Dewasa ini dunia mengahadapi situasi yang cukup menegangkan. Dimana perbuatan manusia semakin hari tidak bisa mencerminkan ajaran dharma itu. Dalam ajaran Agama Hindu Hindu, Dharma mengacu pada kewajiban dan tanggung jawab seseorang dalam kehidupan, baik kepada diri sendiri, keluarga, masyarakat, maupun lingkungan. Dalam ajaran Buddha, Dharma merujuk pada ajaran yang mengarahkan seseorang untuk mencapai pencerahan atau keadaan kebahagiaan yang abadi. Namun apakah manusia sudah malakukan kegiatan yang baik? Tentu saja sebagai manusia tidak lupu dan bebas dari yang namanya dosa. Seperti yang tercantum dalam Bhagavata Purana 10.84.13 "Nmoccarati mnusya svarge picam iva, tathpi bhrmyati my-mohita, sad tad-vrtmbhodhi-sevyamna" memiliki arti "Meskipun manusia berdoa untuk naik ke surga, dia terjebak dalam maya dan terus terombang-ambing seperti jin. Dia terus diselimuti oleh ombak kehidupan yang terus bergerak" Sloka ini menekankan bahwa manusia, karena sifat bawaannya, selalu terlibat dalam tindakan-tindakan yang menghasilkan dosa. Namun, mereka diingatkan untuk melakukan tindakan-tindakan tersebut dengan rasa tanggung jawab dan pengendalian diri. Oleh karena itu, sebagai manusia, penting bagi kita untuk memperbaiki tindakan-tindakan kita agar lebih baik, dan mengikuti ajaran Tuhan untuk mencapai pembebasan dari siklus kelahiran dan kematian.
Kita mengetahui setiap Agama memiliki ajaran yang mengajarkan hal-hal baik dan menuntun manusia itu sendiri ke dalam ajaran dharma yang mengharmonisasi kehidupan manusia. Begitu juga dalam agama hindu terkenal dengan hukum Karmaphala dan dasar perbuatan Tri Kaya Parisudha. Sebenarnya apakah ajaran-ajaran tersebut memiliki keterkaitan? Benar tentu saja setiap apapun ajaran yang diajarkan dalam agama memiliki suatu keterkaitan yang mampu mengarahkan manusia dalam berbuat. Bahkan hukum-hukum dalam Agama tersebut menjadi suatu implementasi dikehidupan sekarang, dimana apa yang dierbuat manusia maka itulah hasil yang di dapatkan. Jika manusia berbuat yang baik tentu hasil yang akan dipetik tentu hal yang baik pula, misalnya jika seseorang rajin dan ulet bekerja maka hasilnya juga akan baik juag sebaliknya jika jika manusia malas bekerja maka hasilnya juga tidak akan baik. Konsep tersebut terus tertanam dan manjadi Budaya Universal. Konsep tersebut merupakan salah satu konsep dalam Agama Hindu yaitu "Karmaphala". Konsep Karmaphala dalam ajaran Agama Hindu mengacu pada konsekuensi atau hasil dari tindakan seseorang dalam kehidupannya. "Karma" berarti "tindakan" atau "perbuatan," sedangkan "pala" berarti "buah" atau "hasil". Sehingga konsep inilah yang tidak hanya dipercaya secara teologis dalam Agama Hindu namun juga diterapkan secara Universal. Dalam sloka Bhagavadgita III.19 menyatakan "tasmdasakta satata krya karma samcara, asakto hycarankarma parampnoti prua" artinya karena itu hendaknya seseorang bertindak karena kewajiban tanpa terikat terhadap hasil kegiatan, sebab dengan bekerja tanpa ikatan terhadap hasil seseorang sampai kepada yang Mahakuasa. Dalam sloka diatas sudah jelas dijelaskan bahwa hendaknya seseorang yang melakukan perbuatan janganlah memikirkan buah atau hasil dari apa yang kita perbuat. Hal ini akan mengajarkan kita tentang tulus iklas atau ilmu ketulusan dan tanpa pamrih. Jadi lakukanlah segala perbuatan dengan baik niscaya apa yang baik sudah kita lakukan akan mengarahkan pada suatu hasil yang baik juga untuk diri kita sendiri.
