Â
Astrid Amalia Noeraini menjelaskan, sektor informal tidak sama dengan sektor naturalis, organik, dan non-malas. Tempat ini menjadi mediator antara mereka yang tidak mampu melakukan pekerjaan ekonomi formal dengan mereka yang mampu. Mereka sering mengalami pergantian karyawan karena rendahnya tingkat keberhasilan penempatan staf di unit bisnis yang relatif kecil. Salah satu penyebab utama terjadinya fenomena tersebut adalah semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan teknologi, khususnya dalam melakukan pembayaran dengan menggunakan Anjungan Tunai Mandiri (Akses Tunai...). Jika semua itu diperhatikan, maka akan berdampak negatif terhadap produktivitas karyawan jika mereka menggunakan individu dan lingkungan kerjanya secara efisien.[7]
Seperti yang diungkapkan Hartati Sulistyo Rini, salah satu fenomena yang sulit dipahami adalah pengaruh sektor informal terhadap gagasan kebijakan. Hal ini tidak berarti bahwa perekonomian informal merupakan fenomena yang terjadi di negara-negara yang sedang mengalami kelesuan ekonomi; sebaliknya, hal ini menunjukkan bahwa perekonomian informal di negara-negara tersebut mengalami sedikit resesi dan mempunyai praktik komersial yang "unik". Jika kita mempelajari bahasa ini lebih mendalam, kita akan lebih mampu memahami bahwa pertumbuhan sektor informal dapat disamakan dengan pertumbuhan suatu bangsa, dimana pertumbuhan sektor informal tidak begitu signifikan dan lebih terasa. Di sisi lain, pertumbuhan sektor informal dapat dikaitkan dengan keamanan nasional sebagai penggerak utama pertumbuhan perekonomian global Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H