Budaya merupakan identitas yang menunjukkan pada peradaban suatu masyarakat maupun sebuah negara. Di setiap daerah pasti memiliki budaya khasnya masing-masing termasuk negara Indonesia. Indonesia memiliki luas wilayah yang sangat besar dengan ciri khas masing-masing daerah yang beragam. Mulai dari ujung barat dengan Tari Saman sampai ujung timur dengan lagu Yamko Rambe Yamko.
Di Indonesia, realitas kebudayaan tampak tak sejalan dengan harapan. Tantangan yang kemudian muncul adalah krisis identitas. Identitas nusantara dapat diartikan sebagai ciri khas yang membedakan bangsa sendiri dengan bangsa lainnya, Identitas nusantara atau nasional bangsa adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Berdasarkan pengertian yang dimiliki ini maka setiap bangsa didunia ini akan memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut (Kushendar, 2017).
Berdasarkan hal tersebut, salah satu masalah yanga dapat terjadi yaitu, krisis identitas yang merupakan sebuah istilah yang diciptakan oleh psikolog asal Jerman, Erik Erikson. Ia percaya bahwa pembentukan identitas adalah salah satu konflik terpenting yang dihadapi manusia. Salah satu bentuk dari krisis identitas karena globalisasi adalah terjadinya erosi budaya lokal.
Namun, di masa sekarang budaya lokal seakan-akan tergerus oleh perkembangan teknologi. Gen Z yang harusnya menjadi pewaris budaya lokal malah lebih tertarik dengan budaya luar yang dilihat lebih bagus dan mengikuti perkembangan zaman. Gen Z melihat budaya lokal sendiri seperti kuno dan hanya dinikmati oleh orang-orang tua saja, tidak sesuai dengan zaman sekarang.
Tetapi hal tersebut tentunya dapat diatasi dengan memikirkan beberapa cara agar budaya local dapat terus mempertahankan eksistensinya. Untuk mengatasi krisis identitas budaya lokal pada gen Z, diperlukan pendekatan yang komprehensif yang melibatkan berbagai elemen masyarakat, pendidikan, dan teknologi. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan:
1.Pendidikan dan Kurikulum Budaya:
Integrasikan pendidikan budaya lokal ke dalam kurikulum sekolah. Mulai dari tingkat dasar hingga menengah, siswa perlu dikenalkan dengan sejarah, tradisi, bahasa, dan seni budaya lokal. Guru dan pendidik perlu dilatih untuk mengajarkan materi budaya lokal secara menarik dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.
2. Penggunaan Teknologi dan Media Sosial:
Manfaatkan media sosial dan teknologi untuk mempromosikan dan menyebarkan budaya lokal. Konten digital seperti video, infografis, dan aplikasi bisa menjadi sarana yang efektif untuk mengenalkan budaya lokal kepada generasi Z. Ciptakan platform atau aplikasi yang interaktif yang fokus pada pendidikan budaya lokal.
3. Kegiatan Komunitas dan Festival Budaya:
Adakan festival budaya lokal yang melibatkan generasi muda secara langsung, seperti melalui lomba-lomba tradisional, pameran seni, atau pentas budaya. Mendorong generasi Z untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan komunitas yang berhubungan dengan budaya lokal.
4.Keluarga sebagai Pusat Pendidikan Budaya:
Keluarga memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai budaya. Orang tua bisa memperkenalkan tradisi, cerita rakyat, atau bahasa daerah kepada anak-anak sejak dini. Rutinkan acara keluarga yang melibatkan unsur-unsur budaya lokal, seperti memasak makanan tradisional atau merayakan hari-hari besar lokal.
5.Peran Pemerintah dan Institusi Budaya:
Pemerintah dan lembaga budaya harus aktif dalam melestarikan dan mempromosikan budaya lokal melalui program-program yang terstruktur, seperti beasiswa budaya, pelatihan seni tradisional, dan pendanaan untuk proyek-proyek budaya. Kebijakan pemerintah yang mendukung pelestarian budaya lokal sangat penting, termasuk perlindungan hak kekayaan intelektual budaya lokal.
Selain itu, kesadaran dari gen Z sendiri juga sangat penting dalan kasus krisis identitas budaya local ini. Gen Z sendiri lah yang harus mengubah pandangan mereka terhadap budaya lokal dengan cara mereka sendiri. Maka dari itu, gen Z memiliki peran penting dalam melestarikan dan mengembangkan budaya lokal di era modern ini. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh Gen Z untuk berkontribusi terhadap perkembangan budaya lokal:
1. Pelajari dan Kenali Budaya Lokal: Gen Z dapat mulai dengan mempelajari dan mengenali berbagai aspek budaya lokal, termasuk bahasa, adat istiadat, kesenian, kuliner, dan sejarah. Memahami akar budaya sendiri adalah langkah pertama dalam melestarikannya.
2. Gunakan Media Sosial untuk Mempromosikan Budaya Lokal: Media sosial adalah alat yang kuat untuk menyebarkan informasi. Gen Z dapat menggunakan platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube untuk membuat konten yang menampilkan budaya lokal, seperti tarian tradisional, musik daerah, atau kuliner khas.
3. Berpartisipasi dalam Kegiatan Budaya: Mengikuti acara-acara budaya, seperti festival, upacara adat, atau pelatihan seni tradisional, adalah cara yang efektif untuk mendukung budaya lokal. Selain itu, Gen Z dapat terlibat dalam organisasi atau komunitas yang fokus pada pelestarian budaya.
4. Kolaborasi dengan Seniman dan Kreator Lokal: Mendukung dan bekerja sama dengan seniman lokal, seperti pengrajin, musisi, atau penari tradisional, dapat membantu menjaga keberlanjutan seni dan kerajinan tradisional.
5. Inovasi dalam Budaya Lokal: Gen Z dapat menggabungkan elemen budaya lokal dengan tren modern untuk menciptakan sesuatu yang baru dan relevan bagi generasi muda lainnya. Misalnya, memadukan musik tradisional dengan genre modern, atau mendesain fashion yang terinspirasi dari pakaian adat.
6. Mendidik Generasi Muda Lainnya: Mengajarkan pentingnya budaya lokal kepada generasi yang lebih muda, baik melalui pendidikan formal maupun informal, sangat penting. Ini bisa dilakukan dengan mengadakan workshop, diskusi, atau membuat materi edukatif yang menarik.
7. Dukung Produk Lokal: Membeli dan menggunakan produk-produk lokal yang mengandung nilai-nilai budaya, seperti kain tradisional, kerajinan tangan, atau makanan khas, adalah bentuk dukungan nyata terhadap ekonomi dan budaya lokal.
8. Advokasi dan Penghargaan terhadap Budaya Lokal: Gen Z juga bisa terlibat dalam advokasi untuk melindungi hak-hak budaya lokal, termasuk mendorong pemerintah dan organisasi terkait untuk memberikan dukungan yang lebih besar terhadap pelestarian budaya.
Dengan langkah-langkah ini, Gen Z tidak hanya melestarikan budaya lokal tetapi juga membantu dalam mengembangkannya agar tetap relevan dan selalu dapat dihargai di era globalisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Kushendar, K. (2017). Karakteristik Konselor Yang Efektif Dalam Memahami Krisis Identitas Perspektif Budaya Nusantara. JBKI (Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia), 2(1), 19-25.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H