Sementara itu, terdapat juga pembahasan tentang Park Soon Ja yang merupakan pengusaha kerajinan tangan dari perusahaan Five Oceans. Namun suatu waktu, Park Soon Ja mengubah perusahaannya menjadi perusahaan dagang sekaligus kelompok religius, yang membuatnya dianggap sebagai Bunda Suci. Ia sering kali meminta dana kepada pengikutnya untuk investasi di perusahaannya. Park Soon Ja mencari pengikut dengan cara merekrut orang untuk bekerja di Odaeyang Trading (Five Oceans).
Setelah menjadi karyawan, mereka hidup dalam komunitas seperti keluarga, dimana Park Soon Ja mulai memberikan doktrinya. Ia mengaku telah disembuhkan dari kanker pada 1978 oleh surga, Ia juga mengklaim dirinya sebagai penguasa lima samudera dan akan menaklukkan dunia. Park Soon Ja menegaskan pada pengikutnya bahwa ia adalah orang yang telah menerima wahyu Tuhan dan mereka yang tidak mematuhinya akan mati. Pengikutnya pun ditugaskan untuk menjalankan misi mulia, yaitu mencari pinjaman kepada keluarga dan kerabat mereka dengan dalih investasi.
Setelah ditemukannya insiden bunuh diri secara masal oleh 31 karyawan pabrik yang berada di Gyeonggi-do bersama satu pimpinannya yaitu Park Soon Ja sendiri yang diduga melakukan tindakan tersebut karena terjerat kasus penipuan dan penggelapan uang. Berbeda dari ketiga kasus di atas, kejadian dalam sekte ini masih menjadi misteri, antara dugaan bunuh diri atau pembunuhan.
Kekuasaan menjadi kompleks dan tidak disadari menyebabkan hilangnya subjek serta kesadaran, dimana kekuasaan bersifat memusat menjadi menyebar dan terus melanggengkan dominasinya. Hal ini bersinggungan dengan pandangan Baudrillard tentang simulakra, perubahan abstrak menjadi konkret dan konkret menjadi suatu yang abstrak. Ia juga berpendapat bahwa hidup di era postmodern adalah hidup yang penuh dengan rekayasa, simulasi, kepalsuan, dan manipulatif seperti skenario yang dijalankan keempat pimpinan sekte tersebut kepada pengikutnya.
Menilik pemikiran tentang anti-logosentrisme Derrida bahwa makna, tafsir, pengetahuan, atau pemahaman dapat diwariskan secara turun-temurun pasti memiliki pemaknaan yang berbeda atau sudah terkorupsi, para pemimpin sekte tersebut memiliki kepentingan yang harus dijaga dengan menggunakan penafsirannya berdasarkan pengetahuan yang dimanipulasi sebagai sebuah kebenaran. Foucault juga mendefinisikan terdapat empat domain diskursus yang membahayakan, antara lain: kekuasaan, seksualitas, kegilaan, dan secara umum apa yang dianggap benar atau palsu.
Keempat domain tersebut telah mengacu pada contoh para pemimpin kultus sekte yang menjerumuskan ajarannya ke dalam kategori sesat. Sebenarnya dalam kasus JMS, Manmin Central Church, Baby Garden dan Five Oceans, kekuasaan tidak semata-mata milik keempat pemimpin tersebut karena menurut Jacques Lacan dalam wacana budak-tuan adalah menyoal “siapa yang mencari kenikmatan lebih besar dari siapa?” Keempat pemimpin kultus sekte sesat tersebut telah mengalami ketergantungan pada pengikutnya, baik itu dari pemuasan hasrat seksual hingga pendapatan ekonomi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H