah penentuan berasal dari diriku sendiri. Bebas artinya juga tidak terikat.

Etos hidup Jawa yang paling banyak digunakan, yaitu hadirnya mitos aksara Jawa. Aksara Jawa yang konon dicipta Ajisaka (Supadjar, 2005:11-13) menandai segmen hati (batin) yang jernih. Inilah cermin hidup yang bersih, sebagai pembeda (determinan) dengan cermin yang kotor, yaitu penguasa Deawata Cengkar. Dewata cengkar adalah musuh Ajisaka, yang pada waktu menggelar udheng, agar supaya orang Jawa mudheng. Mudheng berarti paham mana yang baik dan mana yang buruk. Dalam ethos hidup aksara Jawa, digambarkan sebagai berikut:

  • Ha Na Ca Ra Ka memiliki arti "ana utusaning pangeran (adanya utusan Tuhan)". Manusia diciptakan Tuhan sebagai bukti adanya kebesaran Tuhan dan manusia memiliki fungsi  untuk menjaga kelestarian hidup (Hamemayu Hayuning Bawana). Kelestarian hidup terdiri atas dua bentuk yaitu kelestarian hidup manusia sendiri (Hamemayu Hayuning Jagad kang Piniji) dan kelestarian alam (Hamemayu Hayuning Jagad Raya). Hal ini mengingatkan bahwa manusia harus menjaga relasinya, baik secara vertical yaitu pengakuan adanya kebesaran Tuhan Yang Maha Esa dan secara horizontal yaitu membangun hubungan yang baik dengan sesamanya. Kelestarian hidup manusia juga dapat dijaga dengan menghindari perusakkan alam sehingga berbagai bentuk bencana alam dapat dicegah. Aksara jawa sudah mengingatkan sejak awal bahwa kerusakan akibat ulah manusia akan berdampak rusaknya kelestarian alam dan menjadi ancama bagi kelestarian hidup manusia.
  • Da Ta Sa Wa La memiliki arti "ora bisa suwala kabeh wus ginaris kodrat" (tidak bisa diingkari bahwa semua sudah menjadi kodrat dari Tuhan). Segala sesuatu atau kejadian yang ada di dunia ini telah digariskan oleh Tuhan. Manusia tinggal menjalankannya saja sesuai dengan lakon yang diperankan. Orang Jawa memiliki prinsip nerimo ing pandhum artinya menerima apapun yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Namun makna ini jangan dinilai bahwa manusia sebagai makhluk yang pasif. Manusia harus selalu berusaha dalam hidup namun setelah usahanya maksimal dan apapun hasil dari usaha maksimal tersebut maka harus diterima dan disyukuri.
  • Pa DHA Ja Ya NYa memiliki arti "kanti tetimbangan kang padha sak jodho aname" (Tuhan menciptakan sesuatu di dunia dengan pertimbangan dan berpasangan). Arti ini dicontohkan dengan adanya siang -malam, terang-gelap, atas-bawah, laki-laki-perempuan, Bahagia sedih, hidup-mati. Di dalam kehidupan akan selalu dijumpai kondisi-kondisi tersebut, manusia harus mampu menyesuaikan diri dengan berbagai kondisi yang ada. Misalnya saat siang apa yang harus dilakukan, saat malam apa yang harus dilakukan. Tidak selamanya manusia akan mengalami kesusahan namun adakalanya akan mengalami kegembiraan. Banyak makna yang bisa dipetik sebagai hakikat manusia, misalnya untuk meneruskan kelestarian hidup manusia harus menikah antara laki-laki dan perempuan karena kodratnya perempuan yang dibuahi dan laki-laki yang membuahi dalam proses reproduksi. Saat kita berada di puncak karir kita harus ingat suatu saat karir kita akan di bawah dan seterusnya seperti roda. Makna aksara Pa DHa Ja Ya NYa juga dapat diartikan sebagai keseimbangan dalam hidup.
  • Ma Ga Ba THa NGA memiliki arti "manungsa kinodrat dosa, lali, luput, apes, lan mati" (manusia pasti memiliki dosa, lupa, kesalahan, dan mati). Tidak ada manusia yang lepas dari kekuarangan ini harus diakui oleh manusia., menyalahi kodrat kalau manusia tidak mau menerima atau mengakui kesalahan yang telah dibuat, kekuarangan diri, ataupun hal-hal negative dari diri. Adanya kelemahan tersebut seharusnya dapat menjadi bahan kewaspadaan bahwa manusia harus selalu eling lan waspada (ingat dan waspada). Dengan segala kekurangan yang pada dasarnya dimiliki manusia, manusia harus selalu berhati-hati dalam perbuatan agar tidak melakukan kesalahan yang dapat merugikan diri sendiri , orang lain, ataupun alam.  

Kepustakaan:

1) Suwardi Endraswara, Etnologi Jawa (Yogyakarta: Center for Academic Publishing Service/ CAPS, 2015)

2)Wikiepedia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun