Mohon tunggu...
Ni Luh Gede Tiara Purnama
Ni Luh Gede Tiara Purnama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pelajar

Siswa SMA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi Meboros Vs Keberlangsungan Satwa Langka

28 Agustus 2020   14:26 Diperbarui: 28 Agustus 2020   14:33 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tradisi Berburu Kidang
Berburu Kidang dipakai sebagai sarana upacara di Pura Puseh, pada Buda Wage Menail. Krama Desa Padangan melaksanakan maboros Kijang di Subak Abian Batu Cepaka. Sebelum maboros masyarakat mengaturkan upakara di Pura Puseh meminta bantuan agar kegiatan berburu dapat dilaksanakan dengan lancar. 

Setelah Kidang didapat dengan waktu pencarian selam sehari Kidang dibawa ke Pura Puseh dengan disambut tabuh baleganjur dan tarian. Kidang yang diburu cukup satu saja namun jika kidang terlalu kecil akan dilepaskan kembali. Berburu kidang dilaksanakan oleh puluhan masyarakat dengan membentangkan jaring sepanjang 20 meter untuk menjebak Kijang.

Proses menjebak kijang yang dilakukan masyarakat disebut jaringan. Setelah hewan tertangkap lalu digotong beramai-ramai oleh masyarakat. Setelah sampai di desa perempuan yang menunggu di Pura sambil melengkapi sarana upakara menyambut dengan tarian sebagai bentuk luapan kegembiraan dan rasa syukur pada tuhan. 

Setelah prosesi Meboros selesai masyarakat menyembelih Kidang untuk melengkapi saranan upacara dengan aturan kepala kidang dipakai untuk sarana menari Kincung-kincung sehari setelah upacara selesai, sedangkan seluruh bagian tubuh Kidang dipakai sarana upakara.

Menurut hukum No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Masyarakat sudah menerapkan peraturan ini yaitu bagaimanakah cara penyelesaian yang ditempuh Pemerintah Kabupaten dan Desa Adat untuk melestarikan tradisi meboros tanpa merusak kelestarian kijang. 

Tradisi ini masih bisa dilaksanakan karena populasi kijang yang masih banyak di Desa Padangan karena secara geografis dekat dengan Gunung Batukaru yang masih asri dan ekosistemnya terjaga. 

Seringkali ditemukan Kijang yang masuk pekarangan warga untuk mencuri makanan dan kebun warga yang merusak banyak tanaman perkebunan untuk berburu makanan karena sedang musim salak.

Dengan demikian, kegiatan berburu Kidang masih dapat dilakukan masyarakat desa Padangan karena populasi Kijang yang masih banyak dengan ekosistem yang masih terjaga. 

Terjaganya ekosistem merupakan peran besar dari masyarakat yang menjaga alam dan tidak melakukan perburuan liar karena perburuan ini hanya dilaksanakan saat upacara di pura saja dan tidak digunakan untuk jual beli dan makanan sehari-hari karena masyarakat percaya menjaga ekosistem Kidang sangat penting agar tradisi ini dapat dilakukan setiap tahun dan tidak punah karena perilaku jahat yang tidak bertanggung jawab. 

Oleh karena itu antara tradisi meboros dengan keberlangsungan satwa langka masih selaras karena Keberadaan Kidang yang masih terjaga dengan baik di desa Padangan sehingga Tradisi Meboros masih dapat dilakukan.

Refrensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun