Peserta mengelilingi makam pater Arbi, dan segera misa Konselebrasi di gelar. Dalam kotbah singkat yang disampaikan, romo Sipri mengatakan; "Pater karim Arbi telah berjasa besar menggerakan Credit Union dimana saja dia berada. Dia juga telah mengambil bagian dalam penderitaan dan kematian Kristus. Hari ini, kita semua yang meneruskan perjuangan pater Arbi, mengambil bagian dalam karya keselamatan demi kemanusiaan. Kita berada di tempat yang istimewa ini, di sekeliling makam seorang pribadi besar, seorang yang bernama besar; Pater Albrecht yang dikenal dalam Gerakan Credit Union. Kita syukuri rahmat Tuhan ini, kita persembahkan Ekaristi ini untuk keselamatan jiwanya. Allah maha Rahim, berikan dia kebahagiaan di surga, dan jadikan dia pendoa dan penyalur rahmat bagi kita dalam seluruh Gerakan Credit union, baik di Indonesia maupun di mana saja. Â Kita persembahkan doa ini untuk keselamatannya dan untuk hidup kita".
Karena waktu yang sempit, maka selesai misa, diselingi dengan beberapa sambutan, termasuk sambutan ketua Puskopcuina; bapak Sunardi, dilanjutkan dengan makan siang Bersama secara  cepat. Rombonganpun siap berangkat kembali. Kali ini ke Fatumaca, tempat berdiri megah patung Kristus Raja, berjarak kurang lebih 10 KM dari kota Dili. Patung ini dibangun pada tahun 1996 dengan ketinggian 27 meter, merupakan patung terbesar kedua di dunia setelah Patung Christ The Redeemer, Brazil, dengan tinggi patung 36 meter di atas bukit setinggi 1,5 km. Sayang sekali, rombongan tidak dapat menikmati meganya patung Kristus Raja dari dekat. Selain karena sudah terlalu sore, juga karena tenaga yang tersisa rasanya tidak sanggup mendaki 700 anak tangga menuju puncak bukit Fatumaca. Rombongan hanya bisa memandang patung Kristus Raja dari kejauhan, sambil berfoto bersama.
Hari makin sore. Iringan bus bergerak perlahan, keluar dari parkiran lereng bukit Fatumaca, mengejar matahari ke arah barat membela kota Dili, menuju pulang. Dalam temaram matahari senja, semua insan CU termenung dalam diam, sambil menikmati pemandangan indah dikiri-kanan jalan. Entah lelah atau bahkan sedang mengenang kembali setiap jengkal perjalanan ke Dili lengkap dengan seluruh kisahnya. Â Â Â
Dalam diam, angan kembali terbang kesuatu masa. Ketika itu, menjelang 9 tahun wafatnya Romo Albrecht. Alm. Romo Maryono adalah sejawat satu rumah dan kawan seperjuangan di Dili kala itu, mengenang persahabatan mereka melalui sebuah kisah menarik. Diakhir tulisan tersebut, romo Maryono mengisahkan begini :
"Sebelum saya berangkat ke Timor, Romo Sindhunata berkata pada saya, "Mar, dulu Presiden Sukarno meringkas semangat yang ada dalam Panca Sila menjadi satu, yaitu Gotong Royong. Dalam serikat kita, semangat-semangat yang kita pelajari juga bisa diringkas menjadi satu, yaitu Paseduluran (persaudaraan). Orang akan sengsara dalam serikat ini bila tidak punya saudara meskipun di bidang kerja mencapai kesuksesan besar." Kata-kata Romo Sindhu menurut saya benar. Bukankah dalam perjumpaan-perjumpaan saya dengan Romo Albrecht semangat itu yang tumbuh dalam diri kita? Entah Romo Albrecht ingat atau tidak, ketika suatu kali Romo datang ke Seminari, saya menawari minum. Dan, meskipun saya pendek, saya merangkul pundak Romo. Secara spontan sambil memasuki pintu refter, Romo mengatakan, "Inilah yang disebut persaudaraan."
Kehadiran seluruh insan Credit Union dalam Federasi Nasional Puskopcuina ini adalah wujud persaudaraan dalam gerakan Credit Union, diejawantakan dalam bentuk saling mendukung dan saling memelihara hubungan antar pribadi yang sejajar dan menerima kehadiran sesama sebagai bagian dari diri sendiri. Persaudaraan yang kita bangun dalam Credit Union tampak dalam relasi yang kita bangun berdasarkan sikap menjunjung tinggi keluhuran martabat manusia.