Tradisi Okokan Desa Kediri untuk Menunjang Industri Pariwisata di Bali adalah sebuah penelitian yang meneliti ada atau tidak desakralisasi dan komersialisasi Tradisi Okokan Desa Kediri. Tradisi Tektekan Nangluk Merana dengan salah satu instrumen khasnya yaitu Okokan merupakan suatu Tradisi sakral yang ada di Desa Kediri, Kabupaten Tabanan yang masih memiliki balutan sejarah yang kental, karena tradisi ini dominan menggunakan instrumen okokan maka orang awam lebih mengenal tradisi tektekan nangluk merana dengan sebutan Tradisi Okokan Tradisi Okokan merupakan simbol ritual yang dilaksanakan di Desa Kediri hanya pada saat-saat tertentu, yaitu pada saat muncul wabah penyakit atau grubug yang menyerang masyarakat Desa Kediri, dengan tujuan untuk menetralisir energi--energi negatif atau bisa dikenal dengan menolak bala.Â
Melalui Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) terkait Desakralisasi dan KomersialisasiNamun seiring dengan perkembangan zaman, Kini Tradisi Okokan telah dimanfaatkan untuk tujuan komersial sebagai ekonomi kreatif oleh masyarakat Desa Kediri dengan adanya Komunitas (Sekaa-sekaa) yang mementaskan Tradisi Okokan di berbagai event yang ada di Bali untuk memikat daya tarik masyarakat lokal dan mancanegara, hal ini pula memicu terjadinya desakralisasi pada Tradisi Okokan di Desa Kediri.
Menyadari adanya permasalahan tersebut, mahasiswa Undiksha yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial dan Humaniora (PKM-RSH) yang terdiri atas  Pande Made Dwi Suci Wulandari, Gede Pasek Maha Putra, Ni Luh Gede Putri Maharani, dan Ni Putu Yuliani, Ni Made Linda Herawati melaksanakan kegiatan penelitian dengan didampingi oleh dosen pendamping Dr. I Gede Astawan, S.Pd., M.Pd ini melaksanakan program dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang mana menerapkan beberapa teknik pengumpulan data yaitu, observasi, wawancara, kajian literatur, dan studi dokumentasi.Â
Dalam penelitian ini menemukan bahwa desakralisasi dan komersialisasi Tradisi Okokan di Desa Kediri memiliki dampak ganda, baik positif maupun negatif, pada aspek sosial budaya, sosial religi, dan sosial ekonomi. Dari perspektif sosial ekonomi, komersialisasi dapat dimanfaatkan untuk memperkenalkan Tradisi Okokan dan meningkatkan sumber pendapatan. Tradisi ini juga dapat dijadikan wisata budaya, yang berdampak positif pada industri pariwisata di Bali. Dengan demikian, destinasi wisata budaya menjadi lebih beragam dan menonjolkan karakteristik unik yang menjadi ciri khas Bali.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H