Pandemi Covid-19 yang sudah melanda Indonesia sejak dua tahun lalu telah mematikan banyak sektor kehidupan. Tidak hanya melumpuhkan sektor pariwisata, ekonomi, transportasi, kesehatan, dan lain-lain. Namun juga turut memberikan dampak negatif terhadap dunia pendidikan.
Sejak munculnya wabah ini, berbagai upaya telah dikerahkan oleh pemerintah untuk menyelamatkan pendidikan di Indonesia. Dimulai dari mengubah sistem pembelajaran tatap muka menjadi daring (dalam jaringan), hingga memberlakukan sistem pembelajaran hybrid (mengkombinasikan sistem pembelajaran daring dan tatap muka). Keadaan yang makin hari makin mengintimidasi pergerakan rakyat ini memaksa pemerintah untuk menemukan solusi terbaik yang mampu membawa keadaan menjadi lebih normal.
Tidak hanya berdampak pada pembelajaran di kelas, beberapa program yang telah dirancang oleh semua universitas di Indonesia juga ikut terhambat. Salah satunya adalah program KKN atau Kuliah Kerja Nyata. Program ini biasanya rutin dilakukan oleh para mahasiswa tingkat tertentu dengan melakukan pengabdian ke masyarakat. Hanya saja, program KKN regular tersebut kini diubah menjadi KKN rekognisi berkat adanya pandemi Covid-19.
KKN rekognisi merupakan sebuah kegiatan yang memvalidasi aktivitas yang telah dilakukan pada masa lampau. Dalam hal ini, Universitas Pendidikan Indonesia mengakui program MBKM yang dilakukan oleh mahasiswanya. Salah satunya adalah program Kampus Mengajar.
Kampus Mengajar Angkatan 3
 Pada tahun 2022 program Kampus Mengajar telah memiliki 3 angkatan. Para mahasiswa yang tergabung dalam program ini disebar ke seluruh penjuru Indonesia. Selain berkesempatan menjadi mitra guru, program ini juga memberikan peluang bagi mahasiswa untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi, sehingga memberikan dampak pada penguatan literasi dan numerasi siswa di sekolah penempatan.
Mengabdi Hingga ke Yeh Ho, Bali
 Salah satu mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang mengikuti program Kampus Mengajar 3 mendapat penempatan di pulau Bali. Tepatnya adalah di SD Negeri 8 Banjar Anyar, Yeh Ho, Tabanan. Mahasiswa perantau bernama Ni Luh Putu Dian Eka Astari ini pun secara tidak langsung telah mengabdikan diri untuk pulau kelahirannya sendiri.
Selama mengabdi di SD Negeri 8 Banjar Anyar, mahasiswa yang kerap disapa Dee ini turut membantu para guru. Tidak hanya dalam kegiatan belajar mengajar, tetapi juga dalam hal administrasi, penyegaran fasilitas sekolah, dan membagi ilmu kepada guru terkait penggunaan teknologi sederhana.
Pada masa pengabdiannya yang ditempuh selama satu semester penuh, Dee turut serta membantu guru mengembangkan bahan ajar, menyusun strategi pembelajaran, dan mengajar langsung di dalam kelas. Selama mengajar di SD Negeri 8 Banjar Anyar, mahasiswa UPI ini turut mengelola kelas dalam berbagai tingkatan (kelas 1-6 SD). Tidak hanya itu, ia pun turut membantu guru dalam mengajar berbagai mata pelajaran, terutama Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan Matematika.
Program Kampus Mengajar 3 ini telah membukakan peluang bagi Dee. Tidak hanya untuk mengembangkan potensi diri dan mengabdi, tetapi juga untuk memupuk sebuah hubungan yang sarat arti. Hingga saat ini, diketahui bahwa hubungan antara Dee dengan siswa-siswa yang ia ajar di SD Negeri 8 Banjar Anyar masih terus terjalin dengan erat dan akrab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H