Mohon tunggu...
Ni NyomanMurtini
Ni NyomanMurtini Mohon Tunggu... Guru - Penulis Freelance

suka banget sama serial Harry Potter

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bencilah Aku agar Mudah Kau Lupakanku

22 Desember 2021   21:45 Diperbarui: 22 Desember 2021   21:50 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu, Kiyara sangat bahagia. Ujian skripsi yang ditunggu-tunggu akhirnya terlaksana dengan lancar. Iapun sudah tidak sabar untuk pulang dan memberikan kabar kepada Ayah dan Ibunya bahwa semuanya sangat lancar. Sebentar lagi, ia akan menjadi seorang dokter magang di salah satu rumah sakit swasta di Bali. Itu merupakan impiannya sedari kecil, menjadi seorang dokter. 

Bergegas keluar dari halaman pengumuman hasil sidang, Kiyara cepat-cepat mengambil tasnya dan segera menuju parkiran. Langkahnya tiba-tiba terhenti saat di depan mobilnya terparkir, ia melihat sang pujaan hati menunggunya dengan wajah masam.

"Kiya, aku ingin bicara denganmu. Bisakan?" Tanyanya singkat. Wajah Biren merah padam seolah sedang memendam amarah yang amat sangat besar. 

"Sayaang.....kok wajahmu ditekuk gitu sih?" Kiyara menyadari raut wajah lelakinya yang sedang tak bersahabat namun berusaha mencairkan suasana. 

"Ada yang ingin aku sampaikan, ini penting. Ikut aku!" Biren menarik tangan Kiyara dengan kasar.

"Aww....Biren! Kamu kenapa sih? Datang-datang malah main nyeret aku aja? sakit tau!"

"....." Biren tak bergeming, namun melepaskan cengkeraman tangannya pada Kriya. 

"kamu tau kan aku baru aja abis sidang, gak pengen gitu kamu ngasi aku selamat?" Masih berusaha membuat suasana tidak mencekam.

"Oke, selamat nona Kiyara, puas kamu?" 

"Heh? Kok jutek amat. Kamu kalo lagi ada masalah, cerita dong jangan jutekin aku gitu."

"Udah, aku gak mau basa basi ya! kalo kamu gak mau aku ajak ngomong di tempat yang lebih enak, ya udah aku ngomong disini aja!"

"Ya udah ngomong aja, biasanya juga kalo mau ngomong ya ngomong aja." Kiyara mulai sebal. 

"Aku mau kita PUTUS!"

"Biren! maksud kamu apa?"

"P-U-T-U-S! kamu ngerti kan? aku udah gak bisa sama kamu lagi!"

"Biren..kamu jangan becanda ya? Ini bukan April Mop, gak usah ngaco deh kamu!"

"Kamu liat aku lagi ngaco?" Biren menatap Kiyara tepat pada manik matanya dan Kiyara bisa melihat tidak ada candaan dalam pandangan mata Biren. Pandangan yang tak pernah Kiyara lihat dalam 3tahun hubungan mereka.

"Sayang...coba tenang dulu...kita bisa bicarain ini semua baik-baik." Kiyara berusaha untuk tetap tenang walau hatinya sakit begitu mendengar kata putus. 

"Gak ada yang harus dibicarain." jawab Biren singkat.

"Oke, tapi aku butuh penjelasan. Kenapa kamu tiba-tiba mau mutusin aku. Kita baik-baik aja belakangan ini. Aku gak pernah merasa ada salah sama kamu, kenapa?"

"Aku udah bilang, gak ada yang perlu dijelasin. Kita PUTUS, titik!!!!"

"Oke, kalo emang itu mau kamu, aku juga bukan tipe orang yang suka ngemis cinta! Tapi inget ya, apa yang kamu lakuin ke aku ini gak adil. Kamu mutusin aku gitu aja tanpa penjelasan!!"

"Ini yang bikin aku muak sama kamu! Sikap kamu yang childish gini bikin aku capek!"

"Seriously? cuma karena itu doang? Tapi kita kan gak harus putus cuma karna itu!"

"Terus kamu mau apa? Mau bilang kalo kamu bakal berubah? Heh, udah 3 tahun ya Gue sama Loe, tapi nothing changed! Loe masih tetep aja kayak anak TK yang suka ngerengek kalo kemauan Loe gak diturutin.! Muak gue sama tingkah Loe yang nyebelin itu! Nyesel gue pernah punya pacar kayak Loe!"

"Ohhhh...jadi cuma karna gue kayak anak kecil? Fine! Oke orang dewasa, serah Loe ya mau ngapain. Gue gak butuh cinta dari Loe lagi. Loe kira lakik di dunia ini cuma Loe doang!" 

"....." Biren tak mampu menjawab perkataan Kiyara. 

"Kenapa Loe diem aja, jawab! Loe punya mulut kan. "

"Hahaha, satu hal lagi yang bikin gue makin yakin bahwa loe adalah sebuah kesalahan ya ini!"

"Apa loe bilang? Sebuah kesalahan? Loe pikir loe manusia yang paling benar tanpa cela sedikitpun? NGACA doong!!!"

"Ya memang gue selalu benar karena bibit bebet bobot gue semuanya terhormat, terpandang dan berahlak mulia. Nggak seperti Loe dan keluarga loe yang tercoreng nama baiknya. Gak anak gak bapak sama-sama tak bermartabat!"

