Umbra adalah sebutan makhluk hidup yang menjadi hal esensial bagi penduduk Ardyoren untuk bertahan hidup. Tanpa umbra yang menjaga konsep ruang dan waktu, seorang individu akan tersesat pada lingkaran waktu dengan zaman dan tempat yang berbeda tiap harinya. Pada umumnya, pencarian dan penaklukkan umbra dilakukan pada umur tiga belas hingga dua puluh satu tahun. Oleh sebab itu, setiap keluarga dengan anak yang belum bertemu dengan umbra pasangannya akan terus mencari cara untuk menemukan makhluk tersebut.
Selama satu abad terakhir ini, penduduk Negeri Ardyoren mengenal tiga cara untuk menaklukkan umbra. Pertama, menjelajahi Hutan Tenebris tempat para umbra tak bertuan berasal dan kemudian memasang jebakan untuk menemukan umbra yang tepat. Kedua, menelusuri Pasar Umbra untuk membeli umbra yang cocok dengan dirinya dengan harga yang tidak murah. Ketiga, menyewa venator atau pemburu pencari umbra yang handal.Â
Metode pencarian umbra bergantung pada keturunan keluarga dan golongan dari seorang individu. Masyarakat golongan menengah kebawah dengan umbra yang umum biasanya memilih untuk mencari sendiri umbra mereka di Hutan Tenebris. Hal ini dilakukan demi menghemat pengeluaran. Sedangkan, keluarga dengan ekonomi menengah dan keturunan umbra buas seringkali mengunjungi para pedagang di Pasar Umbra, berharap menemukan umbra mereka tanpa harus menjalani petualangan berbahaya dalam menaklukkan umbra liar di Hutan Tenebris. Untuk individu yang terlahir pada keluarga terpandang dengan umbra langka, mempercayakan venator untuk mencari umbra mereka merupakan langkah yang tepat.Â
Namun, terlepas dari berbagai cara demi memperoleh umbra, tidak sedikit orang yang terlambat menemukan umbra pasangannya dan akhirnya kehilangan akal sehatnya. Kehidupan tanpa umbra menjadi hal yang paling ditakutkan bagi manusia. Kengerian inilah yang membayangi kehidupan Sheraz, remaja 17 tahun yang tidak mengenal orang tua ataupun asal-usul dari dirinya.Â
Hidup berpindah-pindah panti asuhan dan rumah penampungan yatim-piatu, Sheraz terpaksa membesarkan dirinya sendiri. Ia tumbuh menjadi gadis yang mandiri dan tangguh. Meskipun demikian, umbra yang umumnya sudah dimiliki setiap bocah seumuran dirinya, belum juga ia temui. Tanpa informasi mengenai keturunan dirinya, ia terpaksa melakukan pencarian secara membabi buta.Â
Tak lama setelah ia melewati malam pergantian umurnya yang ke 13, pengurus panti segera mengutus dirinya untuk pergi ke Hutan Tenebris demi mencari umbra. Pagi-pagi buta, Raz selalu siap memasang perangkap umbra di setiap petak hutan dan baru kembali setelah orang lain terlelap.Â
Urusan mencari umbra bukanlah hal yang mudah. Tanpa donatur dan ekonomi yang mendukung panti, anak yang tidak mengenal keturunannya seringkali jatuh pada perangkap waktu. Hal inilah yang membuat setiap penghuni panti, termasuk Sheraz merasa was-was. Mereka semua tahu bahwa membeli umbra di pasar tidaklah mungkin. Apalagi menyewa venator.Â
Sheraz pun berusaha dengan keras untuk mencari umbra pasangannya, namun setelah empat perayaan ulang tahun, gadis berambut merah ini belum menemukannya. Sadar akan keterbatasan secara ekonomi dan waktu, Sheraz mencari cara baru untuk mencari umbranya.Â
Dengan mengikuti dan membantu venator melayani keturunan terhormat di Ardyoren, Sheraz mendapatkan sedikit upah untuk menyambung hidup sambil menabung. Ia berharap jikalau ia adalah keturunan keluarga yang memiliki umbra buas, maka hewan itu akan berada di pasar.Â
Namun setelah beberapa bulan bersama berburu dengan venator nampaknya membeli umbra sebelum menginjak umur 22 tahun merupakan ide yang mustahil. Setiap hari ia bekerja tanpa henti, mulai dari memasang perangkap, bekerja dengan venator, dan berkeliling pasar dengan harapan menemukan umbranya.Â
Suatu malam ia bermimpi aneh mengenai seorang nenek berambut putih. Lengan kiri dari sang nenek memiliki tanda lahir yang sama dengan Raz miliki, bercak lingkaran merah dengan titik-titik hitam di sekelilingnya. Ia mengendarai suatu makhluk berkepala singa, berkaki kuda dengan tubuh kambing dan ekor seperti ular. Sayapnya membentang dan makhluk itu mengeluarkan suaranya yang lantang, suatu kombinasi dari auman singa dan hembusan api naga. Mengerikan, namun penuh keagungan pada saat yang bersamaan.Â
Raz pun segera terjaga, napasnya tersengal-sengal dan pikirannya berkabut. Tanpa berpikir panjang, ia memacu langkahnya menuju Gunung Eldritch yang berada pada pinggir Hutan Tenebris. Ia tidak menyadari udara yang menusuk tulang ataupun darah yang bersimbah pada telapak kakinya hingga ia berada pada puncak gunung. Raz teringat akan kisah makhluk penjaga gunung yang menjadi legenda masyarakat sekitar. Ia sangat yakin bahwa makhluk tersebut adalah umbra-nya.Â
Saat berada di puncak gunung, Raz melantunkan lagu rakyat yang konon dapat memanggil makhluk penjaga tersebut. Awalnya, ia tidak merasakan apapun. Tetapi, lama-kelamaan udara di sekitar gunung menjadi hangat. Ketika Raz menoleh ke atas ia melihat makhluk tersebut.Â
Umbra-nya. Pelindungnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H