Mohon tunggu...
Ni KetutSuryani
Ni KetutSuryani Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika di SMP Negeri 1 Sabu Barat Kabupaten Sabu Raijua

Hobi membaca buku-buku terkait pengembangan pribadi dan menulis. Mengikuti perkembangan politik di negara tercinta juga menjadi sesuatu yang menarik bagi saya. Saat ini aktif sebagai guru matematika di SMP Negeri Sabu Barat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Budaya Tenun Ikat Sabu Raijua Etnomatematika sebagai Sumber Belajar Matematika di Tengah Keterbatasan Waktu Belajar Siswa Sekolah Terbuka di Sabu

1 Maret 2024   06:04 Diperbarui: 1 Maret 2024   06:07 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artikel ini disusun sebagai bahan referensi dan motivasi siswa secara umum, dalam mengembangkan ketrampilan dan pengenalan matematika lewat budaya (etnomatematika). Lebih khusus ditujukan bagi siswa SMP Terbuka yang memiliki keterbatasan waktu belajar di sekolah formal. Dengan memperoleh ketrampilan tenun ikat yang merupakan salah satu potensi daerah yang memiliki motif dan corak yang unik, siswa dapat mengembangkan potensi yang diperoleh secara mandiri di lingkungan keluarga dan masyarakat. 

Pada kegiatan ini siswa diajarkan bagaiman menghitung biaya serta estimasi nilai produk agak memperoleh keuntungan. Motif dan corak yang ada pada kain tenunan kabupaten Sabu Raijua juga menjadi sumber belajar siswa terkait materi bangun datar seperti bagaimana membuat motif dengan bentuk segi tiga, persegi, belah ketupat, layang-layang yang sering menjadi kombinasi pada motif tenun tersebut.  Selain tujuan tersebut, kemampuan siswa menghasilkan produk tenun ikat yang dapat dipasarkan untuk menunjang perekonomian. 

Pendahuluan

Kegiatan ini dilakukan dengan mempersiapkan data dan bahan serta ikut melaksanakan kegiatan secara langsung di TKB Bersama siswa SMP Terbuka. Melalui ketrampilan tenun ikat siswa memperoleh ketrampilan dan memperkenalkan matematika melalui tenun ikat. Penuntasan wajib belajar Pendidikan dasar 9 tahun yang bermutu seperti diamanatkan Undang-undang nomor 20 tahun 2003, memerlukan langkah-langkah konkret untuk menjangkau anak-anak dari masyarakat lapisan bawah yang kurang beruntung karena kondisi social ekonomi dan faktor geografis. Disamping itu mereka juga mempunyai keterbatasan waktu sehingga tidak dapat belajar di sekolah regular karena usia sekolah dan harus membantu orang tua untuk bekerja. Dengan wujud bantuan langsung yang diberikan pemerintah untuk terus mengembangkan sekolah terbuka, semua anak dapat menikmati Pendidikan. Siswa diberikan bekal ketrampilan pra-vokasional dan juga mengenal matematika melalau pemasaran produk tenun ikat. Pengenalan ketrampilan tenun ikat menjadi salah satu solusi altenatif siswa mengembangkan ketrampilan dan belajar matematika dengan keterbatasan waktu yang dimilili oleh siswa SMP terbuka. Selain tetap dapat membantu keluarga siswa secara langsung dapat belajar dan membantu perekenomian keluarga dengan ketrampilan tenun ikat yang dimiliki.

Matematika tanpa disadari sudah menjadi bagian dalam kehidupan manusia. Kegiatan menghitung, menafsirkan/estimasi, memprediksi, pemetaan, pola dan grafik semuanya telah ada dan menjadi suatu buadaya dalam suatu kelompok masyarakat. Namun sayangnya dalam proses pembelajaran matematika secara formal justru matematika menjadi salah satu pelajaran yang sulit dimengerti.

Masyarakat juga belum terbiasa untuk mengidentifikasikan dan menganalisis kebudayaan daerah setempat dalam hal untuk keterkaitannya dengan matematika, sehingga ada rasa tidak percaya yang dibangun oleh masyarakat apabila kebudayaan yang dimilikinya terkandung nilai-nilai matematika. Oleh karena itu sudah saatnya memberikan pemahaman kepada masyarakat agar dapat lebih peka untuk menganalisis kebudayaan tersebut. Matematika sebenarnya sudah memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, maka dapat diidentifikasikan bahwa matematika terdapat didalamnya.

Untuk dapat melihat kaitan matematika dengan   budaya kehidupan sehari-hari ada suatu pandangan berkenaan dengan hal itu yaitu etnomatematika.  Dimana etnomatematika mempelajari matematika yang ditemukan pada suatu budaya kelompok masyarakat. Penelitian tentang etnomatematika telah cukup banyak dilakukan karena seperti diketahui bahwa Indonesia memiliki keragaman budaya yang sangat banyak. Salah satunya adalah kain sabu raijua. Sesuai dengan namanya, kain tenun ini berasal dari kabupaten sabu raijua, Nusa Tenggara Timur. Keterampilan Tenun Ikat ini sebagai pendidikan keterampilan yang  diajarkan kepada semua peserta didik sekolah terbuka. Harapan penulis, keterampilan yang mereka miliki ini, dengan perhitungan biaya yang tepat akan bermanfaat untuk menopang perekonomian keluarganya.

Pembahasan

Tujuan dilaksanakan kegiatan pengenalan kegiatan ketrampilan tenun ikat pada siswa sekolah terbuka adalah:

  • Mendukung Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.
  • Memberikan kesempatan untuk memperoleh pendidikan keterampilan yang bermutu.
  • Meningkatkan mutu pendidikan keterampilan siswa, baik secara mandiri maupun kelompok di TKB
  • Memperkenalkan matematika lewat budaya tenun ikat lewat bagaiamana estimasi biaya pembuatan tenun ikat sampai kepada pemasaran untuk mendapatkan keuntungan

Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah siswa- siswi  SMP Terbuka . Hasil yang dicapai kegiatan pengenalan kegiatan ketrampilan tenun ikat pada siswa sekolah terbuka adalah:

  • Terlaksananya Wajib Belajar Pendidikan Dasar  Sembilan Tahun
  • Terwujudnya Pendidikan  keterampilan yang bermutu
  • Meningkatnya Mutu Pendidikan Keterampilan  siswa, baik secara mandiri maupun kelompok di TKB
  • Siswa mengenal matematika lewat motif dan corak yang berkaitan dengan materi segi empat serta teknik pemasaran untuk memperoleh keuntungan lewat budaya tenun ikat Sabu Raijua 

Kerajinan tenun ikat saat ini kurang diminati oleh kaum muda. Mereka beranggapan bahwa pekerjaan ini adalah pekerjaan para ibu rumah tangga. Atas pemahaman inilah, maka sangat sedikit kaum muda yang menggeluti pekerjaan tenun ikat. Pada hal harga jual tenun ikat saat ini cukup mahal. Melihat prospek kedepan yang cukup menjanjikan, maka SMP  Terbuka Sabu Barat memilih keterampilan tenun ikat sebagai keterampilan unggulan pada sekolah terbuka. 

Melalui pendidikan keterampilan ini, diharapkan siswa memiliki keterampilan yang kelak dapat menunjang perekonomian keluarganya.  Matematika juga diperkenalkan lewat tenun ikat. Bagaiman siswa diajarkan menghitung biaya  dan keuntungan lewat pemasaran produk tenun ikat tersebut. Selain itu dapat menjadi motivasi bagi generasi muda untuk terus berkarya melalui keterampilan tenun ikat.Hasil keterampilan tenun ikat, dapat berupa selendang, selimut (pakaian laki-laki), dan sarung (pakaian perempuan). Dari hasil tenunan ini, dapat pula dibuat produk lain, seperti tas, sarung hp, anting- anting dan berbagai aksesoris lainnya.

Kegiatan tenun ikat yang diselenggarakan di sekolah terbuka  dimulai dari menggambar motif, menggulung benang, dan mengikat benang sesuai motif yang diinginkan.  

Pada tahap ini, siswa harus menggunakan beberapa warna tali rafia untuk membedakan setiap warna motif yang diinginkan untuk diikat. Banyak siswa mengalami kesulitan pada tahap ini. Namun dengan bimbingan narasumber, mereka dapat mempraktikkannya dengan baik. Kegiatan selanjutnya adalah "perendaman ", untuk mendapatkan warna dasar (merah atau hitam), sesuai dengan keinginannya. Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka dengan bimbingan nara sumber, siswa dilatih, dibimbing, dan diajar tentang proses pembuatannya, yaitu merebus air, membubuhi garam, sabun dan pewarna benang (hitam).

Setelah air mendidih, benang yang sudah diikat tadi, direndam beberapa saat, kemudian benang itu diangkat dan dijemur dibawah matahari hingga kering. Jika benang sudah benar- benar kering, kegiatan selanjutkan adalah melepaskan ikatan rafia pada benang yang akan diberi warna lain, sesuai motif yang diinginkan.
Kegiatan dilanjutkan dengan membuka seluruh ikatan pada benang. 

Kemudian benang yang sudah dibersihkan tadi dibentangkan pada alat yang disebut langa mane untuk proses pengaturan jarak antara motif yang satu dengan motif yang lainnya (ketere).Langkah selanjutnya adalah mngatur benang pada alat tenun, dan proses penenunanpun dimulai. Tahapan ini cukup rumit, sehingga memerlukan konsentrasi penuh dari peserta didik. Untuk menghasilkan sebuah selendang, membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu. Tenunan selendang ini, dapat dijual dengan harga Rp 75.000,00 s.d Rp 150.000,00. Kegiatan pendidikan keterampilan ini melibatkan  narasumber yang berkompeten dalam bidang tenun ikat, yang juga adalah pengrajin tenun ikat

KESIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan saran dari kegiatan ini adalah:

1. Kegiatan Pendidikan Keterampilan SMP Terbuka ini, merupakan tanggung jawab bersama 

pemerintah pusat dan pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota. Oleh karena itu diharapkan setiap unsur dapat berperan seoptimal mungkin melalui berbagai upaya, seperti dukungan kebijakan, anggaran, dan komitmen peningkatan mutu pendidikan .

2. Pengembangan SMP Terbuka  diharapkan dapat ditindaklanjuti oleh Dinas Pendidikan secara intensif kepada sekolah yang dijadikan sebagai sekolah Terbuka, dengan harapan siswa memperoleh tambahan keterampilan yang kelak dapat menopang perekonomian keluarganya.

3. Dengan adanya bantuan dana pemerintah ini, SMP Terbuka Sabu Barat akan semakin maju dan selalu memberikan pelayanan terbaik bagi semua siswa.

4.Seluruh kegiatan Pendidikan Keterampilan yang direncanakan, telah  terlaksana dengan  baik. Keberhasilan program SMP Terbuka ini, sangat ditentukan oleh keaktifan sekolah dan kerja sama yang baik antara semua stakeholder. Kiranya kegiatan belajar yang dilakukan di SMP Terbuka  ini   berdampak pada peningkatan kualitas keterampilanSMP Terbuka Sabu Barat.

5. Tenun ikat sabu raijua sebagai budaya sumber belajar dan memperkenalkan matematika lewat bentuk corak dan motif serta teknik pemasaran yang baik untuk memperolah laba dan menopang ekonomi keluarga siswa smp terbuka. Selain memilki ketrampilan hidup siswa sekaligus belajar matematika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun