Membaca seri buku-buku Litle House On The Praire dulu meninggalkan kenangan yang melekat kuat dalam ingatan, salah satunya anjing setia mereka. Kemanapun mereka berpindah, ke daerah barat, ataupun ke timur, anjing setia ini selalu dibawa serta.
Pada satu peristiwa, ketika keluarga ini menyeberangi sebuah sungai yang sedang meluap, anjing ini lepas dan hanyut karena arus air yang deras. Keluarga ini yakin, anjingnya tidak akan selamat. Mereka sungguh bersedih, lebih-lebih Laura, tokoh utama dalam cerita tersebut. Namun keajaiban terjadi. Ketika malam tiba, dan semua masih larut dalam rasa sedih, anjing ini tiba-tiba muncul dengan riang, membuat keluarga ini kembali "hidup". Semua larut dalam sukacita dan bahagia sambil memeluk anjing kesayangan mereka.
--------
Menjelang natal beberapa tahun lalu, seorang teman menawarkan seekor anjing berjenis Pom. Sebenarnya, anjing ini bukan miliknya namun milik sebuah keluarga yang tidak lagi punya waktu mengurusnya. Hanya seorang nenek yang sudah sepuh, menemani anjing ini. Sang nenek tidak lagi telaten mengurusmya karena usia. Agar tidak repot, anjing ini diikat, lalu di kurung dalam sebuah ruangan kecil berpagar. Sehari-hari anjing ini hidup dengan rantai dan kurungan yang pasti membuat dia tidak nyaman. Untuk itulah anjing ini ditawarkan kepada yang ingin mengadopsinya.
Ketika tawaran itu datang, pertama kali terlintas dalam pikiran adalah apakah akan mengganggu tetangga? Maklum, tinggal ditengah kota seperti Jakarta ini tidak mudah memiliki peliharaan seekor anjing. Namun karena keinginan ini sudah cukup lama terpendam, maka saya abaikan, dan serta merta mengiyakan, untuk segera memilikinya. Pilihan yang aman; dia tinggal di rumah Gunung Putri-Bogor.
Ketika datang hendak menjemputnya pertama kali, anjing ini dilepas oleh pemiliknya. Ajaib, langsung menghampiri saya dengan gembira tanpa rasa takut sambil mengibaskan ekornya, seolah sudah kenal lama. Saat itu saya sadar, anjing ini berlaku akrab semata-mata karena dia ingin "berinteraksi" intens dengan majikannya, yang selama ini tidak memperolehnya.
Mengetahui namanya Jack, seperti nama anjing keluarga Laura dalam cerita diatas, semakin membuat hati gembira. Pikiran langsung terbang ke masa lalu, menelusuri kisah-kisah menarik nan inspiratif dalam buku Litle House yang menjadi bacaan favorit kala itu. Sejak itu, Jack menjadi bagian keluarga yang amat menyenangkan.
Hari-hari berlalu begitu menyenangkan oleh kehadiran Jack. Setiap malam dia akan tidur bergantian di pintu-pintu kamar seolah sedang berjaga. Pagi-pagi jam 5, dia akan naik ke kasur, membangunkan penghuni rumah satu persatu dengan cara mengendus-endus di kuping. Ketika waktu makan tiba, entah sarapan atau makan siang dia dengan setia duduk, atau berdiri melihat-lihat, mengendus makanan apa yang terhidang. Apa yang dimakan, biasanya dia akan makan ketika diberi. Bahkan ubi, singkong, pisang rebus atau apapun. Makanan khusus yang dibeli, malah tidak tersentuh sama sekali. Kecuali stik, itupun sesekali saja dia mau. Lebih sering dia letakan di lantai.
Entah ada trauma apa, Jack amat takut dengan ketinggian. Bahkan naik ke kursi saja dia takut. Jika dinaikan, maka dia akan duduk meringkuk. Jika diajak pergi jauh, dia akan duduk meringkuk dan gemetar di kursi mobil dengan mimik wajah ketakutan.
Kebahagiaan jack adalah Ketika dirumah hadir banyak orang. Dia akan hilir mudik bergantian dari satu orang ke orang lainnya, memeluk kaki, mengendus bahkan menjilat. Jack amat bahagia berada ditengah orang banyak.