Sambil menyapu halaman rumah dari daun pohon mangga yang rontok, saya mengingat dua pohon lain milik tetangga yang oleh komplain tetangga lain di sebelahnya, akhirnya ditebang. Tetangga itu kesal karena harus menyapu tiap hari oleh dedaunan yang berguguran.
Berhari-hari kemudian ketika lewat saya selalu memperhatikan pokok dua pohon yang telah ditebang itu. Selalu mengeluarkan banyak air. Air yang mestinya mengaliri dan menghidupi cabang, ranting, daun dan buah-buah diatasnya, melimpah membasahi tanah sekitarnya. Limpahan air dari batang pohon yang itu seolah meratapi nasibnya yang berhenti memberi hidupi. Tidak ada lagi kesempatan baginya untuk ambil bagian menghidupi alam dan manusia sekitar.
Hilangnya pohon ini telah memutus mata rantai kehidupan. Beberapa jenis hewan kehilangan tempat tinggal, daerah sekitar pohon menjadi panas, pasokan oksigen berkurang, dan polusi udara akan meningkat. Demikian pula jumlah pasokan air dalam tanah semakin berkurang sehingga mengakibatkan kesulitan memperoleh air bersih.
Kembali ke pohon mangga di rumah. Tahun ini banyak daun mudah tumbuh dibagian tertentu. Pada bagian lain, muncul bunga yang nantinya akan mengeluarkan buah. Kelihatan lebat. Pada bagian yang mengeluarkan daun baru itulah daun daun tua berguguran, melimpah menutupi tanah halaman rumah.
Sambil menyapu, saya membayangkan komplain tetangga yang ketempuan, harus menyapu halaman setiap pagi. Bukankah dengan menyapu maka menghasilkan gerak yang adalah olah badan? Bukankah dengan bergerak otot diregangkan sehingga lebih rileks layaknya berolahraga? Pun dengan bergerak oksigen akan dengan leluasa masuk ke otak sehingga kita akan lebih jernih berpikir? Entalah apa yang dipikirkan tetangga sebelah sehingga selalu marah-marah setiap kali menyapu halaman.
Baru sebentar mengayun sapu saja, keringat telah membasahi kepala dan badan. saya tidak harus lari untuk memperoleh itu, sekaligus membakar lemak. Pohon manggga ini telah memungkinkan semua itu. Pohon mangga ini pula telah memberikan panen melimpah hampir tiap tahun. Tetangga kiri kanan juga selalu ikut menikmati, termasuk yang selalu komplain soal daun-daun mangga tetangga lain yang selalu mengotori halaman rumahnya.
Saya masuk rumah setelah halaman bersih. Sambil minum air putih, segerombolan burung, entah apa namanya, hinggap diatas pohon mangga. Kicauan dan senda-gurau dari atas, begitu menghibur. Ahh...saya tidak perlu ke hutan untuk menikmati ini semua. Hiburan gratis dari langit. Tidak saja buah hasil panenan, namun juga gerak sekaligus hiburan didapat dengan mudah dan murah. Paket komplit.
Selamat hari minggu.
nh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H