Melalui rekaman suara yang diekspos dalam serial itu, mengungkapkan percakapan Jung Myung-seok dengan salah satu korbannya yang juga pengikutnya kala itu. Kehliannya dalam memanipulasi korbannya dengan mengklaim dirinya sebagai Tuhan membuatnya mengendalikan pikiran korbannya agar menerima perlakuan apapun sesuai perintahnya.Â
Tidak hanya itu, ia juga membuat simulasi pada banyak korbannya dengan dalih pemeriksaan kesehatan untuk dapat menyentuh bagian-bagian vital korbannya. Dengan demikian, korban yang saat itu rata-rata masih berada di bawah umur, tidak merasa telah dilecehkan namun lebih kepada metode penyembuhan dan pengabdian dirinya kepada Tuhan. Para korban dilarang keras untuk memberitahu apa yang telah terjadi pada mereka kepada orang tua atau siapapun dengan ancaman masuk neraka dan hidup yang menderita.Â
Mereka yang telah melakukan hubungan seks dengan Jung Myung-seok disebut sebagai mempelai Tuhan. Mereka tidak diperbolehkan menyentuh, menatap bahkan menikah dengan laki-laki lainnya karena terancam masuk neraka dan tidak akan menemukan kebahagiaan dalam kehidupan berkeluarga. Banyak dari korban merasa sangat takut atas dalil tersebut dan memilih untuk mendatangkan lebih banyak wanita-wanita baru agar dapat terlepas dari jeratan tersebut. Mengenai relasi kuasa yang digambarkan dalam serial dokumenter ini, sejalan dengan pandangan Foucault tentang kekuatan dan kuasa yang menyebar luas dalam relasi antar manusia dalam berbagai aspek, misalnya relasi antar manusia dengan manusia lain dan relasi manusia dengan lingkungan dan situasi mereka.Â
Dengan situasi tertekan para korban, apabila mereka ingin berhenti diperlakukan seperti itu maka mereka harus mengajak para wanita dengan tipe pilihan Jung Myung-seok untuk dijadikan pengganti mereka sehingga dapat dikatakan para korban juga menjadi pelaku kejahatan.Â
Dalam serial In The Name of God: A Holy Betrayal disebutkan bahwa para korban yang hendak melaporkan tindakan tak senonoh tersebut kepada polisi tidak segan-segan menerima ancaman akan dibunuh anggota keluarganya. Kini Jung Myung-seok pun menjadi buronan, namun aktivitas perekrutan anggota sekte ini masih berlangsung sampai sekarang di seluruh dunia, yang menunjukkan bahwa kekuasaannya juga masih berpengaruh besar di masyarakat. Bagi Foucault, relasi kekuasaan dan pengetahuan berjalan untuk menguasai, mengontrol, serta menundukkan tubuh manusia-manusia yang direpresentasikan oleh kebenaran yang diamini.
Pemimpin sekte selanjutnya yang memiliki pengikut karena keahliannya menyembuhkan pasien dengan cara spiritual yaitu bernama Pastor Lee Jae-rock dari Manmin Central Church. Ia juga meyakini dirinya adalah Kedatangan Kedua Kristus, para pengikutnya tidak diperbolehkan berobat ke rumah sakit dengan asumsi bahwa penyakit datang untuk mereka yang memiliki iman lemah. Oleh karena itu, tidak sedikit dari pengikutnya yang meninggal dunia karena tidak mendapat penanganan yang tepat pada waktunya.Â
Tidak hanya itu, Pastor Lee Jae-rock juga menawarkan kompleks surga kepada para pengikutnya dengan cara memberikan iuran yang semakin besar jumlahnya maka semakin terjamin tempatnya di surga. Sama seperti kasus Jung Myung-seok, Pastor Lee Jae-rock melakukan hubungan seks dengan para wanita pengikutnya.Â
Secara langsung, genealogi kekuasaan yang dirumuskan Foucault memandang penetahuan dan kekuasaan pada dasarnya berkaitan sangat erat. Dalam genealogi kekuasaan, orang mengatur dirinya sendiri dan orang lain melalui pemroduksian pengetahuan yang menghasilkan kekuasaan dengan menempatkan pengikutnya sebagai subjek dan mengatur subjek-subjek itu.Â
Pemimpin sekte berikutnya adalah seorang wanita yang menjadi pendiri kultus Baby Garden yaitu Kim Ki-soon. Berdasarkan namanya, kultus ini menargetkan banyak anak-anak kecil dimana dalam ritualnya menggunakan gaun atau pakaian layaknya Disney, namun justru ia berperilaku jahat dengan anak-anak. Dalam serial dokumenter In The Name of God: A Holy Betrayal, salah satu korbannya mengaku pernah dikurung di kandang babi dengan tangan diikat dan dipukul.Â
Pengikut yang tidak mengikuti perintahnya akan diancam masuk neraka, begitu juga apabila ada yang melakukan pembangkangan, Kim Ki-soon akan mengatakan orang itu kerasukan sehingga harus disiksa. Tidak jauh berbeda dengan kedua pemimpin sekte yang telah dibahas sebelumnya, Kim Ki-soon juga berperilaku sama dengan menargetkan laki-laki muda yang gagah berani.Â
Mengenai tindakan pelecehan seksual yang dilakukan ketiga pimpinan sekte tersebut, Foucault berpendapat bahwa seksualitas merupakan titik perpindahan yang secara khusus padat bagi relasi kekuasaan (Ritzer & Goodman, 2009). Adanya kekuasaan dengan merepresentasikan kebenaran melalui pengetahuan dapat diartikan sebagai sebuah kenikmatan hasrat yang menopang wacana tentang seksualitas manusia.