Pagi itu, Kiyara sangat bahagia. Ujian skripsi yang ditunggu-tunggu akhirnya terlaksana dengan lancar. Iapun sudah tidak sabar untuk pulang dan memberikan kabar kepada Ayah dan Ibunya bahwa semuanya sangat lancar. Sebentar lagi, ia akan menjadi seorang dokter magang di salah satu rumah sakit swasta di Bali. Itu merupakan impiannya sedari kecil, menjadi seorang dokter.Â
Bergegas keluar dari halaman pengumuman hasil sidang, Kiyara cepat-cepat mengambil tasnya dan segera menuju parkiran. Langkahnya tiba-tiba terhenti saat di depan mobilnya terparkir, ia melihat sang pujaan hati menunggunya dengan wajah masam.
"Kiya, aku ingin bicara denganmu. Bisakan?" Tanyanya singkat. Wajah Biren merah padam seolah sedang memendam amarah yang amat sangat besar.Â
"Sayaang.....kok wajahmu ditekuk gitu sih?" Kiyara menyadari raut wajah lelakinya yang sedang tak bersahabat namun berusaha mencairkan suasana.Â
"Ada yang ingin aku sampaikan, ini penting. Ikut aku!" Biren menarik tangan Kiyara dengan kasar.
"Aww....Biren! Kamu kenapa sih? Datang-datang malah main nyeret aku aja? sakit tau!"
"....." Biren tak bergeming, namun melepaskan cengkeraman tangannya pada Kriya.Â
"kamu tau kan aku baru aja abis sidang, gak pengen gitu kamu ngasi aku selamat?" Masih berusaha membuat suasana tidak mencekam.
"Oke, selamat nona Kiyara, puas kamu?"Â
"Heh? Kok jutek amat. Kamu kalo lagi ada masalah, cerita dong jangan jutekin aku gitu."
"Udah, aku gak mau basa basi ya! kalo kamu gak mau aku ajak ngomong di tempat yang lebih enak, ya udah aku ngomong disini aja!"