Ketika lelah menjadi lillah. Ketika sendiri menjadi mandiri. Adakah yang tak pernah merasa lelah? Ataupun merasa kesepian? Semua orang pernah merasakan itu. Ketika hidup seperti detak jantung, terkadang bergerak ke atas, terkadang bergerak turun. Setiap orang memiliki permasalahan hidupnya masing-masing. Setiap orang juga memiliki titik jenuhnya masing-masing. Itu wajar, lebih manusiawi.
Setiap orang memiliki respon yang berbeda menghadapi masalah, ada yag tetap tenang, ada pula yang justru depresi menghadapinya. Untuk mereka yang tetap tenang, mungkin tak begitu mengkhawatirkan. Akan tetapi untuk mereka yang depresi, mereka dapat kehilangan akal sehat mereka dan memilih jalan keluar yang tak semestinya, seperti menggunakan narkoba atau pun justru bunuh diri.
Bagi mereka yang depresi, mereka tak hanya merasakan lelah lahir batin yang biasa, namun juga merasakan kesepian yang sangat mendalam. Mereka adalah orang-orang di sekeliling kita yang memerlukan uluran tangan kita. Agar mereka tak merasakan tekanan yang menyesakan jantungnya, mereka memerlukan teman untuk berbagi cerita.
Saya memiliki seorang teman yang mengalami depresi, karena kehilangan orang yang sangat berharga bagi hidupnya. Awalnya dia mampu tersenyum seperti biasa. Dia seolah tegar dengan menerima kenyataan. Dia menjalani hidupnya seperti biasa. Namun, siapa yang menduga jika perlahan dia menarik dirinya dari lingkunga sosial. Mulai dari enggan untuk berkumpul dengan teman-teman, hingga akhirnya dia lebih memendam segala perasaannya sendiri.
Kita sebagai teman perlu memberikan perhatian untuk dia. Saya mengajaknya untuk mengobrol hal-hal ringan seperti drama korea, musik atau hal-hal sederhana lainnya. Saya mengajaknya bercanda dan membuatnya tertawa. Saya tak memaksanya untuk bercerita apa yang dirasakan, saya hanya mencoba agar dia mampu tersenyum bahkan tertawa. Karena saya percaya, hanya dengan tersenyum beban di hati seseorang dapat sedikit berkurang.
Keesokan harinya, saya mengajaknya untuk menyantap makanan buatan saya. Sedikit banyak, kami pasti mengobrol. Saya senang, karena tujuan saya memang hanya mengobrol. Saya ingin membuat dia nyaman bersama saya. Yang paling penting, saya ingin dia merasakan bahwa dia tak pernah sendiri.
Suatu hari, dia mulai menceritakan apa yang dialami. Perasaan tertekan seperti apa yang dia rasakan. Saya hanya mendengarkan apa yang dia ceritakan. Dia juga bertanya, "mengapa hal ini terjadi pada ku?" dan juga bertanya "apakah kamu juga memiliki masalah dalam hidup yang membuat kamu depresi hingga berpikir untuk bunuh diri? Saya pun menjawab,"saya pernah".
Tak pernah ada orang yang tak mengalami masalah dalam hidupnya. Begitu juga saya. Namun, ketika masalah datang menghampiri hidup saya, saya selalu percaya bahwa selalu ada solusi menyertainya. Saya hanya harus fokus dengan solusi. Saya bukan tak takut. Saya juga merasakan takut. Akan tetapi saya selalu menyakini diri saya dengan kalimat pamungkas hidup saya, "If God is All You Have, You Have All You Need".Â
Saya memiliki semua yang saya perlukan. Ketika saya mendapat masalah mengenai uang, saya percaya bahwa Tuhan juga menyediakan saya rejeki lebih untuk saya dari pintu rejeki yang tidak saya ketahui. Jika saya mengalami kegalauan akan pilihan, saya percaya Tuhan akan menunjukan pilihan yang terbaik untuk saya. Kita hanya perlu yakin atas pilihan kita tanpa perlu menyesalinya.
Saya juga melakukan hal-hal positif, mulai dari kegiatan forum, komunitas sosial, membaca buku hingga yoga sebagai rutinitas. Saya juga meyakini bahwa hal-hal positif yang kita lakukan juga mampu membantu otak untuk berpikir positif. Bertemu dengan banyak orang membantu kita untuk melihat sesuatu dari berbagai sudut. Sehingga suatu permasalahan tak hanya kita lihat dari satu sudut pandang dan kita lebih mudah untuk mengambil keputusan dalam hidup. Dengan berpikir positif, permasalahan yang kita alami pun lebih dapat kita kendalikan.
Saya juga rutin melakukan olahraga yoga. Saya melakukan yoga minimal dua kali dalam seminggu. Jika banyak orang tidak begitu percaya bahwa yoga dapat membantu pikiran kita lebih rileks, mungkin perlu mencobanya. Saat saya stress, saya akan melakukan yoga. Setelah selesai yoga, mood saya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Yoga melatih konsentrasi kita, melatih fleksibilitas tubuh, dan memperbaiki postur tubuh kita. Yoga menyerap energy positif ada di sekitar kita dan membuat tubuh kita jauh lebih bugar. Yoga sangat bermanfaat untuk tubuh dan pikiran kita.
Hal yang penting untuk menciptakan energy positif untuk hidup kita adalah doa. Permasalahan yang timbul dapat menjadi pengingat kita untuk memperbaiki hubungan kita dengan Tuhan. Semakin baik hubungan kita dengan Tuhan, maka akan semakin baik juga hidup kita.
Mari menjadi pribadi yang positif dengan berkumpul dengan orang-orang positif dan melakukan hal-hal positif. Pribadi yang positif akan menjadikan kita lebih kreatif dan produktif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H