Deerrrr...petir menyambar dada Kiyara di siang hari yang begitu cerah. Dia sangat kesal jika ada siapapun yang mencela ayahnya, bahkan Biren pun tahu itu. 

"Baiklah, Dr.Birendra yang terhormat, Anda memang benar dan akan selalu benar. Anda seorang dokter namun mulut anda benar-benar tidak disekolahkan ya! Jangan pernah Loe tunjukin wajah Loe depan gue lagi, apapun alasannya! Pergi loe dari hidup gue! Pergi yang jauh!!!! Dan satu hal lagi, sebejat-bejatnya orang tua gue, mereka tetaplah orang tua terbaik yang udah ngelahirin dan ngebesarin gue!"

"Hahaha, ngebesarin sampe nguliahin loe jadi dokter dengan uang haram? Loe bangga?"

Plaaaak...sebuah tamparan mendarat di pipi Biren.

"Jaga mulut loe kalo oe masih pengen bisa ngomong!" 

Kiyara mendorong tubuh Biren kasar dan segera masuk ke mobil dan melajukan mobilnya dengan kcepatan tinggi. Dia menangis sekencang-kencangnya. Tak menyangka bahwa hari dimana ia berbahagia harus dirusak oleh Biren.  Cinta yang dijalin selama 3 tahun lamanya harus kandas Kiyara membatalkan kepulangannya, ia masih melajukan mobilnya tanpa tujuan. Ia hanya ingin sendiri saat ini.

Dilain tempat Biren terlihat sangat frustasi, dia terpaksa berkata kasar pada Kiyara agar wanita pujaan hatinya membencinya. Semua ini karena orang tua Biren. Saat mengetahui hubungannya dengan Kiyara, orang tua Biren sangat menentang hubunganmereka karena mengetahui ayah Kiyara yang pernah terjerat kasus korupsi di instansi pemerintah hingga menyebabkan pemecatan secara tidak terhormat. Bagi orang tua Biren, itu adalah sebuah aib dan mereka tidak mau menjalin hubungan apapun apalagi menjadi besan dengan keluarga kriminal. 

#Flashback

"Biren, berapa kali harus Papa kasih tau kamu! Putuskan anak koruptor itu! Jangan bawa aib ke keluarga kita!"

"Apa kata Eyangmu nanti Ren. Carilah perempuan yang berasal dari keluarga terhormat!" Sambung Mamanya.

"Pa, Ma....ayah Kiya nggak salah, dia cuma dijebak! Biren tahu semua itu dan Biren udah selidiki kebenarannya."

"Papa gak peduli dia benar atau salah dimata kamu. Namun dimata hukum dan masyarakat, dia sudah terbukti bersalah dan kini menjadi sampah masyarakat!"

"Papa!!!"

"Kamu! Berani ya membentak Papamu sejak berhubungan dengan perempuan itu!"

"Ma, tolong percaya sama Kiya dan Biren. Kami saling mencintai. Kiya adalah perempuan baik."

"Oke, dia baik untuk kamu tapi tidak cukup baik untuk menjadi menantu Mama!"

"Pokoknya sebelum besok pagi, kamu harus menyudahi hubunganmu dengan perempuan itu! Apapun caranya!"

"Tapi Pa....ini gak adil buat Kiya!"

"Oh...kamu mau Papamu ini mencabut ijin magangnya? Kamu mau Mamamu menghacurkan masa depannya hanya dengan sebuah pengaduan palsu pada Ikatan Dokter? Kamu lupa Mamamu adalah pejabat IDI?"

"Pa, Ma!! Apa ini yang kalian sebut sebagai keluarga terhormat????"

"Keputusan Papa sudah final. Putuskan dia atau masa depannya akan hancur!"

Biren tak menajwab ancaman Papanya, dia berlari kekamarnya. Biren membanting semua barang yang ada dikamarnya. Bagaimana dia harus memutuskan hubungannya dengan Kiyara. Dia amat mencintai Kiyara. Namun, Biren memikirkan juga masa depan Kiyara. Dia tak ingin Kiyara bersedih dengan kehilangan impiannya. Cobaan yang Kiyara lalui sudah begitu berat. Dia tau bagaimana terpuruknya Kiyara dulu saat ayahnya divonis penjara dan dipecat dari jabatannya. Bahkan Biren menyelidiki kebenaran yang sesungguhnya terjadi. Biren tak punya pilihan, ia bergegas menuju kampus dimana Kiyara sedang mengikuti sidang skripsi. 

Sebelum pergi, Biren mengemasi barang-barangnya. Tak lupa, ia menulis sebuah surat untuk Papa Mamanya.

Pa, Ma....Biren sudah memutuskan untuk mengakhiri hubungan Biren dengan Kiya. Apa kalian senang sekarang? Namun satu hal yang harus Biren lakukan adalah pergi sejauh-jauhnya dari kehidupan Papa, Mama, dan Kiyara. 
Biren ngelakuin ini bukan untuk Papa Mama, tapi untuk Kiyara dan masa depannya yang harus bahagia. Biren sudah merekan semua percakapan kita hari ini bahkan ancaman Papa yang akan menghancurkan Kiyara. Jika suatu saat karir Kiyara hancur, jangan salahkan Biren jika rekaman ini sampai di kantor polisi. 

Ma, Pa, maafkan Biren yang durhaka terhadap kalian. Namun semua ini sungguh berat untuk Biren. Pilihan ini tidaklah mudah.
Biren pamit Pa, Ma. Jangan pernah cari Biren. Anggap saja Biren sudah pergi dari dunia ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun