Mohon tunggu...
Ni Kadek Pudja Sastra
Ni Kadek Pudja Sastra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Airlangga

Edukasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Merayakan Keberagaman Tubuh: Body Positivity dan Gerakan Melawan Standar Kecantikan

21 Desember 2024   16:10 Diperbarui: 21 Desember 2024   16:10 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekelompok wanita dengan ciri khas berbeda-beda (Sumber: iStock/Vittorio Gravino)

Standar kecantikan dalam masyarakta terkhususnya di Indonesia sering kali tidak realistis, keadaan ini banyak dipengaruhi oleh perkembangan media sosial yang menjadikan adanya tolak ukur dari kecantikan itu sendiri seperti, tinggi, kurus, berkulit cerah, dagu lancip, hidung mancung dan yang lainnya. Hal ini memiliki keterkaitan dengan adanya "beauty industrial complex" yang di mana negara-negara dibombardir dengan industri kecantikan  Korea  seperti  produk-produk  kosmetika  beserta  ekses-ekses  yang mengikuti  di  belakangnya, diantara  adanya  konsep  kecantikan  ideal  yang  berubah  dan  meningkatkan  industri  serta  aktifitas plastic surgery.

Keadaan adanya standar kecantikan yang sempit akan menyebabkan rasa tidak percaya diri, kecemasan yang berlebihan, dan depresi terutama dikalangan remaja perempuan. Selain itu, masyarakat juga terkadang menilai seseorang hanya dari penampilan fisik semata, meskipun hal yang pertama dilihat adalah fisik tapi hal tersebut sejatinya bukan prioritas utama dalam menilai sesorang. Poin bahwa permasalahan ini bukan hanya tentang penampilan, tetapi juga kesehatan mental dan fisik.

Isu permasalahan tersebut melahirkan adanya gerakan body positivity sebagai bentuk kegiatan dalam mencintai diri sendiri. Gerakan body positiviy ini dirtikan sebagai  pola  fikir  yang positif dan menanamkan mindset atau pandangan terhadap tubuh yang dimiliki terlepas dari standar tubuh yang ideal dan tinggi pada lingkungan dan budaya yang memandangnya. Selain itu, gerakan ini juga menumbuhkan rasa percaya diri tanpa harus dengan standar tertentu serta menyadarkan bahwa tubuh dari setiap individu itu beragam dan semuanya layak untuk dihargai. Body positivy juga mendorong perhatian pada isu kesehatan mental dan fisik yang menjadikan insight positif dalam perkembangannya.

Gerakan body positivity ini tidak selalu diterima dengan mudah. Banyak orang yang menganggap body positivity berarti mengabaikan masalah kesehatan. Padahal, gerakan ini bukan hanya tentang penampilan, tetapi juga tentang mencintai diri sendiri dan menghargai tubuh dalam segala bentuknya. Gerakan ini juga mendorong kesadaran akan kesehatan fisik dan mental, tanpa terjebak dalam citra tubuh sempurna yang ditunjukkan oleh media.

Dengan mendukung body positivity, masyarakat dapat menjadi lebih inklusif dan ramah kepada semua orang, tanpa bias. Gerakan ini membantu menciptakan lingkungan yang meningkatkan rasa percaya diri dan merangkul keberagaman tubuh. Jadi, penting untuk mendukung gerakan ini guna menciptakan masa depan yang menghargai tubuh dalam segala bentuk dan ukuran yang mengarah pada kesehatan mental yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun