Mohon tunggu...
Ni Luh Gede Tiara Purnama
Ni Luh Gede Tiara Purnama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pelajar

Siswa SMA

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pemanfaatan dan Penyaringan Limbah Lindi untuk Mengurangi Pencemaran Lingkungan

4 September 2020   17:30 Diperbarui: 4 September 2020   17:46 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendungan Lindi di TPA Bengkala (Sumber Gambar: Ni Luh Gede Tiara Purnama Yanti)

Oleh: Ni Luh Gede Tiara Purnama Yanti, SMA Negeri Bali Mandara

Keberadaan sampah merupakan permasalahan di setiap daerah di Indonesia. Pertumbuhan penduduk dan perekonomian mempengaruhi jumlah sampah di Indonesia. Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat mempengaruhi kebersihan dan mengakibatkan pencemaran lingkungan yang dapat menurunkan kesehatan masyarakat. 

Menurut data BPS tahun 2018 Indonesia tercatat sebagai penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia, dengan jumlah sampah tiap harinya mencapai 4.281 ton, dari jumlah sampah tersebut 11% mengalir hingga ke laut. 

Tiap tahun jumlah sampah yang dihasilkan daerah Bali jumlahnya mencapai 1,5 jutaton. Melansir dari (Saleh & Purnomo, 2014) Timbunan sampah di TPA yang dihasilkan dapat menyebabkan pembusukan sampah yang menghasilkan air yang berwarna hitam, berbau busuk, dan beracun yang disebut dengan limbah lindi. Semakin banyak sampah yang dihasilkan maka jumlah limbah lindi akan semakin meningkat.

Air lindi bisa merembes dan dapat mencemari air tanah di pemukiman. Air lindi akan merembes melaluitanah dengan perlahan, jika terdapat aliran air maka akan mencemari tanah dan air dibawahnya dengan kandungan zat yang cukup berbahaya bagi lingkungan. 

Kuantitas lindi tergantung pada jenis limbah, jumlah masukan air hujan, dan umur TPA Hingga saat ini sebagian besar TPA di Indonesia masih belum mampu mengolah air lindi dengan baik sesuai standar baku mutu buangan. 

Melansir dari Rezagama, Hadiwidodo, Purwono, Ramadhani, & Yustika, 2020 Air lindi yang mengalir ke perkebunan warga dapat mengakibatkan bulir padi dan hasil panen mengandunglogam berat yang cukup tinggi sehingga bila dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang akan berbahaya dan menimbulkan banyak penyakit. Indonesia yang termasuk daerah tropis dengan curah hujan yang tinggi berpotensi menghasilkan limbah lindi dalam jumlah besar.

Pengolahan air lindi yang baik sangat perlu untuk dilakukan, di Indonesia pengolahan sampah masih sangat buruk sehingga menghasilkan limbah lindi yang banyak. Pengolahan lindi di Indonesia hanya dengan cara ditampung di sebuah bendungan tanpa ada pemanfaatan dan pengolahan sehingga limbah ini terkesan tidak berguna. 

Penampungan dan pengaliran limbah lindi yang masih buruk mengakibatkan limbah ini mengalir ke mana mana dan sampai masuk ke pemukiman dan kebun warga yang dekat dengan TPA. 

Limbah lindi sebenarnya dapat dijadikan energi alternatif dan sudah pernah diteliti namun sampai sekarang pemanfaatannya belum direalisasikan secara luas. Pemerintah belum memanfaatkan limbah ini dengan maksimal, jika proyek pemanfaatan lindi menjadi energi alternatif ini berhasil akan sangat membantu dan menjadi energi alternatif yang bersih dan ramah lingkungan.

Perdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Gede Praja yaitu Kordinator koperasi Bali Utara yang mengolah limbah lindi organik sebagai pupuk. Beliau menggunakan limbah lindi organik yang berasal dari buah buahan, sayur, dan daun, Penggunaan limbah lindi non organik tidak dapat dimanfaatkan sebgai pupuk karena beracun dan banyak mengandung limbah logam.

