A. MANUSIA PERTAMA MENURUT AGAMA HINDU
Menurut agama Hindu di india berasal dari India dan masuk secara damai dan bertahap melalui kontak perhubungan dan perdagangan. Agama Hindu mengajarkan untuk menghargai budaya lokal dan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan. Agama Hindu juga memiliki prinsip-prinsip dasar agama yang harus diketahui dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti yakin percaya dengan adanya moksa, budaya menghargai lokal, dan menghargai lingkungan.
manusia pertama menurut agama Hindu adalah Swayambhu Manu dan Satarupa, pria dan wanita pertama di dunia atau era kehidupan pertama. Swayambhu Manu bukanlah nama perseorangan dan tidak dijelaskan lebih lanjut dalam agama Hindu.
Swayambhu Manu menikah dengan Satarupa dan memiliki keturunan. Anak cucu dari Manu disebut Manawa, Merujuk kepada manusia.
Agama Hindu juga memiliki pandangan tentang etika dan moral, yang disebut Susila. Susila adalah tingkah laku hubungan timbal balik yang selaras dan harmonis antara sesama manusia dengan alam semesta (lingkungan) yang berlandaskan atas korban suci (Yadnya), keikhlasan, dan kasih sayang.
B. DASAR KEYAKINAN AGAMA HINDU
Agama Hindu merupakan agama yang memiliki banyak aliran dan tradisi keagamaan yang berbeda-beda, namun memiliki persamaan dalam keyakinan dasar.
Keyakinan dasar agama Hindu disebut dengan Panca Sradha yang terdiri dari lima aspek, yaitu:
1. Keyakinan terhadap Brahman atau Widhi Tattwa, yaitu keyakinan pada Tuhan atau Brahman yang Maha Esa, Maha Kuasa, dan Maha segalanya.
2. Keyakinan terhadap Atman atau Atman Tattwa, yaitu keyakinan pada jiwa atau roh yang merupakan bagian dari Tuhan dan terus hidup setelah kematian.
3. Keyakinan terhadap Karmaphala atau Karmaphala Tattwa, yaitu keyakinan pada hukum sebab-akibat yang menentukan nasib manusia di masa depan berdasarkan perbuatan baik atau buruk di masa lalu.
4. Keyakinan terhadap Punarbhawa atau Punarbhawa Tattwa, yaitu keyakinan pada kemunculan atau kelahiran kembali setelah kematian.
5. Keyakinan terhadap Moksa atau Moksa Tattwa, yaitu keyakinan pada jaminan dari siklus kelahiran dan kematian menuju keabadian bersama Tuhan.
Aspek kelima ini menjadi dasar keyakinan umat Hindu dan menjadi pegangan dalam menjalankan dan mengamalkan seluruh ajaran agama di dalamnya. Keyakinan yang kuat pada dasar-dasar ini diharapkan dapat mengarahkan manusia ke arah yang baik dalam menjalani kehidupannya.
C. COVID-19 DITINJAU DARI AGAMA HINDU
Ada beberapa artikel terkait COVID-19 dari sudut pandang agama Hindu. Salah satu artikel dari Kemenag RI membahas tentang konsep "New Normal" dalam agama Hindu yang menekankan pentingnya keseimbangan dan ketekunan dalam menghadapi pandemi.Â
Artikel lain dari sumber yang sama membahas tentang penerapan doktrin Tri Hita Karana yang menekankan pentingnya menjaga keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan, dalam menghadapi pandemi. Sementara itu artikel dari membahas tentang konsep Karma Phala dalam agama Hindu yang menekankan pada hukum sebab akibat dan kaitannya dengan pandemi. Terakhir, artikel dari Kitamenulis.id membahas tentang pentingnya menyeimbangkan praktik keagamaan dan protokol kesehatan dalam menghadapi pandemi.
D. PENGOBATAN DALAM SASTRA HINDU DALAM MENGHADAPI COVID
Dalam literatur Hindu, ada beberapa referensi tentang pengobatan tradisional dan praktik spiritual yang dapat digunakan untuk memerangi COVID-19. Praktik-praktik ini dapat menjadi pendekatan komplementer terhadap pengobatan modern dalam mengobati COVID-19.Â
Berikut adalah beberapa cara pengobatan menurut Hundu:
1. Pengobatan Tradisional
Lontar Cakragni adalah kitab suci Hindu yang berisi informasi tentang teknik pengobatan tradisional. Lontar Roga Sanghara Bhumi memberikan panduan tentang teknik pengobatan tradisional dan mitigasi spiritual dalam menghadapi pandemi COVID-19. Usada adalah sistem penyembuhan tradisional Bali yang dapat digunakan untuk mengurangi gejala COVID-19.
2. Praktik Spiritual
Sastra Hindu berisi informasi tentang praktik meditasi yang dapat membantu mempercepat proses penyembuhan. Teknik pemurnian spiritual seperti malukat dan mabayuh dapat digunakan untuk mengobati COVID-19.
penting untuk dicatat bahwa pengobatan tradisional dan praktik spiritual ini harus digunakan bersamaan dengan pengobatan modern dan bukan sebagai pengganti. Selain itu, penting untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan profesional sebelum mencoba pengobatan baruÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H