Berbicara mengenai perbuatan dan hasil, tentu secara teologis memiliki suatu ajaran dimana manusia dilahirkan dan diarahkan untuk berbuat yang baik dan benar melalui tiga perlikau yang disucikan atau yang disebut dengan Tri Kaya Parisudha. Ajaran ini menjadi landasan untuk manusia berkehidupan mulai dari berfikir, berkata, dan berbuat. Terdapat tiga filsofi yang harus dilakukan yatitu Manacika untuk senantiasa memiliki pikiran yang baik, Wacika untuk selalu berkata yang baik, dan Kayika untuk selalu berbuat yang baik. Ketiga filosofi tersebut berkaitan erat dengan kehidupan manusia yang menuntun manusia untuk berbuat baik. Manusia adalah makhluk hidup yang paling sempurna diantara makhluk hidup lainnya. Manusia diberikan anugrah yaitu Tri Pramana, yaitu Sabda, Bayu, dan Idep. Disamping diberikan kehidupan serta bisa bergerak manusia dianugrahi Sabda oleh tuhan yaitu kemampuan untuk berfikir. Kemampuan ini hanya dimiliki oleh manusia, sehingga diharapkan dengan diberikannya kemampuan yang luar biasa ini manusia bisa menentukan perbuatan mana yang baik dan buruk. Dengan kemampuan ini juga seseorang diharapkan bisa terus melakukan perbuatan yang baik dan menghindari perbuatan yang buruk. Srsamuccaya , Sloka 8 menyatakan "Mnusyam durlabham prpya vidyullasita cacalam, bhavakayem ati ky bhavopakaraesu ca"artinya "Menjelma menjadi manusia itu, sebentar sifatnya, tidak berbeda dengan kerdipan petir, sungguh sulit (didapat), karenanya pergunakanlah penjelmaan itu untuk melaksanakan dharma yang menyebabkan musnahnya penderitaan. Sorgalah pahalanya". Secara kasat mata mungkin kita menjalani kehidupan ini sangat lama, hingga bertahun-tahun. Namun kita tetap tidak bisa mengetahui kapan hidup kita akan berakhir, karena kematian itu sepenuhnya berada di tangan tuhan. Tiada manusia yang bisa memprediksi kehidupan seseorang. Waktu yang dijalani memang terasa lama, namun sebenarnya waktu kita hidup di dunia ini tidak sebanding dengan umur alam semesta ini. Seperti sloka diatas, hidup kita sebenarnya seperti kedipan petir, mungkin kita sering melihat petir saat hujan, namun kedipannhya sangat sebentar. Seperti itulah kehidupan manusia, sering terlihat namun sebnarnya hanya sekedip (sebentar). Oleh karena itu kita harus menggunakan waktu dikehidupan ini sebaik mungkin dengan cara berbuat dharma, karena dengan berbuat yang baik artinya kita sudah bisa mengendalikan hidup kita dengan hal-hal yang bermanfaat baik bagi diri sendiri ataupun orang lain. Tentang tujuan hidup manusia, setiap orang tentunya mempunyai pandangan masing-masing, dan berdasarkan pandangannya itu mereka mengusahakan untuk mencarinya. Dalam mewujudkan tujuan hidupnya itu, tidak sedikit orang yang hanya mementingkan diri, egois merasa benar sendiri dan harus selalu menang dan mampu mengalahkan yang lain. Namun perlu kita ingat bahwa kehidupan ini tidak hanya sekadar ego dan memuaskan nafsu dan serta keinginan belaka saja. Namun hidup akan lebih berarti jika kita berbuat baik dan bisa bermanfaat bagi orang lain. Oleh karenanya manusia harus senantias berbuat baik, mulai dari pikiran, perkataan, hingga perbuatan yang baik.
      Dari pemaparan panjang lebar di atas sebenarnya apakah kaitan antara Karmaphala dan Tri Kaya Parisudha? Sudah sangat jelas keduanya memiliki kaitan yang sangat erat dari kata kunci perbuatan. Sebelum lebih jauh mari kita menelisik bagaimana munculnya Karmaphala tersebut. Seorang manusia pasti memiliki sebuah keinginan di dalam hidupnya. Keinginan tersebut menjadi hawa nafsu yang akan selalu berusaha dipenuhi oleh seorang manusia di dalam hidupnya. Dari keinginan tersebut akan memunculkan suatu buah pikiran dalam diri manusia. Berfikir mengenai apa yang mereka mau dan apa yang kedepannya harus mereka lakukan untuk memenuhi sebuah keinginan tersebut. Buah-buah pikiran manusia pastilah tidak berdiri sendiri banyak hal hal yang mempengaruhi. Pertama adanya pengetahuan, suatu buah pikiran dan keinginan pasti diawali oleh pengetahuan seseorang akan suatu hal, sehingga memunculkan suatu keinginan. Kedua, pengalaman hidup manusia. Ketiga, Wiweka dimana manusia harus mempertimbangkan apa yang telah dipikirikan. Keempat, Karmawasana yang merupakan pikiran akan perbuatan yang sudah pernah dilakukan sehingga menjadi pertimbanga. Setelah berbagai pertimbangan yang cukup matang pada akhirnya manusia akan berbuat sesuai dengan pikiran tersebut. Perbuatan inilah yang disebut dengan "Karma" apakah hasil dari pertimbangan manusia akan berakhir pada perbuatan yang baik atau buruk. Dari sinilaj kaitannya dengan Tri Kaya Parsudha, ketika manusia berfikir bagaimana manusia dapat berfikir jernih, kemudian melontarkan kata-kata baik yang tidak menyakiti orang lain, serta berbuat yang baik sesuai dengan ajaran Dharma. Sehingga ajaran Tri Kaya Parisudha akan mengarahkan manusia untuk berbuat baik, sehingga hasil "Karma" dari manusia juga akan baik atau disebut dengan "Karmaphala". Hasil dari perbuatan ini secara teologis juga tidak diterima sekarang juga atau terkadang hal buruk yang kita terima bukan hanya berasal dari perbuatan kita sekarang. Karmaphala mengenal 3 Karmaphala. Pertama Sancita Karmaphala yaitu perbuatan manusia yang berkaitan dengan masa lalunya, sehingga bisa saja perbuatan di masa lalu (karena agama hindu percaya reinkarnasi) akan membawa dampak bagi kehidupan sekarang. Selanjutnya, Prarabda Karmaphala, artinya perbuatan masa kini akan diterima pada masa kini juga tanpa menunggu kehidupan selanjutnya. Terakhir, Kriyamana Karmaphala artinya perbuatan yang manusia lakukan zaman sekarang akan mempengaruhi kehidupan masa depan.
      Dengan adanya konsep tersebut, menjadi siklus yang harus dipahami umat Hindu. Siklus tersebut menekankan manusia harus senantiasa berbuat baik berlandaskan Tri Kaya Parsudha, karena perbuatan yang manusia lakukan tidak hanya berpengaruh di masa sekarang namun juga di masa depan. Jadi jangan berhenti berbuat baik.
-Sesunggunya perjalanan hidup yang indah adalah berbuat baik, bukan menikmatinya sendiri-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H