Beliau mengatakan susah dalam memilah sampah karena semua sampah beracun, disini perlu untuk pemilahan sampah dimulai dari lingkup kecil seperti rumah tangga agar di sektor yang lebih besar sampah jadi lebih mudah didaur ulang, karena keberasaan sampah plastik yang menggunung dan tidak dimanfaatkan akan meningkatkan jumlah limbah lindi non organik dan mengakibatkan semakin tingginya pencemaran lingkungan.

Selaras dengan yang disampaikan Bapak Nyoman Sukrada selaku kordinator TPA Bengkala, setiap harinya hampir 10 truk sampah besar membawa smpah yang belum dipilah dan tercampur antara sampah organik dan non organik. 

Banyak pemulung yang datang menyari botol plastik tapi tidak pernah ikut merapikan TPA, bapak Sukrada bersama tim setiap hari merapikan TPA dan menjaga agar tidak terjadi kebakaran di TPA Bengkala karena banyaknya sampah dan angin kencang mengakibatkan asap yang mengepul tebal diiringi bau yang tidak sedap jika tidak dicek setiap hari dikhawatirka akan terjadi kebakaran. 

Di TPA Bengkala kebradaan sampah yang berceceran mengakibatkan limbah lindi juga ada di mana mana membentuk bendungan kecil dengan saluran yang tidak terarah hanya sebagian limbah lindi yang bisa mencapai pusat bendungan.

Limbah Lindi yang ditampung tidak dimanfaatkan dan disaring dengan benar hanya dibiarkan saja dan setiap pagi akan terjadi penguapan dengan asap yang beracun dan membuat mata pedih karena mengandung gas metana. 

Tahap penyaringan lindi tidak ada dan ketika lindi penuh akan dialirkan di Sungai mati hal ini dapat mengakibatkan pencemaran yang semakin menyebar ke sektor yang lain. Limbah lindi merupakan permasalahan serius yang perlu dicarikan penyelesaiannya. 

Penyaringan lindi seharusnya tidak bisa hanya disatu kolam bendungan saja tapi bisa sampai 8 penyaringan agar air lindi menjadi bersih dan saat dialirkan tidak mencemari daerah di sekitarnya, perlu peran dari masyarakat untuk memperhatikan lagi sistem penyaringan limbah lindi di TPA agar lingkungan semakin bersih dan tidak menimbulkan permasalahan di kemudian hari.

Dengan demikian, pengolahan dan penyaringan limbah lindi sangat penting untuk dilakukan agar limbah tidak mencemari daerah di sekitarnya atau masuk ke perkebunan warga yang dapat meracuni dan membuat produk pangan mengandung limbah logam. Penyaringan tidak bisa hanya dengan satu bendungan saja minimal ada 6 bendungan agar limbah lindi dapat tersaring dengan bersih. 

Perhatian dari pemerintah untuk menerapkan pemilahan sampah dari mulai sektor kecil seperti rumah tangga agar memudahkan daur ulang dan sampah di TPA tidak semakin menggunung dan meningkatkan produksi limbah lindi yang berbahaya dan banyak mengandung logam berat. 

Semakin banyak sosialisasi terkait pembuatan pupuk dari limbah lindi organik dan pemberian dana pada inovasi anak bangsa yang mulai menemukan alat yang dapat mengubah air lindi menjadi energi alternatif, agar karya bangsa tidak di klaim oleh negara lain padahan bila diberikan sedikit dukungan dan dana dari pusat dapat membantu agar limbah lindi ini menjadi bermanfaat.

Refrensi
Rezagama, A., Hadiwidodo, o., Purwono, P., Ramadhani, N. F., & Yustika, M. (2016). Penyisihan Limbah Organik Air Lindi TPA Jatibarang Menggunakan Koagulasi-Flokulasi Kimia. 2, 78-83. doi:10.14710/teknik.v37n2.12647
Saleh, C., & Purnomo, H. (2014). Analisis Efektifitas Instalasi Pengolahan Limbah Lindi Di Tpa Supit Urang Kota Malang. Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang, 5(1), 103-109. Dipetik September 9, 2020

Tulisan ini dibuat oleh Peserta Remaja Belajar Menulis Konten Musim 3 Bastra ID

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun