Mohon tunggu...
Ni Komang Lunga Dianti
Ni Komang Lunga Dianti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Udayana

Saya senang memiliki berbagai ide dan mengimajinasikannya melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Relasi Kuasa dalam Serial Netflix Berjudul In The Name of God: A Holy Betrayal

23 Juni 2023   09:00 Diperbarui: 23 Juni 2023   11:20 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berawal dari kontroversi kasus-kasus yang terjadi di masyarakat tentang adanya sekte-sekte sesat, menginspirasi sang sutradara, Cho Sung Hyun untuk mengangkat kisah tersebut ke media melalui dokumenter. Serial dokumenter yang dirilis pada 3 Maret 2023 itu mengupas tentang empat pemimpin aliran agama terbesar di Korea Selatan yang mengaku sebagai nabi dengan tujuan penyebaran agama. Adapun keempat kultus tersebut yaitu berasal dari JMS, Five Oceans, The Baby Garden, dan Manmin Central Church. 

Seperti kultus pada umumnya, mereka sering melakukan kotbah kepada para pengikutnya. Gejala pasca modern bergerak ke berbagai bidang kehidupan termasuk ilmu pengetahuan, seperti yang dikatakan oleh Derrida dan Lyotard bahwa posmodernisme adalah anti tesis dari modernisme yang memunculkan istilah baru serta mengakibatkan perbedaan dengan paham modernisme, salah satunya sekte (Maksum, 2014: 348). 

Menurut KBBI, sekte adalah kelompok orang yang memiliki kepercayaan atau pandangan agama yang sama, yang berbeda dari pandangan agama yang lebih lazim diterima oleh para penganut agama tersebut. Pemikiran Lyotard mengenai ilmu pengetahuan dari segi modernisme dipandang sebagai narasi besar seperti kemajuan, kebebasan, dan sebagainya, saat ini mengalami permasalahan yang sama ketika abad pertengahan yang memunculkan istilah religi, nasional kebangsaan, kini tidak dapat dipercaya atau kurang tepat kebenarannya (Setiawan, 2018). 

Sesungguhnya dalam serial ini yang tampak jelas diungkapkan adalah para pengikut sekte-sekte ini lebih mempercayai pemimpin aliran tersebut (baca: manusia) daripada wacana besar yang bersumber dari kitab atau teks. Pengikut mempercayainya bukan karena tidak ada alasan, mereka melakukan tipu daya dan penuh manipulasi yang mengilhami keempat pemimpin itu adalah seorang yang paling mulia.

Salah satu pemimpin yang terkenal, yaitu Jung Myung-seok dari JMS yang memiliki kemampuan persuasi dan kepercayaan diri yang luar biasa. Ia seolah-olah memiliki kemampuan seperti seorang profesional untuk menarik kepercayaan para jemaat bahwa ia adalah Mesiah dan Yesus.

 Dalam serial ini disebutkan bahwa Jung Myung-seok telah membaca Alkitab sebanyak 2.000 kali sepanjang hidupnya yang menyebabkan banyak orang terkagum dan menghormatinya. Banyak peristiwa yang bersifat mistik disebutkan para mantan pengikutnya yang menghendaki mereka bergabung dengan sekte ini. Kejadian yang seharusnya dapat disimpulkan secara logis, dibuat seolah-olah ia tahu karena dapat meramal. 

Padahal Jung Myung-seok hanya seorang lulusan sekolah dasar, namun setelah digali informasi ternyata ia memiliki banyak relasi dari akademisi di hampir seluruh perguruan tinggi di Korea Selatan. Disandingkan dengan pemikiran posmodernisme, Foucault memandang hal tersebut sabagai diskursus atau wacana, dimana pengetahuan merupakan sekumpulan sesuatu yang diputuskan benar oleh sekelompok orang yang memiliki kekuasaan untuk memaksakan gagasan mereka tentang ‘apa yang benar’ pada mayoritas.

 Begitu juga yang dijelaskan oleh Soren Keirkegaard, bahwa truth is subjectivity, artinya bahwa pendapat tentang kebenaran bersifat subjektif dengan menekankan pentingnya pengalaman yang dialami oleh seorang individu yang dianggapnya relatif. Dengan demikian dapat dikatakan pemikiran posmodernisme menolak fondalisionalisme dan cenderung bersikap tidak rasional, relativistik, dan nihilistik yang disebabkan oleh runtuhnya ilmu pengetahuan. Seperti yang sempat disinggung oleh Foucault, ilmu pengetahuan hanyalah sebuah ‘kesepakatan’ dari sebuah kepentingan pihak-pihak tertentu. Misalnya dalam serial In The Name of God: A Holy Betrayal, Jung Myung-seok mengatakan:

“Ada begitu banyak hal yang orang salah pahami tentang Alkitab. ‘Mesias akan turun dengan awan’. ‘Tuhan akan turun dengan awan.’ Apakah Yesus sungguh muncul dengan awan? ... Awan adalah metafora untuk manusia.” 

Dalam hal ini manusia berkumpul dimaknai sebagai awan ketika banyak orang mulai mengikuti seorang pemimpin agama, orang-orang itu menjadi awan seperti di dalam Alkitab. Dengan begitu ia (Jung Myung-seok) senang mengumpulkan 20.000 sampai 30.000 orang dan berfoto di atas mereka seperti Tuhan yang turun dari atas awan. Begitu juga dengan penafsiran tentang rahasia buah terlarang yang menjadi cikal bikal atas tindakan pencabulan yang dilakukannya. 

“Hawa memetik dan memakan buah terlarang…” Hal itulah yang tertulis di Alkitab, tetapi dia menafsirkannya sebagai sebuah metafora. Dia mengartikan buah terlarang sebagai alat kelamin wanita. Jadi, memetik buah berarti melakukan hubungan seksual. Sejak saat Jung Myung-seok menyadari penafsirannya ini, ia mengklaim dirinya sebagai juru selamat. Pada dasarnya dengan tidak membiarkan orang bebas berhubungan seks, dia akan menjadi penyelamat umat manusia. Dia akan mengincar wanita berparas cantik dengan tinggi badan rata-rata 170 cm untuk melakukan hubungan seks secara suka rela dengan mengatasnamakan restu Tuhan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun