Ni Luh Gede Tiara Purnama Yanti, SMA Negeri Bali Mandara
Bali merupakan pulau yang kental akan seni dan budaya dengan mayoritas masyarakat di Bali beragama Hindu, upacara keagamaan yang disebut yadnya sangat unik dan beragam di setiap daerah. Mengutip dari Karismayanti, Wisarja, & Wariati, 2018 yadnya merupakan langkah penting yang diyakini harus ada di setiap kegiatan keagamaan yang dilaksanakan sesuai kemampuan masing-masing.Â
Yadnya dipandang dapat membentuk manusia yang dapat hidup harmonis dengan alam semesta dan ciptaan tuhan yang lain. Yadnya dilaksanakan sesuai dengan tiga kerangka dasar Agama Hindu yang terdiri atas tatwa, susila, dan acara.Â
Tatwa merupakan pandangan hidup sekaligus sebagai filosofi ajaran hindu. Susila merupakan landasan moral yaitu ajaran tingkah laku yang sesuai dengan moral dan norma. Acara merupakan tradisi yaitu aktifitas keagamaan yang meliputi tradisi dan upacara. Upacara yang ada di Bali salah satunya terdapat di Desa Padangan yaitu tradisi berburu Kijang.
Pelaksanaan upacara Meboros Kidang yang nantinya Kidang dipakai sebagai sarana upacara piodalan di Pura Kedaton, Desa Padangan. Upacara ini merupakan salah satu persembahan yang ditunjukkan kepada Tuhan atau Dewa yang merupakan salah satu bentuk untuk membayar hutan kepada Tuhan atau Dewa Rna dengan cara melaksanakan upacara Dewa yajnya dan Bhuta yajnya.Â
Dewa yajnya merupakan persembahan suci yang tulus iklas kehadapan para dewa-dewa, sebagai manifestasi Tuhan Yang Maha Esa. Melansir dari Wahyudi, 2017 upacara ini digunakan untuk menetralisasi Kekuatan-kekuatan yang bersifat negatif yang sering menimbulkan gangguan serta bencana.Â
Upacara ini dipercaya oleh masyarakat dapat menolong dan melindungi kehidupan manusia dan alam semesta. Rangkaian upacara bertujuan untuk mengharmoniskan jagat raya (alam semesta) beserta isinya agar senantiasa seimbang dan sejahtera, sehingga kehidupan di alam ini lebih damai tentram dan bahagia.
Tradisi berburu Kijang merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menangkap Kijang dengan menggunakan bantuan anjing, diikuti oleh banyak orang dan dipimpin oleh pawang. Tradisi berburu kijang sampai saat ini masih dilaksanakan oleh masyarakat di Desa Padangan.Â
Tradisi ini telah dilaksanakan secara turu temurun oleh masyarakat karena dipercaya jika tradisi meboros tidak dilakukan akan dapat mengakibatkan hal buruk.Â
Mengutip dari Giri, 2017 tradisi berburu ini berbeda dengan upacara kurban pada upacara piodalan pada umumnya yang menggunakan ayam, babi atau kerbau, setiap sesi piodalan diharuskan mengorbankan hewan kijang sebagai salah satu sarana penunjang pelaksanaan upacara.Â
Piodalan yang dimaksud dilaksanakan dalan rentang waktu yang berbeda, 2 (dua) tahun setelah upacara yaitu puncaknya jatuh tepat Purnamaning Kadasa pada Buda Wage Menail.