Mohon tunggu...
Ni Luh Putri Maharani
Ni Luh Putri Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - My motto is Selagi ada kesempatan ambill

Kesempatan tidak datang dua kali

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ngenteg Linggih Besar-besaran, tapi Berdana Punia Ogah-ogahan?

21 Desember 2021   02:02 Diperbarui: 21 Desember 2021   02:20 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tempat suci agama Hindu adalah pura. Setiap keluarga yang merupakan umat Hindu, baik itu adalah keluarga besar disaat mereka mendirikan tempat suci, setelah didirikan maka akan dilaksanakannnya suatu upacara sakral yang dinamakan "Ngenteg Linggih". Ngenteg Linggih berasal dari dua kata, yaitu dari kata "Nteg" dan "Linggih". Nteg artinya tenang dan Linggih artinya duduk, jadi Ngenteg Linggih memiliki arti duduk dalam ketenangan. Siapa yang duduk di dalam ketenangan? Jelas saja Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan semua manifestasinya. Maka dari itu, maksud dari serangkaian upacara Ngenteg Linggih ini ditujukan untuk melinggihkan atau menstanakan Ida Sang Hyang Widhi di tempat suci tersebut.

Dalam masyarakat Hindu, upacara Ngenteg Linggih merupakan upacara yang tidak dilaksanakan sering  kali dan upacara ini membutuhkan banyak sekali kelengkapan banten yang harus dipenuhi, karena upacara ini sangatlah sakral. Dengan bnyaknya kelengkapan banten atau sarana upacara yang dibutuhkan apalagi diadakan setelah pembangunan tempat suci, yang mana membutuhkan kecukupan dari segi materi. Namun tak jarang  beberapa pihak juga akan mengadakan acara resepsi yang terbilang besar-besaran. Ada yang mengundang banyak tamu undangan, mengguling beberapa ekor babi, dan sampai ada yang mengundang hiburan baik berupa sekaa rindik ataupun joged.

Acara Ngenteg Linggih yang dikatakan sakral, namun sering ditambah dengan dibuatkannya acara resepsi yang terbilang megah dan besar-besaran, membuat beberapa pihak diluar sana berasumsi negatif akan  upacara sakral ini. Kebanyakan dari mereka akan berasumsi bahwa orang-orang sangat sanggup mengadakan acara besar saat Ngenteg Linggih namun ketika medana punia kepada anak-anak yang  membutuhkan sering kali ogah-ogahan. Dengan begitu akan menjadikan citra upacara Ngenteg Linggih sebagai acara memamerkan kekayaan semata.

Oleh karena itu, sebagai umat Hindu, kita harus tau bagaimana menyamaratakan semua kegiatan yang patut dilakukan. Seperti upacara Ngenteg Linggih adalah upacara yang patut dilaksanakan setelah pembangunan tempat suci, namun medana punia juga merupakan hal yang penting dilaksanakan, karena merupakan bentuk dari sikap dharma. Menyelenggarakan resepsi yang besar boleh dilaksakan karena juga ada unsur ungkapan syukur yang dituangkan, namun juga harus diimbangi dengan senatiasa melakukan dana punia dengan tulus ikhlas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun