Rekomendasi utama dari studi ini adalah perlunya upaya sistematis dalam dokumentasi, penelitian lanjutan, dan integrasi tradisi semacam Megoak-Goakan ke dalam kurikulum pendidikan. Hal ini akan memastikan bahwa warisan budaya tidak sekadar menjadi artefak masa lalu, melainkan tetap hidup dan relevan dalam konteks masyarakat kontemporer.
Pada akhirnya, Megoak-Goakan adalah potret hidup multikulturalisme Indonesia: sebuah ruang di mana keragaman tidak hanya ditoleransi, melainkan dirayakan sebagai sumber kekuatan dan kreativitas kolektif. Tradisi ini mengajarkan bahwa dalam perbedaan, kita dapat menemukan bahasa bersama yang mengikat dan membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Andiani, N. D., & Widiastini, N. M. A. (2015). Pengembangan pariwisata alternatif melalui pemanfaatan potensi budaya di Kabupaten Buleleng. Jurnal Ilmiah Pariwisata, 20(3)
Ardiawan, I. K. N. (2017). Tradisi megoak-goakan di Kabupaten Buleleng dan relevansinya terhadap pariwisata budaya di Bali (kajian etnopedagogi). Maha Widya Duta, 1(1),
Baratha, N. A., Trisnawati, I. A., & Sutirtha, I. W. (2023). Tari Teruna Goak, dari Tradisi Permainan Magoak-goakan ke Tari Kontemporer. Jurnal IGEL: Journal of Dance, 3(2), 155-162.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H